ep. 15

2K 267 2
                                    

Tubuh Chaeyoung merosot di daun pintu kamarnya setelah ia berusaha memaksa kakinya berjalan menuju kamar. Kini seluruh badannya gemetaran. Dadanya sesak dan air matanya tak henti menangis.

"Eoma, apa yang harus aku lakukan?" ia memeluk lututnya. "Aku anak yang buruk. Aku telah mengecewakan appa lalu sekarang appa menghilang? Apa lagi? Apa lagi yang harus aku terima?" Chaeyoung menengadah.

Ia melihat ke jendela yang terbuka dengan hordeng yang menari tertiup angin. Udaranya dingin pada malam hari ditambah hujan yang lebat. Kilatan sinar petir menambah dera tangis Chaeyoung.

"Eoma? Apakah eoma marah padaku?" Chaeyoung menghapus air matanya sendiri, "Apa yang akan eoma katakan saat aku seperti ini?"

Chaeyoung berusaha berpikir bagaimana sikap eomanya? jika ada masalah melandanya.

"Eoma... Eoma.. " ia mengambil napas, "Eoma pasti akan berkata, 'kau harus tenang sayang. Untuk sementara ini pikirkan jalan keluarnya. Tetap semangat.' ketika kau masih di sisiku kau selalu berkata begitu untuk menenangkanku."

Ia kembali menyeka air matanya, "Gerrae, aku harus tenang. Pasti ada jalan keluarnya."

Ia bangkit lalu menuju jendela dan menutupnya.

'Eoma pasti tidak mau aku terus-menerus menangis. Agar ia tetap damai aku harus tenang.'-Chaeyoung.

Dengan mengingat apa yang eomanya katakan membuat Chaeyoung terus kuat walau ia berkali-kali menangis. Jika ia terus hidup maka ia harus terus berjalan, apapun yang akan ia lewati itu tidak akan membuatnya terhambat.

Itulah yang selalu Chaeyoung pikirkan. Seperti burung dengan sarangnya yang dirusak cuaca dan burung itu akan terus membuat sarang baru.

Chaeyoung pun masuk ke kamar mandi untuk membilas tubuhnya yang basah karena hujan. Air yang mengucur di shower menyegarkan pikirannya.

Tapi tanpa ia ketahui Min-ah menyelinap masuk ke dalam kamarnya.

'Aku tahu siapa yang menemani si pembantu di cafe tadi siang. Tapi aku belum punya bukti.'-Min-ah.

Ia pun menggeledah meja belajar Chaeyoung tapi tidak menemukan apapun. Lantas melihat di atas ranjang. Matanya membulat senang lalu mengambil ponsel milik Chaeyoung.

Jarinya bermain di atas layar ponsel itu. Tak lama ia mendapatkan apa yang ia cari. Mulutnya menganga karena tidak percaya dengan apa yang ia temukan.

"Tidak mungkin. Kenapa pembantu gembel itu bisa?"

Air keran dalam kamar mandi berhenti lalu Chaeyoung keluar dari kamar mandi dengan baju ganti.

"Min, kenapa kau ada di kamarku?" tanya Chaeyoung, tapi ia tersadar melihat ponselnya berada di tangan Min-ah.

"Kembalikan ponselku!" Chaeyoung mengulurkan tangannya.

"Aniyo, ini akan jadi bukti."

Dahi Chaeyoung mengernyit, "Bukti apa?"

"Kalau kau memperalat pangeran Jungkook."

"Apa yang kau pikirkan? Kembalikan!"

Min-ah berusaha kabur dengan keluar dari kamar tapi tangan Chaeyoung lebih cepat darinya. Chaeyoung mencengkeram tangan Min-ah.

"Kembalikan atau kau kupukul?" Chaeyoung mengancam.

"Ani." Min-ah melangkah keluar.

Chaeyoung menarik rambut Min-ah lalu melempar tubuhnya di atas ranjang.

"Aku tidak mau lebih kasar lagi Min-ah, kembalikan sekarang juga."

"Tidak mau. Kau tuli hah?"

Chaeyoung benar-benar kesal, ia memukul bahu Min-ah.

~I'm not cinderella~ [Rose X Jjk]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang