15 : Warmth

6.5K 666 19
                                    

"Kookie-ya, bagaimana keadaanmu sekarang? Apa masih terasa sakit? Apa kepalamu baik-baik saja?"

Setelah acara makan malam bersama keluarga Kim, Hoseok, Jimin, dan juga Jungkook, Nyonya Kim langsung menginvasi kekasih Taehyung seorang diri. Mereka duduk saling bersisian sambil menikmati seduhan hangat dan mendengarkan Taehyung mencoba not baru yang diajarkan Hoseok kepadanya. Tepat di depan mereka, dengan canda dan juga wajah teramat bahagia.

Bagi Jungkook hal itu benar-benar memuakkan. Jika saja tidak ada seorang ibu yang teramat dia hargai di dekatnya, mungkin setidaknya dia akan meyeret paksa Taehyung agar tidak terlalu menempel dengan lelaki yang dia klaim sebagai orang yang tidak dia sukai mulai detik ini!

"Jungkook?"

"Ah, ne?"

Nyonya Kim tersenyum, menyentuh pundak Jungkook teramat lembut. Mengurut sebentar hingga otot tegangnya melemas.

"Jung Hoseok dan Taehyungie itu sepupu jauh. Mereka baru tahu ketika ayah Taehyung dikremasi. Saat itu, orang yang Taehyung butuhi adalah seseorang yang sependapat, sepemikiran, dengan usia yang tidak terpaut jauh. Dan Hoseok adalah satu-satunya orang yang tepat. Mereka lebih banyak menghabiskan waktu berdua setelah kami berkabung. Hoseok seperti kakak kandung Taehyung, selalu ada menemaninya ketika tidak ada seorang pun yang peduli dengan penderitaan keluarga kami."

Lidah Jungkook kelu untuk berkata-kata.

Superhero, eoh?

"Lalu aku? Kapan aku bertemu dengan Taehyung?" Seolah tidak mau kalah, Jungkook mencari kesempatan untuk sekedar diagungkan.

Suara tawa renyah terdengar menghangatkan suasana rumah yang perlahan merayap lebih jauh lagi menuju malam. Nyonya Kim tidak mampu menutupi rasa gemas di hatinya.

"Kau cemburu Kookie-ah? Tidak apa-apa, kemari biar Eomma ceritakan perlahan."

Jungkook semakin beringsut menipiskan jarak. Mengikut saja ketika Nyonya Kim menarik pundaknya hingga kepalanya menyentuh paha dan berbaring nyaman di sana. Meresapi segala hangat yang ditransferkan lewat elusan di rambut, hingga diam-diam rasa kantuk menyergap dirinya. Namun sebisa mungkin dia tepis mati-matian demi mendengarkan sepenggal cerita yang mungkin saja akan menuntunnya menuju memorinya yang hilang.

"Dulu kau pernah menceritakan kisah kalian pada Eomma, bulan Desember awal turunnya kepingan salju, saat Taehyung demam tinggi. Kau bilang, awalnya tidak menyukai Taehyung. Awalnya kau mengira bahwa Taehyung adalah pria yang sombong dan angkuh. Tapi wajah cantiknya, dengan potongan hidung tajam yang akurat, serta potongan rahang dan juga dua matanya yang sempurna, membuatmu tidak pernah bosan memperhatikannya dari jauh. Karena Taehyung seperti bulan. Meski satu dan bergabung bersama banyak bintang, namun yang paling tertangkap oleh mata. Kau tidak bisa menolak intensitasnya, tidak bisa berpura-pura menutup mata saat kalian berpapasan di koridor sekolah atau lapangan futsal. Kau bilang, Kim Taehyung itu manusia dengan wajah serupawan dewa. Jelmaan manekin hidup yang seharusnya meramaikan etalase-etalase para desainer ternama.

Tapi kemudian, ketika kau melihat senyuman Taehyung untuk pertama kali hanya karena bermain dengan seorang bayi dalam pangkuan ibunya di kendaraan umum akhir pekan, kau mulai menyukainya. Berkali-kali akan mengatakan kalau senyum kotaknya paling manis yang pernah kau lihat. Bukan semata karena penarikan kurva membentuk lengkukan ke atas, melainkan karena senyum itu benar-benar berasal dari hati hingga membuat siapapun yang melihatnya akan tertular bahagia.

Saat itu kau mulai memutuskan telah menyukai kerupawanan wajahnya juga senyum kotaknya.

Lalu, satu hal yang membuat Eomma merinding saat itu, kau mengatakan telah menyukai hal yang lebih intim yang dimiliki seorang Kim. Kau menyukai aroma tubuhnya. Manis tidak biasa. Manis yang mengarah ke hangat. Manis yang membuatmu ingin sekali lagi menghirupnya, lalu sekali lagi, kemudian sekali lagi sampai berkali-kali dan kalau bisa setiap waktu. Hingga nyaris mabuk karenanya."

Mine #Memories of You (KOOKV) |END|Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang