Raina 1

4K 148 1
                                    

Haruskah butuh alasan untuk merasa nyaman?
-Raina-

"iya. Saya merasa nyaman berada di jakarta pak daripada tinggal diluar negeri"

"saya harap kamu bisa betah bersekolah disini dan bisa memenuhi, segala peraturan yang ada"
"saya juga berharap seperti itu pak"

"apakah ayah dan ibumu dekarang berada di jakarta? "tanya pak jaya.
"saat ada waktu mereka akan menemuiku"

"pak apa boleh saya meminta bantuan kepada bapak? " tanyaku dengan begitu sopan.
"apa itu? "
"saya hanya ingin agar status keluargaku tidak diketahui orang lain"
"maksudnya? " tanya penasaran pak jaya.
"begini pak,  saya meminta untuk nama saya diabsen bukan Raina amberley tapi Raina azura"
"lalu bagaimana dengan ijazahmu haruskah diubah juga? "

"tidak pak. Saya hanya ingin agar teman teman saya tidak mengetahui statusku yang sebenarnya bahwa saya berasal dari keluarga amberley.  Saya harap bapak juga bisa mengerti dan bapak juga sangat akrab dengan ayah saya. Bapak tidak usah khawatir karena ayah saya menyetujui akan hal ini" jelasku dengan sopan.

"baiklah kalau itu mau mu, sekarang kamu bisa pergi ke kelas. Nanti akan diantar oleh bu wati"
"terima kasih pak, saya permisi"  setelah berbincang dengan pak jaya, aku pun melangkah keluar dari ruangan kepala sekolah.

Ada banyak alasan seseorang untuk bertahan dalam keadaan sulit. Entah itu untuk dirinya atau orang lain. 

Sesuai dengan arahan pak jaya, aku harus mengikuti bu wati menuju kelas yang akan dimasuki. Aku mengikuti bu wati dan berjalan tepat di belakang.
Sambil berjalan raina terus memperhatikan kelas dan ruangan yang dilewati agar aku bisa tau tiap sudut sekolah Nusa bhakti.

Tatapan ku sedikit terpaku saat melihat pintu kelas terbuka dan melihat seorang cowok yang berdiri disamping papan tulis dengan gaya buku diatas kepala beserta suara bentakan dari guru wanita, yah... Siapa lagi kalau bukan Key atau Kevano yang masih duduk dipinggir jalan sejak bertemu dengannya mampu membuat mata kj berbeku.
Key yang menyadari ada seseorang di luar pintu tiba tiba membalikan pandangannya menuju padanganku dengan wajah dingin. Aku yang menyadari hal tersebut sontak merasa malu lalu melanjutkan langkahku mengikuti bu wati yang jaraknya sudah cukup jauh.
"ternyata benar cowok itu bersekolah disini duh... Kok gue malah natap dia sih tadi" batinku.

Hanya tinggal berbelok raina pun sampai dikelasnya yaitu XII mia 1.
Sesuai arahan bu wati,  Aku memasuki kelas dan berdiri didepan seluruh siswa.

"perkenalkan nama saya Raina Azura kalian bisa panggil Raina, Salam kenal semuanya" ucap ku di depan kelas dengan sopan.

"baiklah raina kamu bisa duduk disamping lisa, lisa tolong angkat tanganmu" pintah bu wati selaku wali kelas mia 1.
"iya bu" jawab lisa

Sesuai perintah bu wati  aku berjalan menuju bangku yang ditunjukkan lalu duduk disamping lisa.
"hey raina, semoga kamu betah
Duduk sebangku dengan gue" ujar lisa dengan suara yang senang.
" hai juga.. Aku juga berharap kamu bisa betah ada aku disini"

"hhmm..gue boleh gak panggil lo Rara?  Gue rasa itu bagus supaya kita lebih akrab"

Jlebb..
Sejenak aku terdiam bagiku ada sesuatu yang tertusuk di jantung, panggilan itu seperti membawaku ke masa lalu. Masa yang begitu indah dan memiliki banyak kenangan.

"Ra.. Lo baik-baik aja kan? " tanya bingung lisa.
"haa... Oh I'm okay" jawabku sedikit terkejut.
"boleh kan gue pangil lo rara? "

Sebelum selesai menjawab. bu wati tiba tiba menegur mereka agar berhenti mengobrol.
"kalian berdua kalau mau mengobrol tunggu jam istirahat" tegas bu wati.
Aku dan lisa hanya terdiam dan kembali memperhtikan penjelasan bu wati.

RAINA || ENDTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang