Continue

6 1 0
                                    

kadang dia duluan yang mulai menyapaku walaupun terkadang sebenarnya dia yang marah terlebih dahulu kepadaku. Ohya, tapi terkadang aku suka kesal dengan Adit karena dia begitu jahil kepadaku. Saat aku SMP dulu bersamanya, dia sering skali meninggalkanku duluan untuk pulang. Hingga membuatku kesal, dan memilih untuk naik angkot saja. Tapi saat aku sudah menaiki angkot dan tinggal menunggu untuk berangkat saja. Tiba-tiba ia kembali lagi, dan menyuruhku turun untuk segera menaiki motornya agar diantarkannya pulang. Hal itulah yang sering skali membuatku marah kepadanya pada saat SMP dulu. Tapi sejak dulu ketika ia memiliki seorang pacar, pasti aku orang pertama yang terlebih dahulu dikenalkan kepada pacarnya. Entah mengapa, sampai saat ini ia sering sekali mengajak pacarnya kerumahku dan mengenalkannya kepada Ibu dan Ayahku. Akupun bingung sama tingkahnya yang begitu aneh, tapi menurutku itu lucu. Kami berdua tidak pernah merasa canggung saat bersama, dan bertingkah layaknya seperti biasa. Karena kami berdua berpikir kami sudah mengenal sejak lama, dan kami tahu sikap dan tingkah yang biasa kami lakukan sejak dahulu.
Walaupun begitu sampai saat ini, setelah 4 bulan aku berpacaran dengan Arlan aku masih belum pernah mengenalkan Adit kepada pacarku Arlan. Karena aku takut Arlan marah, karena jika ia tahu aku memiliki sahabat seorang laki-laki. Tetapi Adit sudah tahu kalau aku berpacaran dengan Arlan, karena aku sudah menceritakan kepadanya kalau aku sudah berpacaran dengan Arlan. Dan Aditpun tahu wajah Arlan, karena kelas Adit dan Arlan berdampingan. Tapi lebih dahulu kelas Adit, baru kelas Arlan. Beberapa teman kelas Arlan mungkin sudah tahu jika aku bersahabat dengan Adit. Tapi mungkin hanya beberapa teman saja yang sudah kenal aku dan Adit sejak SMP saja. Mungkin, aku akan memberi tahu Arlan nanti jika sudah saatnya, karena menurutku untuk saat ini aku masih takut ia marah jika ia tahu kalau aku mempunyai sahabat laki-laki.
Saat aku menengok kebelakang ternyata itu Adit yang memanggil namaku, dan akupun langsung berhenti berjalan. Dan Adit langsung mematikan motornya, iapun bertanya kepadaku,
Adit "Kok tumben gak pulang bareng Arlan?"
Aku "Gapapa lagi gak ingin saja."
Adit "Tumben banget. Biasanya tiap hari dianterin pulang."
Aku "Entahlah."
Adit "Terus ini mau pulang naik apa?"
Aku "Naik angkot kali."
Adit "Yasudah bareng gue saja sini."
Aku "Beneran?" (Dengan eskpresi sedikit ketawa.)

Sedihku Kembali LagiTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang