Sinar pagi mentari kesekian kali ini memasuki jendela milik Chaeyoung dan menjelajahi tiap sudut kamar itu.
Pemilik kamar itu sedang merias wajahnya lalu dilanjut dengan menata rambutnya di meja rias.
Baginya ini termasuk hari spesialnya.
Ia sering tidak punya waktu untuk memenuhi permintaan adiknya, Jihoon. Dan mereka berniat untuk keluar hari ini.Chaeyoung masih dengan sisiran rambutnya. Tapi ia berhenti sebentar ketika pintu kamarnya dibuka oleh seseorang yang tidak ingin ia obrolkan bahkan melihat wajahnya saja tidak ingin.
Min-ah diambang pintu, "Aku ingin bicara denganmu."
Tanpa persilakan dari tuan kamar ia langsung duduk seenak jidatnya di atas kasur. Dia juga melipat tangannya.
"Aku tahu kau tidak akan pernah melepaskan Jungkook dengan apapun yang kukatakan padamu." ucap Min-ah.
Chaeyoung tetap menata rambutnya tanpa menoleh sedikitpun ke Min-ah.
"Sejak dia menggendongmu di lapangan karena kau jatuh. Yaah, lebih tepatnya aku yang membuatmu jatuh. Aku mulai curiga dengan kalian. Bahkan kemarin aku melihatmu memeluknya dan dia menghapus air matamu. Aah, aku sungguh cemburu."
Akhirnya Chaeyoung menengok ke belakangnya, "Katakan saja, apa yang mau kau katakan."
Min-ah mengangguk, "Ck, bisakah kau akur sedikit denganku. Aku juga bosan berkelahi denganmu, yang pasti ujungnya aku yang babak belur karenamu."
Chaeyoung berdiri dari meja riasnya lalu ia mengambil tas selempangnya, "Aku akan langsung pergi kalau kau banyak bicara kosong."
Min-ah ikut berdiri.
"Baik-baik. Aku cuman mau bilang. Kalian harus berhati-hati, eoma tidak segan melukai orang yang menghalanginya. Begini, bukannya aku khawatir padamu tapi.. Yaah, aku tahu kau tidak akan menyetujuinya. Kau harus putus dengan Jungkook karena ia bisa terluka."
Chaeyoung mengerutkan keningnya, "Apa maksudmu?"
"Hmm.. Aku mendengar eoma bicara dengan pengawalnya, kalau mereka mengawasi Jungkook dan kau."
Chaeyoung terdiam, kini pikirannya bertambah kalut seperti benang kusut yang hampir terikat mati. Tubuhnya merinding.
"Terserah apa yang akan kau lakukan selanjutnya, yang penting aku sudah mengatakannya padamu."
Setelah Min-ah mengatakan itu lalu dengan cepat ia pergi dari kamar itu meninggalkan Chaeyoung dengan sejuta pikiran yang bertambah.
Chaeyoung meremas tali tas selempangnya. Betapa ia membenci apapun yang mengenai nyonya Park. Benci sekali.
Ingin sekali ia pergi ke hadapan eoma tirinya lalu menamparnya. Tapi apa yang bisa ia lakukan, tidak ada. Ia tidak punya kekuatan apapun untuk bisa melakukan itu.
'Memutuskan Jungkook? Berat tapi ia bisa dalam bahaya. Apa yang harus aku lakukan?'-Chaeyoung.
==============(p′︵‵。)============
Sepasang sepatu sudah merasa bosan, akibatnya ujung kepala mereka digesek oleh tuannya dengan aspal jalan.
Jihoon menengok ke arah gerbang rumah yang terbuka oleh seseorang. Orang yang ia tunggu sudah keluar dan ia tidak sabar untuk menjalankan rencananya.
Hari ini, hari minggu pria muda itu berniat mengajak nuna-nya untuk berjalan-jalan.
"Sudah?" tanya Jihoon.
"Nde, kau mau mengajakku kemana?"
"Ada deh. Kaja!" Jihoon mengambil pergelangan tangan Chaeyoung.
KAMU SEDANG MEMBACA
~I'm not cinderella~ [Rose X Jjk]
Romance[The end] aku tidak ingat kapan mengenalnya.. yang kutahu ia sekarang sedang bertekuk di hadapanku.. dengan sebuah sepatu kaca berkilau.. ia yakin bahwa sepatu itu milikku.. dan memasangkannya di kaki kananku.. --a girl who keeps all her own proble...