11 : Hoseok

6.6K 696 42
                                    

"Pesananmu, chagi."

Matahari bersinar cerah. Angin pagi yang menyisakan aroma embun masih tertangkap penghidu dan bergolak sejuk di dada. Ada seekor kucing belang yang meringkuk malas di dekat pot bunga matahari, sesekali akan menjilati kaki-kaki berbulunya dan mengeom rendah.

Taehyung tiba dan menyuguhkan segelas vanilla latte kesukaan sang tamu dan duduk di kursi yang berhadapan dengannya. Tersenyum melebihi matahari yang diagung-agungkan. Wajahnya memerah serta raut binar yang tidak bisa disembunyikan.

"Kau memakai banyak cinta? Aigooo ... dadaku berdebar melihat senyumanmu."

"Hyung, hentikan! Berhenti menggombal dan ceritakan padaku tentang perjalananmu."

"Hemh? Tentang perjalanan yaa ...? Seperti biasa, aku akan menjelajahi panggung demi panggung, lalu belajar mata kuliah dengan benar, kemudian karena sudah bosan dan sekaligus merindukan seseorang di Seoul yang katanya tengah patah hati, aku langsung memesan tiket dan terbang ke sini."

Namanya Jung Hoseok. Masih kerabat jauh keluarga Kim yang pernah mengulurkan tangannya ketika musibah melanda mereka. Membiayai pengobatan Nyonya Kim, juga mengisi tabungan mereka teratur setiap bulan. Meski pernah mendapatkan penolakan tegas dari Kim Taehyung sendiri, akhirnya, setelah mendapatkan syarat dengan memberinya pekerjaan untuk membuat kue kering dan harus di setorkan pertiga hari sekali untuk mengisi toko-toko mewahnya, akhirnya Taehyung menyanggupi sekaligus menerima uang imbalannya.

Hingga impas.

"Aku memang patah hati, Hyung. Ayo, hibur aku."

Hoseok menyesap kopi hangatnya sebelum mengerling sekilas, menciptakan rona samar yang tidak lagi mewarnai wajah Taehyung hampir berminggu-minggu belakangan ini.

"Call!" tandasnya langsung. "Waktumu sepuluh menit untuk bersiap. Silahkan,"

"Eeeh? Kau selalu saja seperti itu. Beri aku waktu lebih banyak,"

"Kenapa? Kau belum mandi? Tidak perlu mandi, bukankah aku sudah membawakan pesananmu jauh-jauh dari Prancis? Pargum dengan eparuh bergamot, lavender, vetiver, cendana, dan tiga tetes vanilla sesuai pesanan, temanku yang meraciknya. Apa hanya akan kau pakai ketika bersama Jungkook saja dan denganku tidak?" Eksepresi Hoseok berubah sedih.

Taehyung tidak enak hati untuk semakin membuatnya kecewa. Dia tahu bahwa Hoseok jauh-jauh kembali dari Prancis hanya untuk mengunjunginya. Bahkan dia tidak sempat beristirahat dan langsung berkunjung malam-malam. Tepat pukul sepuluh.

"Baiklah-baiklah, sepuluh menit? Tunggu sebentar."

"Jangan lupa pakai parfum yang ku bawa? Firasatku mengatakan kita akan bertemu dengan Jungkook nanti."

"APA? AKU TIDAK DENGAR?"

Taehyung memang tidak bisa mendengarnya. Suara Hoseok terhalangi pintu kayu tebal pembatas antara kamarnya. Nyonya Kim sedang pergi omon-omong, bersama Bibi Lee, membantu memanen berry katanya. Tapi sudah cukup saling melepas rindu semalaman bahkan pagipun, mereka tidak bisa dipisahkan dengan menginvasi dapur dan ruang televisi bersama-sama.

Jung Hoesok terkekeh. Melipat lengan kemejanya sampai pertengahan lengan dan mengusak rambutnya yang sudah wangi pagi ini. Baginya, Taehyung melebihi seorang adik. Dia pernah berpikir untuk menjadikannya seorang kekasih jika saja hati pria itu tidak lebih dulu tertambat di hati Jungkook yang sekarang sakit itu.

Apa ini kesempatan?

Awalnya dia berpikir begitu, tapi kewarasan juga rasa sayangnya untuk Taehyung yang melebihi dari seorang kekasih, melarangnya cepat. Dia tidak tega untuk curang. Jika dia ditakdirkan memang memiliki Taehyung, maka harus Taehyung sendirilah yang menyerahkan hatinya sendiri kepadanya.

Mine #Memories of You (KOOKV) |END|Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang