8. Gelap Datang Bersamaan

27.9K 954 92
                                    

"Hubungan yang sulit itu cukup simpel untuk dideksripsikan. Aku suka kamu, kamunya enggak. Akunya udah tau diri, tapi gak bisa pergi."
SANJAK TEDUH

Pagi ini Sinar bisa bebas melakukan apapun sebab dia sudah sembuh hari ini, lihat kan? Cukup sehari bagi sel darah putih Sinar memberantas penyakit dalam tubuhnya. Kadang, Sinar merasa beruntung setiap sakit pasti dia akan cepat sembuh. Itu suatu nikmat terindah dari Tuhan.

Sinar sudah siap dengan pakaian olahraga kuning-putih yang dibelikan Kama bulan lalu. Dia juga sudah mengabari Teduh lewat line, tapi belum kunjung mendapat balasan.

Satu lagi, sebelum itu juga Sinar sudah mengabari Kama kalau dia akan olahraga pagi dengan Teduh, tapi sama saja belum mendapat respon.

Ini Teduh sama Kama janjian apa kebetulan?

Sinar memutuskan untuk menonton drama Thailand berjudul Daughters terlebih dahulu di ponselnya sambil merebahkan diri. Lusa kemarin dia baru menonton lima dari dua puluh empat episode, sekarang dia baru melanjutkan lagi, karena sempat tertunda kemarin.

"Rapi banget udah pake baju olahraga gini, kok gak berangkat? Malah nonton drama, nanti keburu siang tuh," ingat Jelita yang baru keluar dari kamar mandi dengan rambut yang masih basah.

Sinar menatap jam dinding, sudah pukul tujuh lewat dua puluh tujuh menit. Ah, dia telah menunggu balasan Teduh dua puluh menit yang lalu ternyata. Sinar keluar dari aplikasi IQIYI, berganti membuka aplikasi line.

Sinar mengembuskan napasnya, berusaha menutupi rasa khawatir mengingat kemarin malam Teduh pergi ke rumah ayahnya, "Gatau deh, kayaknya gajadi. Yang ngajak belum ada kabar."

"Siapa?"

"Mantan lo."

"Teduh?"

"Emang siapa lagi? Lo kan belum punya pasangan lagi tuh abis putus, padahal udah lama juga."

Jelita semula sibuk mengeringkan rambutnya dengan hair dryer, kini menghadapkan hair dryer-nya ke wajah Sinar, "Gini-gini banyak yang deketin ya, cuma risih aja gue, gak ada yang nge-klik di hati."

Sinar berlari menjauh, sambil tertawa dia melempar bonekanya ke Jelita, yang ditangkap sempurna olehnya, "Yah ... gamon dia! Yang bisa ngeklik hati lo cuma Teduh seorang ya? Ngaku!"

Jelita ikut tertawa, mengingat masa-masa galaunya dulu waktu putus pacaran dengan Teduh tiga tahun lalu kurang lebih, "Apaan? Enggak, cuma masih enak sendiri. Gue malah ngakak anjir kalo inget-inget gue galauin tuh orang dulu, ga berguna buset."

"Gue kasih tau nih ya. Orang yang pernah galau di masa lalu itu beruntung. Soalnya, dia udah setingkat lebih dewasa dan berpengalaman. Coba waktu itu lo gak sedih, lo gak bakal tau rasanya nyembuhin luka. Dan gak bakal tau susahnya move-on dari seseorang. Ngelupain perasaan atau memindahkan perasaan itu butuh perjuangan yang gak bisa disepelekan."

"Hidih, lo kayak pernah move-on aja, lo kan baru pertama kali pacaran tuh. Awet banget lagi, gak pernah tuh gue liat lo berantem besar sama Kama."

Sinar memberhentikan tawanya sejenak, mengingat segala hal yang pernah dia lalui di masa kegelapannya. Masa-masa sulitnya memaksa perasaan terlarang untuk dibuang. Tak ada satupun yang tahu. Dia benar-benar melewatinya sendiri waktu itu.

Sanjak TeduhTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang