32. Pemotretan

17.7K 558 32
                                    

"Nar, kok berat badan lo malah turun sih! Nyebelin!"

Windy mengerucutkan bibirnya. Jelita tertawa sambil menepuk pelan bahu Sinar. Mereka memang setiap makan di kantin kampus selalu mengecek berat badan mereka. Windy yang kali ini memiliki berat badan paling tinggi tidak terima karena Sinar makan banyak tadi.

"Lo pake obat pelangsing ya?" tuduh Widya.

"Mau?" ledek Sinar.

"Njir serius?"

Jelita menjitak pelan kepala Windy, "Mudah tergoda dasar! Sinar mana ada pake obat pelangsing."

"Ih enak banget sih jadi Sinar, makan banyak bukannya menggendut malah meramping!"

Sinar tertawa mendengar keluhan Windy.

"Ya lo jangan males work out lah, udah tau gampang melebar," sahut Jelita, lagi.

"Yeee, males itu manusiawi."

"Iya, males tapi tetap ngeluh, heran."

"Yeeee, itu juga lo kali!"

Di tengah perbincangan, Sinar merasa mual. "Eh, gue ke toilet dulu ya."

"Mau ditemenin Nar?"

Sinar menggeleng. "Gausah, bentar doang."

Sinar berlari kecil ke toilet sambil memegang mulutnya. Sampai di toilet Sinar berusaha memuntahkan makanan karena rasa mualnya. Namun, tidak bisa. Tidak ada satu sisa makanan pun yang keluar dari mulut Sinar. Sinar hanya merasa mual saja.

Sinar menumpukan kedua tangannya di wastafel setelah membasuh wajahnya. Badannya lemas, padahal dia baru saja makan banyak tadi. Tanpa pikir panjang lagi, Sinar memilih untuk touch up make up nya dan bergegas untuk menemui teman-temannya lagi. Oh, bahkan sudah ada Teduh dan teman-teman Teduh di sana.

"Eh Kak Sinar dateng, tadi Bang Teduh tadi nyariin, ayo ayo sini duduk samping Bang Teduh," sapa Dadah, menarik pelan tangan Sinar untuk duduk di samping Teduh.

Sinar terkekeh pelan, "Makasih Dah."

Dadah mengangguk, "Siap, traktir ya, Kak!"

Jufri menimpali, "Yeee, ada maunya aja lo, malah meres cewek lagi anjir."

"Gue aja yang traktir," sahut Teduh.

Dadah dengan mata berbinar bertanya, "Serius, Bang?"

Teduh mengangguk santai, "Kalian semua hari ini gue traktir."

"Asikkkkk!"

Semua segera bergegas membeli makanan. Termasuk Windy dan Jelita, "Lah kalian makan lagi?" heran Sinar.

"Ya, ditraktir mah gas aja lah."

"Kamu enggak mau, Nar?" tanya Teduh.

Sinar menggeleng. "Tadi udah makan banyak."

"Aku beli bakso dulu ya, sebentar."

Sinar sendirian sekarang. Matanya tak sengaja bertubrukan dengan mata Kama dari jauh. Kama sedang bersama Jeumpa, seperti biasa. Namun, hati Sinar tidak merasa sakit, Sinar sudah biasa saja. Bahkan, Sinar dengan mudahnya melemparkan senyuman kepada Kama. Sedangkan Kama yang melihat senyuman Sinar langsung mengalihkan pandangannya.

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Jun 27, 2023 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

Sanjak TeduhTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang