Sorry for typo yaa guys!
Ceritanya tinggal beberapa chapter lagi. Semangat terus bacanya ya!!😍😍Menjadi ketua panitia tidaklah menyenangkan. Ananta sudah merasa kelelahan karena persiapan perpisahan ini. Memang sih semua panitia dan anak Osis mengerjakan tugasnya, tapi mereka harus diarahkan dulu baru bekerja.
'' Pada ngumpul dulu.'' teriak Ananta. Semuanya menuju kearah Ananta untuk mendengarkan apa yang akan Ananta informasikan.
'' Gini ni, kemaren aku udah bikin pin buat panitia perpisahan ini. Jadi sekarang aku bagiin ya, setiap orang satu dan ini harus wajib dipakai setiap ada rapat atau pun sedang perpisahan.'' jelas Ananta sambil memberikan pin nya kepada panitia yang lain. Itu adalah pin yang bertulisan ONS mungkin singkatan dari one night with stars. Semua panitia memakainya, sesuai dengan perintah Ananta.
'' Nta, gue mau ngomong sesuatu.'' ujar Reo saat dia ingin mengambil pin nya.
'' Aku sibuk.'' sambung Ananta.
'' Bentar aja kok.'' meletakkan kotak pin Ananta yang tadi dia bagikan.
'' Aku sibuk, kamu gak denger?''
Reo menarik lengan Ananta agar bisa menjauh dari yang lainnya. Reo memberhentikan langkahnya saat dia merasa sudah sepi.
'' Gue minta maaf soal yang kemarin.'' sahut Reo.
'' Aku yang salah, seharusnya aku gak nerima bantuan kamu.''
'' Nta, please jangan egois gini.''
'' Kalau kamu cuma mau bahas ini, maaf yo aku gak bisa. Kita udah usai gak ada lagi yang perlu kita bahas.'' Ananta menjauh dari Reo. Sesekali tu gini Nta, biar gak disakitin terus.
Ananta memang tidak ingin membahas tentang hubungannya dan Reo meski dia tau kalau dia masih mencintai Reo. Tapi apa boleh buat kita tidak bisa mengambil hak orang lain. Reo itu punya Rose dan Ananta tidak ingin menjadi orang ketiga dalam hubungan mereka. Setelah mengurus tugas panitia, Ananta bergegas menuju ruang band karena kata Doni dia akan latihan. Ananta membuka pintu ruangan.
'' Doni sama Angga dimana?'' gumam Ananta kedirinya sendiri.
Ananta duduk didepan piano mencoba menghafalkan lagunya sendiri. Tidak lama Doni dan Angga datang tapi Reo juga ikut, mau apalagi dia? Ananta sudah lelah dengan sikapnya.
'' Maaf Nta, tadi makan dulu.'' jelas Doni yang baru saja datang.
'' Eh iya, aku juga baru dateng kok.'' balas Ananta tersenyum.
Reo tidak berbicara dia duduk didepan drum, dan memainkan sticknya.
'' Udah hafal lagunya kan?'' tanya Doni dengan mengarahkan pandangan ke Ananta.
'' Udah.'' singkat Ananta.
Ananta mendengarkan baik-baik saat Doni menyanyikan lagunya. Lumayan sulit sih bagi Ananta tapi dia harus semangat karena semua teman sekelasnya berharap banyak padanya.
'' Suara udah ya kan, kalau suara itu tergantung kamu gimana cara melakukan pembagiannya.'' ujar Doni.
Sekarang Ananta akan bernyanyi sambil bermain piano. Bermain piano diajarkan oleh Angga, Reo hanya memperhatikan gerak Ananta tanpa menyapanya.
'' Lo liat nih jari gue. Terus hafalkan tutsnya.'' jelas Angga.
Ananta memperhatikan dengan seksama, setiap jari Angga menari dengan indah diatas tuts piano. Denting-denting melody berbunyi, nada-nada tersebut terjalin menjadi irama yang indah. Ananta menghafalkan tuts demi tuts yang Angga tekan.
KAMU SEDANG MEMBACA
ANANTA
Teen Fiction(CERITA SELESAI) (Belum direvisi) Semua hal yang pernah membuat luka dahulu, semua hal yang membuat tangisan dahulu, mari kita ubah menjadi bahagia dengan lembaran baru. Aku bahagia, jika air matamu tidak menetes lagi di pipimu -Reo- Jangan cari aku...