Happy Reading
***
Akhirnya Randa dan Dewi pun sudah sampai di cafe mawar, kafe yang dijadikan tempat kumpulnya ibu-ibu sosialita mengadakan arisan."Eh jeng Dewi." ucap salah satu temen Dewi, sembari cipika-cipiki kepadanya.
"Eh jeng Arin, jeng Ros, yang lain mana jeng?" tanya Dewi ke temannya yang cipika-cipiki, dan menanyakan temennya yang lain.
"Oh mereka semua udah duduk di pojok tuh. Tinggal nunggu jeng Erie aja, sih jeng." ucap jeng Ros sambil menunjuk ke temannya yang lain, dan Dewi pun hanya menganggukkan kepala saja.
"Loh ini siapa jeng?" tanya jeng Arin, sambil menunjuk Randa yang tengah berdiri di samping Dewi.
"Oh ini anak saya yang pertama jeng, namanya Randa." ucap Dewi sambil merangkul Randa, sedangkan Randa yang dirangkul hanya memaksakan senyumannya.
"Yang baru pulang dari Aussie itu ya jeng." ucap jeng Ros.
"Iya jeng sekarang dia lagi ngelanjutin S2'nya di sini, di kampus Ayahnya." ucap Dewi kepada kedua teman-temannya.
"Nak Randa sudah punya cewek belum?" tanya Arin pada Randa yang sedari tadi dirangkul oleh Dewi.
"Di─..." ucap Dewi terpotong oleh Randa.
"Oh iya Bund, Anda nunggu di luar aja ya mau motret dulu, bete nih." ucap Randa memotong ucapan sang bunda tercinta.
"Ya udah, Bunda ke teman-teman Bunda dulu ya Nda, kalo mau pesen makan atau minum pesen aja ya. Nanti Bunda bayar." ucap Dewi seraya dibalas dengan anggukan kepala oleh Randa.
Setelah itu Dewi pun berlalu pergi dengan menggandeng kedua temannya itu menuju yang lainnya. Sedangkan Randa telah terlebih dahulu keluar dari kafe itu, mencari tempat yang pas untuk memotret.
***
Di tempat yang sama, tampak mobil yang dikendarai oleh Putri dan Erie kini telah sampai di parkiran cafe mawar.
"Kamu mau ikut Mama masuk atau di sini dek?" tanya Erie pada Putri, setelah mereka turun dari mobilnya.
"Mput di luar aja Mah." jawab Putri menolak secara halus, sedangkan Erie hanya mengangguk mengerti kemudian segera memasuki kafe itu dan meninggalkan Putri yang tengah berdiri samping mobilnya.
Putri pov on
Setelah mama gue pergi memasuki kafe, gue pun mulai berjalan santai menyusuri kafe itu. Sesekali gue mengedarkan pandangan ke arah penjuru kafe, siapa tahu gue lihat orang yang gue kenal gitu. Hehehehe."Loh kok itu kaya si muka tembok sih? Eh iya bukan sih? Tapi kalo dari postur tubuhnya sih kaya muka tembok. Iya kali ya itu dia..." batin gue yang menatap seseorang yang gue kenal dari belakang, mungkin dia membelakangi gue karena dirinya tengah sibuk memotret dengan pemandangan di depannya. Mungkin.
"Samperin jangan ya... ah samperin aja deh lagian bete gue kalo di sini sendirian." gumam gue seraya berjalan menghampiri si Randa alias si muka tembok.
Setelah sampai persis di belakangnya, gue pun mulai menepuk bahu dia dengan pelan.
Buk...
Buk...
"Bocil ngapain lu di sini?" tanya si muka tembok yang udah menghadap ke gue dengan muka datarnya. Dih anju orang mah kaget kek karena tepukan bahu tiba-tiba, eh ini mah dia sama sekali kaga kaget. Malah yang ada tuh muka datar mulu yang dilihatin.
KAMU SEDANG MEMBACA
Fotografer Cinta Ranput [Proses Revisi]
Fanfiction[COMPLETED] . . . . . . Bruk! "Aduh... ih kalo jalan matanya dipake dong!" ujar Putri (si mahasiswa ceria dan bawel) dengan ngegas. "Ada juga jalan pake kaki kali, bukan pake mata." ujar Randa (si fotografer muda yang dingin dan cuek) dengan datar. ...