"Follow your life and enjoy it, My Love."
~~●••●~~
Kevin duduk di sebuah tebing yang di bawahnya terdapat hamparan hutan pinus yang amat-sangat luas. Pemandangan yang cukup baginya di malam hari ini. Sesekali angin menyapa lembut dan membuat rambut cepak Kevin bergerak-gerak. Kevin mengubah penampilan dirinya. Rambutnya yang semula panjang hampir sebahu itu kini telah dirubah menjadi model cepak. Perubahan kecil pada dirinya itu tak mengurangi sedikitpun tingkat pesona dan ketampanan yang ia punya, justru menambah dan menjadikannya sebagai idola di surga.
Saat ini Kevin kebetulan mendapatkan kebebasan untuk berkelana di bumi, bertemu dengan teman-temannya yang bertugas di seluruh penjuru bumi, tetapi dengan satu syarat. Dia tak boleh berbicara, berpapasan dengan satu orang manusia. Yaitu, Alexa. Itu sudah menjadi ketentuan sekaligus sumpahnya. Dia tak akan berada di bayang-bayang Alexa, karena dengan begitu gadisnya akan hidup dalam damai.
Kevin tersenyum tipis. Tangan kanannya terangkat ke udara untuk bermain awan. Dia menggerakan awan dari kejauhan, membentuk berbagai macam hewan dan benda-benda langit seperti bulan ataupun bintang. Ini hanya kegiatan kecil yang mampu menghibur hati Kevin dan juga sedikit mengalihkan pikirannya dari Alexa. Siapa pun tak akan pernah tahu apa yang Kevin saat ini rasakan. Kevin mati-matian menahan rasa penasarannya terhadap Alexa. Pasti Alexa sudah tumbuh menjadi seorang wanita anggun. Mungkin saja Alexa sudah melanjutkan hidupnya, menemukan jodoh sementara nya di bumi, dan membentuk sebuah keluarga.
Setidaknya Kevin ingin melihat apakah Alexa bahagia setelah perpisahan memilukan mereka enam tahun yang lalu.
Kevin berhenti dari kegiatan pengalihannya ketika angin kencang datang, mengibaskan kepalanya hingga tersentak ke belakang dan di susul suara hentakan kaki seseorang. Kevin tahu siapa yang baru saja datang tanpa permisi.
"Ini dia! Si penjelajah. Aku melihatmu banyak tersenyum enam tahun terakhir ini, Will." Kevin tersenyum manis saat Will duduk di sampingnya sembari menghembuskan napas panjang.
Will tersenyum. Senyuman yang tulus dan ringan. "Ya, ini karena gadismu. Dia mengubah segalanya, Kevin."
Senyum di wajah Kevin luntur perlahan saat mendengar nama gadisnya disebut-sebut. Kevin menghela napas. Berusaha menahan bibirnya agar tidak menanyakan kabar gadis itu, namun rasanya mustahil.
"Bagaimana kabarnya?"
Will menolehkan kepala. "Aku belum bertemu dengannya selama hampir tiga bulan."
"Apa dia bahagia?"
Will tersenyum hangat dan menepuk pundak Kevin. "Dia bahagia, kawan. Sangat bahagia."
~¤~
Sementara itu, melewati hutan pinus, menyusuri jalan raya dua arah yang lengang dan hanya di terangi lampu jalanan berwarna jingga, tak jauh dari sana terdapat sebuah kota kecil. Rumah-rumah berjejeran seperti sebuah komplek yang tenang dan nyaman di malam hari maupun siang hari.
Aroma kayu manis menyebar ke tetangga setiap kali suatu rumah membuat kue khas daerah mereka. Salah satunya adalah sebuah rumah yang saat ini sedang menyiapkan menu makan malam dengan kue kayu manis sebagai makanan penutupnya.
Sebuah rumah yang berisi keluarga sederhana dan bahagia.
"Ibu! Aku mau kue nya." Seru anak laki-laki yang saat ini menunggu di meja makan dan mengangkat piringnya tinggi-tinggi, berharap sang ibu mau melihat dan mengizinkannya makan kue sebelum makan malam dimulai.
"Tidak boleh, Kevin. Belum saatnya, kau mengerti?" Ucap wanita tersebut--sang ibu dari putra kecilnya yang masih berumur 4 tahun dan bernama Kevin.
KAMU SEDANG MEMBACA
All Blood
FantasyKehidupan Alexa sudah tidak normal sejak ia lahir ke dunia ini. Dia memiliki sebuah 'kelainan' yang sulit di ungkap dan di kendalikan oleh siapapun. 'Kelainan' yang dimilikinya itu di anggap sebagai penyakit yang dideritanya sejak lahir ke dunia ini...