4 : Agreement

8.3K 903 116
                                    

"Apa itu sakit?"

Pertanyaan yang mengalir dari ujung lidah, Taehyung sadar bahwa jiwanya tak lagi bersarang di dalam tubuhnya. Antara sadar dan tidak, dia ingin menarik tubuh itu ke dalam pelukannya sendiri dengan erat. Tanpa Nyonya Jeon yang menghakimi ataupun dunia yang pernah merenggut paksa jalinan keduanya.

Pun begitu, Jungkook terkejut bukan main. Perlahan tangannya yang bergetar menjauh, berikut dengan langkah kakinya yang bergerak mundur.

"Maaf ..., " gumamnya antara sadar dan tidak. Menyembunyikan jejak dari tangannya di belakang tubuhnya.

Taehyung seharusnya tahu, akan terlalu cepat untuk merasa bahagia sekarang. Dia mengangguk, menekan sakit di dadanya sendiri lalu pergi menjauh beberapa langkah.

"Ada perlu apa Jungkook ... ssi? Aku sudah tidak memperhatikanmu lagi, aku pun tidak pernah mengganggumu lagi,"

Jungkook menggaruk tengkuknya yang tiba-tiba saja merinding sampai ke tulang punggung. Kemudian berkata dengan hati-hati, "Kau ada waktu? Maksudku ... sepertinya ada sesuatu yang perlu kita bahas,"

"Ah," Taehyung mengambil kacamata yang dia letakkan di permukaan meja kaca wastafel, mengelapnya sekilas dengan ujung seragam sebelum memakainya kembali. "Kau tidak suka pelajaran menghitung. Jika tidak keberatan, kau seharusnya bisa meluangkan waktumu bersamaku di jam berikutnya."

Jungkook sedikit terkejut. Dia memang tidak terlalu suka dengan pelajaran yang satu itu. Jika bisa, dia lebih memilih berkeringat di lapangan terbuka saja daripada harus menjejali kepalanya dengan angka dan rumus.

Tapi jika harus membolos pun, rasanya tidak terlalu baik juga.

Taehyung mengulas senyum di bibirnya. Menatap kembali pantulan wajahnya di cermin, "Tidak mau pun, tidak apa-apa. Aku akan mencari waktu lain di luar jam sekolah."

Jeda cukup panjang. Dalam penantiannya kali ini, Taehyung diam-diam mematut pantulan wajah di belakang tubuhnya yang masih mamasang raut cemas. Dengan sinar cinta dan kerinduan yang teramat kentara.

~~~~~

Taehyung, entah sudah berapa kali menghela napas dan menghembuskannya dengan kasar. Bahkan, rumus-rumus yang semula mengalir bak sungai kini diam seperti danau. Membuntu.

"Jungkook, putar tubuhmu dan kerjakan soalmu!"

Entah sudah berapa kali pula Taehyung mengomeli Jungkook yang duduk di depannya. Duduk menghadap ke arahnya.

"Lebih suka begini. Aigooo ... padahal matahari masih terik di luar. Tapi kenapa aku bisa melihat bintang tepat di depan mataku?"

"Ck! Gombalanmu murahan! Cepat berbalik dan ker.ja.kan. tu.gas.mu!"

Suara kekehan samar malah membuat Taehyung semakin jengah. Dia menatap Jungkook dengan sinar emosi dan melayangkan ujung balpoin tepat mengenai jidatnya.

"Aduh---!"

Sekejap, semua mata langsung terarah kepadanya. Namun di selang satu detik kemudian, semuanya kembali teralih seolah hal semacam itu memang sudah biasa terjadi.

Lagipula, tidak ada seorangpun yang berani memarahi keduanya, mengingat bagaimana reputasi Jungkook juga seberapa besar cintanya untuk Taehyung.

"Kau berani bermain kasar padaku?" Jungkook mencebik lucu, sesekali mengusap keningnya yang berdenyut. "Aku tidak suka pelajaran yang membuatku pusing. Lagipula, ketika aku duduk di kursi CEO, rumus-rumus begini tidak akan muncul." ucapnya sambil menekan-nekan ujung jari telunjuknya di lembaran ke dua puluh satu buku matematika.

Mine #Memories of You (KOOKV) |END|Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang