Part 45 : Kecewa Berat

664 121 14
                                    

Peringatan!!: vote dulu sebelum membaca!
Kenapa sih harus vote dulu? Karna biar authornya tambah semangat buat ngelanjutin ceritanya, kalo votenya sedikit justru itu membuat authornya gak semangat dan malas buat lanjutinnya. Jadi author harap kalian mengertikan maksud author🙂
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
Happy Reading

***
Putri pov on
Setelah gue udah sampai di depan ruangan Randa, gue pun perlahan-lahan membuka pintu itu. Setelah pintu terbuka mata gue seketika membulat sempurna dengan air mata yang kini tertumpah ruah membasahi pipi gue, pasalnya yang gue lihat adalah pemandangan yang sangat menyakitkan untuk gue, cowok yang selalu gue percaya kini dia menghinati gue dengan berciuman dengan seorang cewek yang sangat gue curigai dari awal, bukan ciuman pipi atau kening yang dia lakukan tapi kedua bibir yang saling mengecup mesra.

Tanpa gue sadari kotak makan yang gue pegang jatuh begitu saja, sontak hal itu membuat gue seketika berlari kencang dari ruang terkutuk itu.

"Huh, lari Putri lari!!!"semangat gue dan terus berlari walaupun gue rasa dari belakang gue nampak Randa mengejar gue dan berteriak memanggil gue.

"PUTRI!!!!"teriak Randa manggil gue

"PUTRI KU MOHON BERHENTI AKU MAU JELASIN SAMA KAMU!!!"teriak Randa lagi kali ini dengan keras.

"Percuma Randa percuma"lirih gue dan berlari.

Tanpa memperdulikan sama sekali panggilan Randa, gue tetap berlari dari dia. Karena yang gue butuhkan saat ini hanyalah Tasya, setelah sempat memberhentikan taksi gue pun cepat-cepat menyuruh taksi itu untuk segera pergi menuju apartemen gue.

Selama di dalam perjalanan gue hanya bisa merenung dan mengingat kejadian itu, buliran air mata yang gue bendung pun kini kembali meluncur dengan bebas.

"Kenapa kau tega Randa, apa yang aku perbuat sehingga kamu seperti ini! Aku kecewa sama kamu Randa! Aku benci kamu, aku benci!!"batin gue dengan sambil memukul kedua kaki gue.

Sampai tak terasa kini mobil taksi yang ditumpangi gue berhenti tepat di area apartemen gue.

"Mademoiselle, c'est arrive (Nona, sudah sampai)"ucap si supir taksi itu.

"Merci monsieur (Terimakasih pak)"ucap gue dengan memberikan sejumlah uang dengan tarif taksi yang tertera, setelah itu gue pun berlalu turun dan segera pergi menuju kamar apartemen gue.

Ting..

Bunyi lift yang terbuka cepat-cepat gue memasukinya, menekan angka 20 yak letak keberadaan apartemen gue dan Tasya tepat berada dilantai teratas.

Setibanya gue di apartemen, gue pun langsung masuk serta tak lupa untuk mengunci pintu. Setelah itu gue kembali memasuki kamar dan mulai menghampiri Tasya yang sedang menonton video di laptop gue.

"Sya...hiks..hiks..."tangis gue pecah dan langsung memeluknya.

"Eh cil, lu kenape dah?"tanya Tasya dengan sedikit melonggarkan pelukan gue, mungkin gue terlalu erat kali yak meluknya... hehe sorry Tasya.

"Randa jahat sama gue Sya, hiks...gue benci dia Sya, gue gak mau lagi liat dia, gue kecewa berat sama dia, dia udah tega ngehianatin kepercayaan gue Sya, hiks..hiks.."ucap gur dengan diiringi air mata yang mengalir dipipi gue sampai-sampai kini baju si Tasya pun basah oleh gue.

"Cup..cup...cup..coba sekarang lu tenang dulu, rileksin badan lu terus cerita deh sama gue apa masalahnya oke?"tutur si Tasya dengan lembut dan melepaskan pelukan gue.

Sedangkan gue berusaha sekuat tenaga untuk memberhentikan tangisan ini dan mencoba menenangkan diri gue sendiri.

"Hey cil jangan nangis lagi, kan ada gue sekarang, udah yak oke"ucap si Tasya lagi kali ini dengan mengusap air mata gue.

Fotografer Cinta Ranput  [Proses Revisi]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang