13 : Love is Not Over

6.7K 693 21
                                    

Matahari pagi merayapi bumi. Merambat perlahan menyapa pucuk-pucuk daun. Kicauan burung musim semi terdengar merdu, beserta aroma angin yang membawa sisa embun dini hari.

Dari balik selimut gelap, Jungkook mengerang. Tubuhnya dua kali lebih buruk dari pada semalam. Kepalanya luar biasa pening, sakit seperti ditusuki duri. Dia terlalu banyak berpikir, sampai-sampai berefek buruk bagi tubuhnya.

Ketika bel berbunyi berulang kali, dia hampir tersungkur saat merayapi dinding demi menahan bobot tubuhnya sendiri. Pikirannya memburam, dia hanya berharap bahwa siapapun yang datang berkunjung, itulah orang yang bisa--- minimal---membawanya ke rumah sakit.

Bel berbunyi kembali. Diam-diam Jungkook mengumpat, karena sungguh, kepalanya semakin sakit saja.

Tanpa berpikir panjang, Jungkook membuka pintu. Pandangan matanya berkunang, namun aroma yang menguar yang dibawa angin pendingin dari luar langsung terhisap ke dalam penghidu, membuatnya mengutuk. Limbung seketika namun tidak langsung mendarat di lantai keras seperti dugaannya. Dia cukup beruntung sekaligus mengalami kesialan dua kali lipat pagi ini. Tubuhnya terlampau lemah ketika mendapatkan hantaman kuat tepat di titik lemahnya langsung.

Taehyung hanya berniat mengambil ponselnya yang ketinggalan kemarin malam, makanya dia mau-mau saja bangun pagi dan pergi ke apartemen Jungkook yang berlainan arah dari arah ke sekolahnya. Jika saja ibunya tidak cerewet meminta nomor Jimin karena bocah itu pergi dan selama dua hari belum ada kabar, dia tidak akan mau berkunjung kembali ke rumah ini. Tidak untuk sekarang. Tidak untuk saat dia selalu lupa mengendalikan diri terhadap Jungkook yang dia rindukan. Ya, setidaknya dia tetap harus waspada sekaligus mempersiapkan diri jika suatu waktu Jungkook menolaknya lagi.

Tapi ketika pintu apartemen terbuka, wajah memerah dan juga bengkak di depannya membuatnya hanya bisa mematung cukup lama. Membeku tanpa kata. Dan saat tubuh itu hampir merosot tepat di depan matanya, Taehyung reflek mengulurkan kedua tangan dan menahan bobot berat itu hingga terhindar dari pendaratan di ubin yang keras.

Kondisi Jungkook adalah prioritas.

Cinta memanglah selalu menang.

Taehyung memapah Jungkook hati-hati untuk dibaringkan di tempat tidur. Cekatan melepaskan kaus yang sudah basah karena keringat, dan baru menyadari bahwa suhu tubuhnya benar-benar di atas rata-rata.

"Kau demam, Kook." Taehyung berucap lirih, sedih.

Dengan setengah berlari, dia menjajah isi apartemennya untuk mempersiapkan alat merawat Jungkook, setidaknya sampai pukul setengah tujuh nanti sebelum berangkat sekolah.

Baskom ukuran sedang, lalu handuk yang masih baru di dalam lemari, kemudian mengukur suhu air agar tidak terlalu dingin dengan jari tangan. Kemudian membawa kesemuanya itu ke dalam kamar Jungkook kembali, meletakkannya di nakas samping ranjang.

Dengan gerakan perlahan kelewat hati-hati, Taehyung duduk di tepi, mengusap peluh di sepanjang kening yang membuat poni panjang Jungkook lepek. Lalu mencelupkan kain ke dalam ember berisi air, memerasnya sedikit, dan menempelkannya di kening Jungkook yang terasa menyengat. Taehyung mengambil kain yang lain untuk di celupkan seperti awal dan diperas, lalu digosok dengan perlahan di sepanjang tubuh Jungkook yang sama panasnya. Dada, perut, dan lengan. Semua itu dia lakukan dengan penuh kehati-hatian. Tanpa sadar kedua alisnya menukik tajam, menahan rasa sakit menular setiap kali Jungkooknya selemah ini.

Setelah selesai me-lap tubuh Jungkook, Taehyung kembali bergerak lincah. Membuka lemari dan mencari kaus yang sekiranya berbahan dingin untuk membungkus tubuhnya. Sejujurnya, Taehyung tahu betul letak semua barang-barang milik Jungkook sehafal tata letak penyimpanan barang-barangnya sendiri. Karena Taehyunglah yang sebenarnya telah menata tempat kain handuk kecil, menata kaus-kaus polos warna hitam dan putih kesukaan Jungkook dalam tempat yang berbeda, menata kemeja-kemeja resmi di lemari yang lain dan tumpukan bawahan di ruang lainnya lagi.

Mine #Memories of You (KOOKV) |END|Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang