Vote n comment dulu, baru baca😍
Sorry for typo guys💖Menjadi anak kelas 3 Sma tidak lah seenak yang dibayangkan, tinggal beberapa bulan lagi Ananta akan beranjak dari masa putih abu-abunya. Beberapa hari ini Reo dan Ananta tidak pernah lagi terlihat bersama semua masalah membesar lebih lagi tentang Pak Harry, Daniel dan yang lainnya. Ananta tidak begitu peduli meski sesekali dia memikirkannya dan kembali terluka akan perasaannya yang masih sama pada Reo, Ananta memasuki kelas dengan banyak buku di tangannya, lumayan berat.
'' Wahhh, lo mau bangun perpustakaan Nta?'' ujar Intan yang melihat tumpukan buku di tangan Ananta.
'' Dibantuin kali Tan, jangan cuma diliatin. Berat tau.''
'' Iya..iya.''
'' Kok lo bawa bukunya banyak banget?''
'' Iya, mau dibalikin lagi ke pustaka.''
Ananta menikmati pelajaran hari ini, setelah jam istirahat Ananta pergi ke perpustakaan untuk mengembalikan buku-bukunya.
'' Yuk kekantin!'' ajak Intan.
'' Aku nyusul aja, ke pustaka bentar.''
'' Yaudah, mau gue bantuin gak?''
'' Gak usah Intan, kan yang dibalikin cuma dikit.''
'' Yaudah, gue ke kantin duluan ya! Awas gak nyusul.''
Intan berjalan keluar kelas, Ananta mengambil beberapa buku yang ingin dia kembalikan kemudian berjalan ke arah perpustakaan. Tidak begitu ramai hanya beberapa anak kelas 3 yang mau meminjam buku atau pun untuk mengembalikan buku. Ananta menulis namanya pertanda bahwa bukunya sudah di kembalikan. Ananta berjalan kekantin untuk menyusul Intan, Ananta ingin mengurungkan niatnya saat Intan duduk bersama dengam Reo, Doni dan Angga.
'' Nta sini!'' ujar Intan.
Ananta mengangguk kemudian mengambil kursinya. Dan duduk disebelah Intan.
'' Udah ke pustakanya?''
'' Udah.''
'' Ni siomay lo.'' Intan memberikannya kehadapan Ananta. Reo terlihat biasa saja, tidak ada percakapan diantara mereka.
'' Reo.'' Sapa seorang wanita, dan itu adalah Rose tapi mau apa dia? Kenapa dia datang menghampiri Reo? Apa mereka ada urusan.
Reo menoleh. '' Apa?'' balas Reo singkat.
Rose duduk disampingnya, itu membuat Ananta tidak nyaman. Ananta tidak ingin terlihat cemburu di depan Reo. Ananta memasang wajah biasa saja sambil sesekali mengunyah siomaynya.
'' Eh, kok lo duduk? Yang nerima lo duduk situ siapa?'' bentak Intan, namun Ananta mencoba menahannya karena dia takut terjadi kekacauan.
Rose tidak menghiraukan perkataan Intan dia hanya menikmati suasana didekat Reo.
'' Gue pulang bareng lo ya.'' pintanya manja.
'' Idih...'' ledek Intan.
'' Emangnya Daniel mana?'' tanya Reo.
'' Kan Daniel udah bareng cewek sok cupu itu.'' dengan nada sinis dan mengarahkan pandangan ke Ananta. Ananta tidak berusaha untuk membela, itu hanya akan buang-buang waktu saja. Ananta melahap makanannya dengan perasaan yang dikondisikan biasa saja.
'' Jaga ya tu mulut!'' bentak Intan.
'' Kok lo yang marah sih Tan, kan yang dibilang Rose benar buktinya Ananta diam aja.'' cetus Reo yang membuat perasaan Ananta kecewa.
'' Aku duluan ya Tan.'' Ananta berdiri dari tempat duduknya, dan pergi menjauh dari tempat dimana Reo menabur kekecewaan.
'' Lo puas kan yo! Makan tu belatung!!!'' nada suara Intan mengeras, kemudian pergi berlari mengejar Ananta Angga dan Doni juga mengikuti langkah Intan karena mereka juga tidak setuju dengan perlakuan Reo.
Ananta duduk di lobi dengan menunduk, sudah pasti dia menangis.
'' Nta?'' elus Intan lembut.
Ananta spontan memeluknya.''Aku salah apa? Emangnya kalau jalan sama Daniel itu berarti cinta ya?'' Dengan nada suara parau.
'' Udah..udah, lo gak boleh keliatan lemah didepan Reo.''
Ananta menyeka air matanya dan melepas pelukannya, benar Ananta tidak boleh kelihatan lemah di depan Reo. Ananta harus kuat meski pun terluka, jika Ananta tidak kuat Ananta yang akan terus-terusan terluka.
'' Ntar gue bantuin ngomong sama Reo.'' ujar Doni.
'' Gak perlu Don.'' balas Ananta masih dengan sisa air matanya.''Kalau ini yang terbaik aku akan nerima apapun yang Reo lakuin ke aku.'' Nada suara Ananta masih sangat terdengar parau.
'' Kalian kekelas aja, gak enak sama orang-orang yang lewat.'' saran Angga, Doni dan Angga tidak hanya menjadi sahabat Reo tapi menjadi sahabat Ananta juga. Mereka begitu perhatian dengan masalah Ananta sekalipun harus menyanggah perkataan Reo.
'' Lo kenapa sih yo?'' tanya Doni saat berada didalam kelas.
'' Emang gue kenapa?'' tanya Reo sinis.
'' Lo tu gak mikir ya perasaan Ananta.'' balas Doni dengan nada suara kelas.
'' Kok lo bela dia? Yang sahabatan sama lo tu siapa? gue atau dia?''
'' Gue berada pada pihak yang benar.''
Reo berdiri dari tempat duduknya dan menepuk tangannya 3 kali dihadapan Doni.
'' Lo bentak gue demi cewek itu? Lo suka dia?'' nada suara Reo semakin keras.
'' Jaga mulut lo ya!'' balas Doni.
Angga tidak bisa memposisikan dirinya sekarang, dia takut ada perkelahian jika salah satunya dia bela. Dia hanya mencoba untuk melerai.
'' Kok kalian jadi keras kepala gini? Udahlah Don, itu urusan Reo jangan ikutan.'' ujar Angga karena dia takut jika nanti ada perkelahian.
'' Betul tu, lo harus mikir kayak Angga dong Don.'' sambil berjalan menjauhui kedua sahabatnya itu.
'' Lo jangan ikut campur dulu Don, Reo lagi susah di ajak.'' jelas Angga.
Doni hanya menahan amarah melihat tingkah laku Reo, dia tidak ingin berkelahi dengan sahabatnya itu.
Bel sekolah berbunyi, Ananta menunggu semua siswa pulang dulu karena dia tidak ingin nanti ada yang mengajaknya pulang bareng. Ananta berjalan menuju gerbang, sekolah sudah sangat lengang hanya ada beberapa saja yang masih duduk-duduk di lobi atau pun koridor. Ananta berjalan menuju gerbang sekolah untuk menunggu angkot datang. Selagi menunggu di pinggir jalan Ananta melihat sepeda motor Reo terparkir di seberangnya dan tidak jauh dari situ Reo sedang duduk memainkan handphonenya. Reo menunggu siapa? Apa mungkin Ananta? Ahh tidak, mungkin Rose tapi tidak mungkin Rose pulang selama ini. Ananta tidak mau memikirkannya angkot sudah datang, Ananta menaikinya dan menoleh ke arah dimana sepeda motor Reo yang tadi terparkir. Tapi, sepeda motornya sudah tidak ada lagi, Ananta melihat disekitarnya Reo juga sudah tidak ada disitu.
'' Yaudah, mungkin sudah pulang.'' gumamnya dalam hati.
Ananta kembali duduk dengan baik, angkot tidak terlalu buruk hanya saja banyak hal yang dilakukan bersama Reo saat menaiki sepeda motor tidak bisa dilakukan didalam angkot. Jika didalam angkot Ananta hanya bisa membaca novel dan sesekali menoleh kejalanan jika bersepeda motor dengan Reo, Ananta bisa bercengkrama, tertawa, dan memeluk Reo bahagia memang namun kini bahagia itu telah digantikan dengan rasa kecewa.
Ananta turun dari angkot, dia menoleh kesalah satu rumah yang ada didepan rumahnya. Itu Reo, tapi mengapa dia berada disitu dan kenapa dia hanya berdiri dirumah itu? kenapa dia tidak datang menghampiri Ananta meskipun mereka sudah bertatapan. Ananta tidak mau mengambil pusing Ananta berjalan memasuki rumah. Kok Ananta gak peka sih? Reo kesitu mau mastiin kalau Ananta udah pulang dengan selamat atau tidak.
Kita saling bahagia, itu biasa
Kita saling menebar tawa meski terluka, tidak ada salahnya
Jalani saja, masalah bahagia atau tidaknya
Itu kita yang punya.
-Ananta-Maapin chapter ini agak gaje,😅
Jangan lupa vote n comment
KAMU SEDANG MEMBACA
ANANTA
Teen Fiction(CERITA SELESAI) (Belum direvisi) Semua hal yang pernah membuat luka dahulu, semua hal yang membuat tangisan dahulu, mari kita ubah menjadi bahagia dengan lembaran baru. Aku bahagia, jika air matamu tidak menetes lagi di pipimu -Reo- Jangan cari aku...