Sosialisasi

492 37 0
                                    

Maapin kalau akhir-akhir ini chapternya rada gaje,soalnya lagi pusing milih jurusan Snmptn😌
Sorry for typo.

Sebentar lagi Ananta dan siswa Sma 1 Nusa lainnya akan menghadapi Ujian Nasional. Sma 1 Nusa akan mengadakan sosialisasi tentang Ujian Nasional sekaligus pemilihan jurusan untuk PTN. Untuk menambah kesan sosialisasi agar berjalan dengan lancar kepala sekolah mendatangkan seorang motivator, semua siswa kelas 3 diwajibkan hadir dalam sosialisasi tersebut, tanpa terkecuali semuanya berkumpul di aula pertemuan Ananta, Intan, Doni, Angga dan Reo duduk berdekatan entah itu kebetulan atau tidak Reo duduk persis di samping Ananta.

'' Baiklah kakak akan menjelaskan kepada Adek-adek semua yang masih bimbang dengan jurusannya.'' jelas dari motivator tersebut. Sesi penjelasan dilangsungkan cukup lama, motivator tersebut memberikan waktu kepada semua siswa untuk sesi tanya jawab. Beberapa siswa mengajukan pertanyaannya dan dijawab secara lugas oleh motivator.

'' Masih ada yang mau bertanya?'' tanya motivator.

Ananta terkejut saat seseorang mengangkat lengannya ke atas, itu adalah Reo yang sengaja mengerjainya, Ananta sontak terkejut.

'' Iya, mau nanya apa Dek?'' tanya motivator.

'' Gini Kak, dia mau nanya Reo masih cinta sama dia atau nggak. Kakak jawab aja Reo masih cinta kamu.'' ujar Reo dengan nada dikecilkan, namun masih bisa didengar oleh orang-orang terdekatnya, pernyataan Reo itu membuat orang-orang disekitarnya tertawa namun tidak dengan motivator dia hanya keheranan.

'' Pertanyaannya bisa diulang lagi?'' minta motivator.

Ananta bingung mau bertanya apa.'' Agg..Sebelumnya perkenalkan nama saya Aulia Rananta, saya mau Bertanya kak saya tertarik pada salah satu jurusan Ipa yaitu biokimia kalau boleh tau prospek kerjanya dimasa depan apa ya Kak?''

'' Biokimia itu gabungan dari biologi dan kimia, keduanya sama-sama murni menurut Kakak kalau Adek ngambil jurusan Biokimia prospek kerja yang menjanjikan lumayan banyak seperti penelitian dan pengembangan, industri pangan, rekayasa biologi, farmasi dan banyak lagi.'' jelas motivator, Ananta mencatatnya dalam satu buku catatannya. Ananta masih kesal dengan perlakuan Reo. Dia tidak menghiraukan Reo meski Reo mencoba membujuknya, Reo aneh perasaannya slalu mudah bertukar. Mungkin karena dia masih mencintai Ananta meskipun kecewa dia masih tetap berusaha menjaga cintanya. Acara sosialisasinya sudah selesai, semuanya kembali kekelas masing-masing.

'' Nta, ntar pulangnya bareng aku aja ya!'' ujar Reo disela-sela perjalanan.

'' Aku udah terbiasa naik angkot.'' jawab Ananta singkat.

'' Kalau lo naik angkot gue jadi repot Nta. Please! Ngertiin gue.''

'' Kamu tu maunya apa sih yo? Kemaren ngebentak, sekarang belagak manis.'' ujar Ananta dengan nada lumayan keras.

'' Gue tu cemburu lo deket sama cowok lain.'' menatap kearah Ananta, meski Ananta tidak menatapnya.

'' Jadi kamu aja yang cemburu? Aku gak cemburu gitu kalau kamu deket sama cewek lain?'' jelas Ananta tegas, kini Ananta sudah mencoba menghargai hatinya.

'' Nta, dengerin gue dulu....'' disela-sela penjelasan Reo, Rose datang dan memotong penjelasannya. Raut muka Ananta berubah, pertanda dia tidak menyukai keberadaan Rose. Ananta mau menjauh dari mereka berdua namun, Reo menahannya.

'' Reo, Bokap gue minta lo kerumah.'' ujar Rose.

'' Buat apa?'' tanya Reo. Kini Reo sudah salah menahan Ananta, ini masalah keluarga dan gak mungkin Reo menolaknya didepan Rose.

'' Gak tau kayaknya ada yang mau diomongin, lo datang kan?'' tanya Rose. Reo hanya diam.

'' Dia bakalan datang. Yaudah aku duluan!'' jelas nada suara Ananta sangat kesal, bagaimana tidak Ananta sangat membenci Reo jika bersama dengan Rose kini mereka berdua ada dihadapannya. Ananta menjauh dari tempat berdiri keduanya, Ananta tidak menghiraukan Reo yang memanggilnya.

Kenapa Reo tidak bisa menolaknya di depan Ananta? Tidak papa jika Reo ingin pergi, namun bersikap baik Kepada Ananta saat Ananta di dekatnya itu tidak salah.

Ananta berjalan menuju gerbang sekolah untuk menunggu angkot, cuaca siang ini rada mendung sebentar lagi hujan akan turun. Ananta menunggu cukup lama, angkot yang biasa Ananta naiki tidak lewat beberapa tetes air hujan mulai turun. Ananta tidak tau harus pulang naik apa, menelfon rumah percuma saja Bang Dana tidak disana, Mama mobilnya dibawa Papa.

'' Ck.'' Ananta berdecak kesal saat air hujan mulai turun lumayan banyak.

'' Yuk, naik!'' ajak Reo, yang sedari tadi menunggu Ananta.

'' Gak usah, ada angkot kok.'' tolak Ananta.

'' Bisa gak sih lo dengerin gue? Demi kebaikan lo, angkot nya gak bakal datang. Naik keburu hujan nanti!'' menarik lengan Ananta. Dari pada menunggu angkot yang tidak jelas dimana Ananta terpaksa ikut bersama Reo. Separuh jalan Ananta dan Reo di guyur hujan.

'' Kita berhenti dulu ya, mata gue sakit ni kena air hujan.'' ujar Reo.

Reo menepikan sepeda motornya disalah satu ruko, rambut Ananta sudah lepek karena air hujan begitu juga dengan Reo. Hujan nya makin lebat tidak memungkinkan untuk terus dilalui. Ananta merasa lelah berdiri belum lagi perutnya yang mulai terasa lapar membuat raut mukanya keliatan kelaparan.

'' Lo lapar?'' tanya Reo.

Ananta menggeleng, padahal yang sebenarnya adalah Ananta sangat lapar namun, takut jika merepotkan Reo akhirnya dia berbohong.

'' Lo tunggu sini.'' Reo berjalan menjauhi Ananta.

Ananta mengerutkan dahinya, dia tidak tau apa yang sedang dilakukan Reo. Ananta semakin kelaparan hujan masih lebat dan Reo belum juga datang.

'' Nta, lo masih laparkan?''

Ananta terdiam, Reo membuka baju seragamnya.

'' Eh kamu kenapa?'' tanya Ananta keheranan.

'' Jangan berfikiran yang aneh-aneh, ni jadiin payung lo biar kita bisa makan, kayaknya disana ada warteg.'' ujar Reo sambil memberikan baju seragamnya.

'' Gak mau ah, masa seragam kamu aku jadiin payung ntar kamu sakit.'' jelas Ananta.

'' Gak papa, kan deket lagi pun aku masih make kaos. Ayok!'' ajak Reo

'' Tapi Reo..'' Reo menarik lengan Ananta karena dia tidak ingin berlama-lama dengan celotehan Ananta.

Ananta menjadikan seragam Reo sebagai payungnya, sedangkan Reo berjalan di sebelahnya. Reo memang pengertian tapi terkadang Reo juga membuat Ananta ragu dengan perasaannya. Mereka berdua berjalan menuju tempat yang sudah Reo liat sebelumnya. Hanya beberapa langkah dari tempat mereka berdiri tadi jadi Reo dan Ananta tidak perlu menaiki sepeda motornya. Itu adalah warung tegal sederhana, tapi cukuplah untuk mengganjal perut mereka berdua.

'' Makannya udah selesai?'' tanya Reo.

Ananta mengangguk. Hujan masih lebat seragam Ananta sedikit basah. Begitu juga dengan Reo, dia melepas baju seragamnya hanya untuk melindungi Ananta dari hujan, meskipun masih ada dalaman kaosnya tapi itu cukup membuat Reo kedinginan.

'' Mang teh panas dua.'' pesan Reo.

'' Aku gak mau.'' ujar Ananta.

'' Minum dikit, biar gak terlalu dingin.'' memberikan segelas teh panas ke Ananta.

Ananta sesekali meneguknya. Hujan masih sangat lebat, beberapa orang terlihat melalui hujan dan yang lainnya terlihat berteduh. Ananta kembali merasa kedinginan karena baju yang dipakai nya basah, namun karena meminum teh panas sedikit demi sedikit tubuhnya mulai hangat.

'' Harusnya sih gue meluk lo.'' ujar Reo yang membuat Ananta tersipu malu.

'' Gak perlu.''  singkat Ananta.

Hari ini lumayan indah bagi keduanya, meski kedinginan namun, tidak mengalahkan kehangatan cinta diantara mereka. Reo juga begitu pengertian pada Ananta meski akhir-akhir ini dia sering menyakiti. Hujan terima kasih kau telah membuat kisah cinta ini kembali bersemi.

Tolong tinggalkan jejak😂😂
Vote n comment guys.

ANANTATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang