Kedua kaki Chaeyoung terpaksa mengikuti arah jalan eomanya. Setelah sampai di kamar nyonya Park, dengan kasar nyonya Park melempar tubuh Chaeyoung ke lantai sehingga membuatnya mengaduh kencang.
Nyonya Park duduk di atas ranjang kasurnya, "Berdiri!" perintahnya pada Chaeyoung.
Dengan pelan dan sakit pada kakinya, Chaeyoung berdiri.
"Jisoo!" teriak nyonya Park memanggil Jisoo.
Jisoo datang sambil menundukkan kepalanya, "Nde, Nyonya?"
Nyonya Park mengambil sebuah batang rotan yang berada di selipan lemarinya lalu memberikan rotan itu ke Jisoo. Jisoo menerima rotan itu dengan tangan yang gemetar.
"I.. Ini untuk apa Nyonya?"
Nyonya Park kembali duduk, "Pukul betis dia. Agar kakinya mau menuruti perintahku."
Jisoo terkejut, "Nde?"
Air mata Chaeyoung mengalir di pipinya dan kedua tangannya meremas rok yang ia kenakan.
"Palli! Pukul dia 30 kali atau kau kupecat." seru nyonya Park. [Cepat]
Mendengar itu hati Chaeyoung terasa sakit. Dia tidak mau Jisoo-unnienya dipecat. Karena Jisoo sudah dianggap kakaknya sendiri dan selama ini Jisoo selalu membantu dirinya dalam kesulitan.
Chaeyoung tersenyum ke Jisoo. Wajahnya seperti mengatakan, 'Gwenchana unnie.' pada Jisoo.
'Bila kau tersenyum seperti itu aku tambah tidak tega Chae. Oh, ya Tuhan apa yang harus kuperbuat?'- Jisoo.
"Palli!" seru nyonya Park.
Jisoo menelan salivanya lalu kedua tangannya berayun memukul betis putih milik Chaeyoung.
"Hana.. Duel.. Set.. " nyonya Park menghitung setiap pukulan dari Jisoo.
'Aku harus menahannya agar Jisoo-unnie tidak dipecat.'- Chaeyoung.
Setiap pukulan itu Chaeyoung mengeraskan kakinya. Tapi kini betis itu mulai meninggalkan garis-garis horizontal yang memerah.
"Lebih keras lagi Jisoo!" perintah nyonya Park.
Kedua tangan Jisoo tidak berhenti gemetar. Dia sungguh tidak tega melakukannya. Dan ini memang salahnya.
'Jika saja aku menelpon Chae lebih cepat. Aku tidak akan tertangkap basah. Dan Chae tidak akan berakhir seperti ini. Maafkan aku Chaeyoung-ah. Aku sungguh berdosa.'- Jisoo.
Buliran air mata Chaeyoung kini semakin deras. Jisoo berhenti sejenak. Ia melihat ke Chaeyoung dan Chaeyoung tersenyum padanya.
"Owh, tidak sakit ya? Chaeyoung. Kalau begitu tambah 20 kali lagi."
Chaeyoung terdiam sambil menundukan kepalanya.
"Mwo?"
"Wae? Kau mau kupecat. Lanjutkan."
Dengan berat hati Jisoo melanjutkannya.
"15.. 16.. 17.."
Untuk pukulan yang ke 18, Chaeyoung tidak sanggup menerimanya lagi. Ia terjatuh ke lantai. Kakinya tidak kuat menopang tubuhnya yang lemas tidak berdaya.
"Yaak! Apa yang kau lakukan? Cepat berdiri." teriak nyonya Park.
Jisoo meletakkan tongkat rotan itu lalu menghampiri tubuh Chaeyoung.
"Gwenchana?"
Chaeyoung memposisikan diri untuk duduk, "Ehm, gwenchana unnie."
'Apa maksudnya? Tidak apa-apa. Dia bahkan sulit untuk berdiri lagi.'- Jisoo.

KAMU SEDANG MEMBACA
~I'm not cinderella~ [Rose X Jjk]
Romance[The end] aku tidak ingat kapan mengenalnya.. yang kutahu ia sekarang sedang bertekuk di hadapanku.. dengan sebuah sepatu kaca berkilau.. ia yakin bahwa sepatu itu milikku.. dan memasangkannya di kaki kananku.. --a girl who keeps all her own proble...