30. Luka Baru Teduh

17.9K 562 17
                                    

Jon, Jufri, Dadah memilih untuk menonton konser di bagian paling belakang. Menatap iri Tabah dan Jelita yang saling rangkul di hadapan mereka.

"Jadi pengen punya cewek deh gue, biar ada yang bawa bucket pas wisuda," celetuk Dadah.

"Pacaran aja sama tukang bucket bunga kalo gitu."

"Ada?"

"Apa?"

"Tukang bucket yang mau sama gue?"

Hening.

1

2

3

"Ada yang pingsan!"

"Di sini juga!"

Jon dan Dadah mengalihkan pandangannya ke sumber suara, segera berlari untuk membantu, karena sebagian yang pingsan adalah teman mereka. Sedangkan Jufri sendiri sedang menafsirkan apa yang sedang terjadi. Matanya memicing melihat sosok orang memakai pakaian serba putih melewatinya, dia seakan terlihat mencurigakan karena pergi tergesa-gesa meninggalkan area konser.

***

Sinar sudah selesai menerima infus dan diperbolehkan pulang. Baru sampai di mobil, ponsel Teduh berdering. Menampilkan nama Ami di sana. Teduh segera menerima panggil tersebut.

"Assalamualaikum, Ami, ada apa?"

Terdengar isakan di telinga Teduh, membuat Teduh khawatir setengah mati. "Ami nangis? Ami kenapa?"

Sinar yang mendengar pertanyaan Teduh menoleh. Menatap Teduh dengan cemas. Teduh yang paham tatapan Sinar, langsung menyalakan speakernya.

"Kamu bisa ke rumah sakit Intan Permana? Om Alfie meninggal."

Teduh dan Sinar sama-sama tertegun. Setelah mematikan telepon. Keduanya beranjak keluar dari mobil. Kebetulan sekali mereka belum meninggalkan rumah sakit ini.

Sampai di depan ruang mayat yang koridornya dipenuhi beberapa keluarga Teduh, Teduh langsung memeluk Aminya yang menangis. Sinar ikut menangis melihat orang di sekitarnya bersedih. Terlebih suara tangis Ami sangat terdengar pilu.

"Teduh, ayo masuk ke dalam."

Ami menarik pelan Teduh yang langsung mengangguk sembari merangkul pundak ibundanya tersebut. Hanya mereka berdua yang masuk ke dalam ruangan.

Di dalam, Teduh menatap jasad om Alfie yang sangat pucat. Saat tangannya memegang tangan om Alfie, Teduh terkejut. Tangan om Alfie sangat keras, seperti batu.

"Mi... Om Alfie—"

"Iya, Alfie memiliki penyakit yang sama seperti kamu. Satu fakta yang selama ini Ami tutupi dari kamu, kalau Alfie ini adalah ayah kandung kamu Teduh."

Hati Teduh mencelos mendengar fakta yang baru saja dia dengar.

"Dulu, Alfie dan Ami pernah saling jatuh cinta, sebelum akhirnya kami putus dan Ami memutuskan untuk menerima lamaran dari kembarannya, Yafie, orang yang selama ini kamu anggap ayah."

"Waktu Ami menyusui Kara, Alfie datang dari luar negeri. Dia belum bisa melupakan Ami. Malam itu, Yafie belum ada tanda tanda pulang. Dan malam itu juga, kami berdua kalah akan hawa nafsu kami berdua. Yafie marah besar waktu itu setelah memergoki kami."

"Nggak sampai situ, ternyata kejadian malam itu membuahkan kamu Teduh..."

"Ami... Ami minta maaf. Ami pengecut karena enggak berani mengatakannya lebih awal."

Sanjak TeduhTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang