extra part

6.2K 215 9
                                    


5 tahun kemudian.....

"Kak Ando bantuin Illi" ucap seorang anak perempuan yang sedang berusaha menggapai bonekanya yang tersangkut di atas dahan pohon.

"Ambil saja sendiri" balasnya cuek
"Ishh bantuin kak, Illi tidak bica campai pohonnya telalu tinggi" jawabnya dengan masih cadel.
"Ck menyusahkan saja kau ambil saja menggunakan ranting itu, aku sibuk"

Mau tidak mau ia harus menggunakan sebuah ranting yang berada tepat di bawahnya untuk menggapai boneka kesayangannya itu. Ia terus berusaha akan tetapi masih saja tidak sampai. Sedangkan sang Kakak duduk dengan santai nya sambil membaca sebuah buku tanpa berniat untuk membantu adiknya yang sedang kesulitan itu.

"Ihh cucah, gimana ya hemmm..."

Ia pun berfikir bagaimana caranya untuk bisa mencapai bonekanya itu sambil melihat sekitarnya. Sebuah ide terlintas cepat di pikirannya. Ia pun segera menghampiri sebuah kursi kecil lalu dibawanya dan diletakkannya di samping pohon. Ia pun segera menaikinya dengan tangan yang masih memegang sebuah ranting.

Dengan perlahan ia mengarahkan ranting itu tepat ke arah bonekanya berada. Akan tetapi walaupun sudah menaiki kursi, masih saja tidak sampai. Pada akhirnya ia harus berjinjit dan mengenai bonekanya. Ia terus mengarahkan ranting yang ia pegang lalu menggoyangkan ke segala arah. Tiba-tiba.....

Brukkk

"Aaaaaaaa" teriaknya

Karena kurang hati-hati dan kehilangan keseimbangan akhirnya ia jatuh tersungkur ke tanah. Mendengar suara jatuh dan jeritan, Erland pun segera menghampirinya. Ia membuang asal buku yang sedari tadi di baca lalu berlari secepatnya. Setelah sampai ia melihat adiknya sudah jatuh tersungkur.

"Illi" ucapnya
"Kamu lagi ngapain sih disitu, kalau mau tidur jangan di atas tanah" lanjutnya
"Huaaaa"

Bukannya menjawab Illi malah semakin menjerit menangis. Hal itu membuat Erland dibuat bingung.

"Ck bangun, mau sampai kapan tiduran disitu"
"Mommy.....Daddy...." teriak Illi
"Mom dan....."

"Ada apa ini? aduh keponakan uncle kenapa lututnya berdarah" ucap Farel yang tiba-tiba datang karena mendengar jeritan di taman belakang pack

"Hiks..."
"Erland kenapa Illi bisa jadi seperti ini?" tanya Farel
"Aku tidak tahu" balas Erland datar
"Kenapa bisa tidak tahu, sudah uncle bilang kan jaga adik kamu baik-baik. Kalau Mom sama Dad kalian tahu, uncle yang bisa kena marah gara-gara tidak becus jaga kalian berdua" ujarnya

"Hiks... bo boneka Illi nyangkut uncle, Illi cudah bilang ke Kak Ando buat ambilin bonekanya. Tapi Kak Ando malah nyuluh Illi buat ambil cendili" ucap Illi
"Dasar tukang adu" gumam Erland

"Haisshhh kalian ini slalu saja buat uncle pusing. Kamu juga Erland seharusnya jadi Kakak itu harus melindungi adiknya jangan seperti ini. Selama tiga hari ini kalian tanggung jawab uncle selama Mom dan Dad kalian pergi. Ya sudah kalau begitu kita masuk, Illi ayo uncle gendong dan obati lutut kamu"

Illi hanya mengangguk, lalu ia pun dengar tertatih berjalan dan naik ke punggung Farel. Setelah itu Farel dan Illi memasuki pack dan tak lupa Erland yang membuntuti mereka berdua dengan masih membaca bukunya yang sempat ia lempar tadi.

"Sudah Illi duduk disini, uncle ambil p3k dulu. Sudah jangan menangis nanti jelek tidak cantik lagi"
"Illi cantik tau"
"Iya-iya kamu memang keponakan uncle yang paling cantik" jawab Farel sambil meninggalkan ruang keluarga.

"Mana sini uncle obatin" ucap Farel
Illi pun mengangkat kakinya lalu meletakkannya di atas paha Farel.
"Pelan-pelan uncle, sakit" lirihnya
"Ck dasar cengeng" ujar Erland

"Erland daripada mengomel terus sebaiknya ke kamar saja sana, uncle pusing dengan kelakuan kamu yang lebih parah dari Dadmu sendiri" ucap Farel kesal
"Buah memang tidak pernah jauh dari pohonnya" balas Erland lalu beranjak pergi untuk melanjutkan kembali membaca buku yang lainnya.

"Dasar anak itu, nah sudah. Sebaiknya Illi istirahat sekarang ok"
"Uncle, nanti cole Kak Dallent jadi kecini kan?" tanya Illi
"Iya nanti kesini sama aunty Helga" jawabnya
"Yeeyyyy ketemu Dallent lagi" teriak Illi girang.

"Senang sekali sih dengan Kak Darrent" ucap Farel
"Iya dong uncle, kak Dallent kan beda cekali dengan Kak Ando. Kak Ando kan jarang sekali bicala udah begitu mukanya kaku. Kalau kata Mommy mukanya datal. Datal nya melebihi tembok cama cepelti Daddy"

"Kamu ini bisa saja, sudah sana istirahat. Mau Uncle antar?" tanya Farel
"No, i can going alone" jawab Illi
"Hahaha, kau ini bicara saja masih cadel sudah mau berbicara bahasa inggris"
"Hehehe"

"Belajar yang pintar, biar bisa jadi wanita yang kuat seperti Mommy dan wanita yang baik. Coba bicara menggunakan bahasa Pranciss sekarang"
"Illi tidak bica uncle, kalau mau culuh aja Kak Ando. Dia kan bica cemua bahaca" cemberut Illi

"Maka dari itu harus bisa dengan cara belajar ok"
"Ok uncle dahh"
"Melupakan sesuatu princess kecil?"
"Oh iya, muachhh dahh" setelah itu Illi pun melenggang pergi walau masih berjalan tertatih. Sedangkan melihat itu Farel hanya bisa tersenyum. Kenangan buruk sudah berlalu dan kini mereka bisa tumbuh besar.
"Kecupan manis dari putri kecil yang manis" ucapnya.

"Semoga ke depannya akan baik-baik saja dan tidak ada lagi yang mencari masalah" gumamnya seraya pergi mengurusi dan mengawasi para warior yang sedang berlatih bersama Bryan di halaman belakang khusus pelatihan.

~^^~

My Mate is Alpha (mon âme soeur est alpha )Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang