17 : Memory (1)

6.6K 628 34
                                    

Udara dingin yang masuk melalui celah jendela yang sudah dibuka Nyonya Kim dua jam yang lalu, membuat Taehyung semakin merapatkan selimut. Semakin tenggelam dalam kehangatan ranjang yang membuat tubuhnya mendesah lega. Dia sudah mengatakan akan bangun pukul sembilan sebelumnya, tapi masih saja ada orang yang mengganggu kenyamanan dengan menyentuh kepalanya seenaknya.

Taehyung berubah gelisah, berusaha menjauhkan kepalanya dari sang pelaku untuk kemudian terlelap kembali.

"Tae-ah ... Taehyungie ...,"

Panggilan seperti dalam mimpi. Seperti panggilan Jungkook dengan suara hangatnya yang pas setiap pagi. Hal kecil yang membuat denyutan dalam hati Taehyung kembali ke permukaan, memaksanya bangun sembari menahan tangis.

"Hentikan,"

Jungkook memang berada di sana, menatapnya dengan segala sinar menyejukkan dan juga harapan.

"Bangun, 'sayang'. Kita sudah berjanji akan keluar hari ini."

Apa lagi ini? Kenapa Jungkook suka sekali membuatnya berada dalam garis sakit, pun ketakutan setengah mati?

"Hentikan,"

'Tolong, hentikan!'

Kecupan akrab menyapa kening, lalu turun ke pipi. Taehyung hafal betul rutenya, yang kemudian akan berakhir menuju permukaan bibir. Maka, dengan segenap kekuatan, pemuda itu memaksa bangun. Tersentak tiba-tiba,

---dalam kekosongan.

Nyatanya, Jungkook tidak ada di sana.

***

Ini hari libur.

Taehyung dan Nyonya Kim tengah duduk santai di depan tv ketika suara deru mobil mengalihkan perhatian mereka berdua. Itu suara mobil Jungkook, keduanya sudah hafal betul dengan deru mesin satu itu karena hampir setiap hari selama kurang dari setahun menyapa indera pendengaran mereka.

Keduanya bersama-sama menuju pintu depan, memastikan.

Pagi itu, Jungkook benar-benar sedang kesal. Tanpa basa-basi, ibunya datang dengan segudang petuah. Melarang dekat dengan Taehyung, melarang menemuinya, melarang berhubungan dengannya. Dan semua itu membuat emosinya meledak, pun amarah yang hampir keluar hingga menghardik sang ibu tanpa pikir panjang.

Dia tidak suka, terlebih, saat seseorang menghina kondisi ekonomi orang lain. Pagi itu, Nyonya Jeon benar-benar mengeluarkan seluruh kata hina kepada keluarga Kim. Baik Nyonya Kim, maupun Taehyung sendiri. Dan Jungkook tidak menyukainya.

"Ada apa, Kook?" Nyonya Kim lebih dulu bertanya, setelah mendorong Taehyung agar menghidangkan air dan cemilan yang mereka punya. "Sesuatu terjadi?"

Jungkook tidak menjawab, dia ingin menangis. Tidak bisakah ibunya mencintai wanita ini juga? Meski segala keterbatasan dia sandang, Nyonya Kim tetap memiliki hati lapang dengan menanyai kabarnya dan mengelus pundaknya yang tegang dengan mudah. Tidak bisakah ibunya berpikiran terbuka dan melihat keindahan yang keluarga ini miliki? Kenapa ibunya sampai berani menghina kekurangan fisik seseorang yang pada kenyataannya memiliki hati yang besar? Memiliki kasih sayang yang melimpah?

Tidak bisakah ibunya melihat lebih jelas tatanan dunia yang tidak seharusnya diisi dengan kesempurnaan yang setara?

Jungkook memeluk Nyonya Kim dengan tiba-tiba, sangat erat. Menekan napasnya agar tidak terdengar memburu dan suara isak terlepas dalam tenggorokan.

Mine #Memories of You (KOOKV) |END|Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang