22 : Incident

4.4K 554 91
                                    

Jungkook menginjak pedal gas dalam-dalam, memacu kecepatan mobilnya seperti orang gila. Berdua bersama Taehyung, dirinya segera meluncur ke jembatan sungai Han, mencegah segala sesuatu yang buruk menjadi semakin buruk lagi. Ini murni insting. Tidak peduli seberapa jahat ibunya ketika berusaha memisahkannya dengan Taehyung, Jungkook tetap tidak bisa membiarkan hal-hal buruk terjadi kepadanya. Insting seorang putra yang ingin melindungi ibunya sendiri tanpa perlu alasan untuk mengulurkan tangan.

Keduanya terjebak dalam ketegangan yang sama. Taehyung bahkan belum sempat menyampirkan apa-apa ke tubuhnya dan Jungkook untuk menghalau rasa dingin yang menusuk kulit. Dia jelas terkejut, terlebih Jungkook yang masih berwajah tegang di kursi kemudi. Perlahan dia menyentuh bahu pemuda itu, memberikan usapan lembut untuk penenang.

"Tidak perlu terburu-buru, Jungkook. Kita pasti akan sempat, percayalah."

Ya, percaya. Jungkook selalu percaya pada apa yang dikatakan semua orang sebelumnya. Percaya dengan apa yang dikatakan ibunya, Kang Seulgi, teman-teman sekelas, pun Kim Taehyung sendiri. Hingga kebohongan-kebohongan kecil tanpa dia sadari terselip rapi di antaranya dan membuatnya kebingungan.

Tidak sampai dua puluh menit, tidak sampai pula keduanya tiba di titik yang tepat, Jungkook keburu menepikan mobil dan tergesa keluar dengan membanting pintu terlebih dahulu sebelum kemudian berlari cepat menuju mobil lain yang dia kenali menepi tidak jauh di depan.

Dalam helaan napas dan kepanikan yang menggila, Jungkook melihat ibunya di sana, berdiri kosong menatap sungai Han yang tenang. Helaian rambutnya bergerak sesuai terpaan angin malam. Kedua tangannya mencengkeram besi pembatas tanpa raut tersirat dalam bayangan matanya. Dan tidak jauh di dekatnya, berdiri Kang Seulgi yang berurai air mata dan berusaha keras membujuk Nyonya Jeon dengan kalimat-kalimat lembut yang sekiranya mampu meluluhkan kekeras-kepalaan wanita itu.

Jungkook melangkahkan kedua kakinya yang sudah mati rasa, berjalan mendekat kemudian memecah keheningan.

"Apa yang Eomma lakukan?"

perhatian Nyonya Jeon akhirnya sedikit teralihkan. Matanya tidak lagi kosong. Perempuan itu tersenyum amat lembut sebelum menjawab, "Jika peran seorang ibu sudah tidak ada artinya lagi, tidak ada alasan lain untuknya masih berada di dunia ini kan, Jungkook?"

"A-apa maksud, Eomma? Apa ini persoalan hubunganku dengan Taehyung lagi?" Jungkook maju selangkah, berusaha meraih wanita itu.

"Ini persoalan antara ibu dan anak." Jawaban itu membuat langkah Jungkook terhenti. Tergugu di tempat pertama dan menatap punggung ibunya yang sejujurnya tampak lebih kecil dari pertama dia lihat. "Eomma hanya meminta sebagian kecil dari keegoisanmu. Tapi, kau sama sekali tidak mendengarkannya, Jungkook. Bukan karena Eomma tidak menyanyangimu, atau tidak mempedulikan kebahagiaanmu. Justru itu, justru karena Eomma ingin yang terbaik untuk kehidupanmu Jungkook, Eomma menjadi sekeras ini. Jika kau tidak menyukai Kang Seulgi, maka katakan pada Eomma biar Eomma mengerti. Biar Eomma tidak memaksakan hubungan kalian berdua lagi. Eomma tidak masalah dengan siapapun kau berhubungan. Asalkan itu wanita, masih ada toleransi yang bisa kau dapatkan Jungkook, masih banyak toleransi di dalam hati Eomma untukmu."

Nyonya Jeon menghentikan kalimatnya. Kedua bahunya bergetar, Jungkook bisa melihatnya dengan jelas. Jungkook menghela napasnya, menahan gusar. Menenangkan emosinya sekeras mungkin agar tidak menyinggung perasaan ibunya dan membuatnya malah berbuah nekat.

"Eomma, aku ... tidak menyukai wanita."

Ya, memang benar. Jungkook bahkan pernah menonton film-film biru untuk mencari tahu gairah seksualnya sendiri.

"Dan aku juga ... tidak menyukai pria," lanjutnya setelah jeda lumayan panjang. "Hanya Taehyung yang bisa membangkitkan gairahku."

Hening tercipta di antara ruang. Taehyung yang berada di antaranya menahan mati-matian hawa dingin yang menusuki kulit hingga ke tulang. Diam-diam pula mengkhawatirkan Jungkook yang kondisinya tidak jauh berbeda dengan dirinya sendiri. Hanya terbalut kaus longgar dan celana jins untuk menghalau ganasnya udara malam.

Mine #Memories of You (KOOKV) |END|Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang