Tepat setelah menukar tiket dan masuk ke area konser. Mereka berdua langsung bertemu dengan gerombolan anak-anak kampus. Teduh mengobrol sebentar dengan para laki-laki. Sedangkan Sinar berlari ke arah Jelita yang tengah mengobrol dengan beberapa perempuan sebayanya."Jelitaaaa!"
Jelita yang merasa terpanggil sontak menengok. "Sinar!!!" ujarnya seraya balik memeluk Sinar yang memeluknya.
Sinar melepaskan pelukannya. "Sama siapa aja tuh?"
"Ke sini sih sama pacar gue. Cuma pacar gue lagi ngobrol. Jadi gue ngobrol deh sama mereka. Rata-rata penghuni gedung D." Gedung D adalah tempat perkuliahan bagi fakultas RKK dan Fakultas Sains.
"Sinar, ya?" tanya salah satu dari mereka.
"Gue Aqilla, ini temen-temen gue yang baju pink namanya Fiza, yang ungu namanya Sara, yang item item kayak blackmamba namanya Isya."
Sinar menyalami mereka satu persatu. "Sinar. Salam kenal."
"Sinar yang disukain Teduh itu ya?" tanya Fiza dengan polosnya. Isya yang di sampingnya sampai menyenggol lengan tangan Fiza. "Salah pertanyaan?" herannya.
"Sinar kamu kenapa gak mau sama Teduh? Ini di Isya, Aqilla, Sara berbondong-bondong deketin Teduh, tapi Teduh selalu bilang sukanya sama kamu lho. Wajar sih, teman-temanku ini kayak jamet semua soalnya."
"Pija bahlul," umpat Sara. "Gak usah didengerin ya Nar, ini si Pija emang suka gajelas kalo ngomong."
"Gajelas gimana? Fakta tau," sewot Fiza. "Oiya, Nar. Tadi aku dapat cupcakes dari cowok genit. Kamu mau gak? Enak tadi kumakan juga."
Sinar dengan senang hati menerima cupcake coklat dari Fiza. "Makasih, Ja." Lantas Sinar memakannya hingga tandas sambil menyimak obrolan.
"Sorry, gue bawa pergi ya Sinarnya." Tiba-tiba saja Teduh datang menginstrupsi obrolan pada perempuan yang beberapa dia kenal.
"Duluan ya," ujar Sinar, yang ikut pergi bersama Teduh.
"Oh, ternyata Sinar mau juga sama Teduh. Wajar sih soalnya diliat-liat cakep juga si Teduh," timpal Fiza. Sedangkan teman-temannya memutar bola mata kesal. Juga Jelita yang tertawa dengan celotehan gak jelas dari mulut Fiza.
Kembali ke Teduh dan Sinar. Teduh mengajak Sinar untuk ke barisan yang lumayan depan. Konser sudah mau mulai. Lumayan padat. Tangan Teduh sedari tadi setia merangkul Sinar. Menjaga Sinar agar tetap merasa aman. "Mau di depan banget sekalian Nar?"
"Enggak ah. Ada pagernya. Males. Sini aja udah enak."
Teduh menatap tas gendong hitam yang dikenakan Sinar. "Kamu bawa apa di tas?"
"Minum. Haus pasti nanti."
"Sini aku yang bawa."
Teduh mengambil alih tas Sinar dan memakainya. Tak lupa, Teduh kembali merangkul Sinar.
"Makasih," ucap Sinar, "oiya, kamu gak sama teman-teman kamu?"
"Kan aku ke sininya ngajak kamu. Jadi, ya, sama kamu, dong."
***
Sejak konser mulai, Teduh tak berhenti memandangi wajah bahagia Sinar di sampingnya. Terlalu indah untuk dilewatkan barang sedetik. Sinar terkadang ikut menyanyi, terdengar merdu di telinga Teduh.
KAMU SEDANG MEMBACA
Sanjak Teduh
أدب المراهقين[BEBERAPA PART DIPRIVATE, FOLLOW DULU BARU BISA BACA] "Memang benar ya, Sinar selalu menghangatkan hati Teduh meski dengan cara yang paling menyakitkan. Terima kasih Sinar, selepas semua kegelapan yang datang, kujamin bumimu akan tetap aman."