31 : Penyesalan

5.6K 582 73
                                    

Saat hujan turun, aroma kopi yang menyeruak menghantar harum manis ke dalam penghidu. Embun-embun yang menguap di bingkai kaca, berikut empat tangkai bunga matahari segar menyapa pagi yang tampak sunyi. Maklum, masih pukul lima. Namun cahaya remang di satu ruangan menandakan bahwa sang empu kamar masih terjaga semalaman.

Siapa lagi kalau bukan Jeon Jungkook. Salah satu pemuda korban cinta dan penyesalan yang selalu datang di akhir kisah. Sayup-sayup, lantunan 'Magic Shop' yang dimainkan versi piano meramaikan suara rinai hujan yang jatuh ke permukaan benda. Sebatas itu, selebihnya hanya sekedar helaan napas berat dari pria kacau di seberang meja.

Jungkook teramat berantakan. Rupa tampan yang selalu dia banggakan kini kusam, bulu kasar di sepanjang dagu tumbuh tidak terawat. Ada jerawat kecil di dahi, dan rambut hitamnya yang semakin panjang. Lebih dari itu semua, tubuh pemuda itu lebih kecil dari terakhir kali dirinya bersuka ria di taman kecil kota bersama seekor retriever tempo hari. Jika perut atau tenggorokannya tidak terasa perih, mungkin dia akan melupakan asupakan makan dan minum sepanjang waktu. Untung ada Seulgi yang selalu datang teratur sesuai jam makan setiap hari, kalau tidak, entah apa yang akan terjadi pada pemuda itu saat ini. Karena, sakit di dada nyatanya lebih menyiksa. Hanya karena rindu, rasa sakit menyebar membuatnya tepekur pilu.

Jika Jungkook begini keadaannya, Nyonya Jeon tidak jauh bedanya. Wanita itu tengah berjuang sendiri, mempermalukan harga diri dan status demi kembalinya kebahagiaan sang putera. Dia ... pergi seorang diri ke Daegu, mencari satu alamat yang lebih sulit dari yang dia perkirakan. Tidak menyerah, menguncir satu rambutnya yang tidak terurus beberapa hari, menanyai satu persatu rumah di dekat petak pertanian. Dalam usianya yang hampir kepala empat, dengan wajah tanpa polesan pewarna, dia tak henti memohon layaknya orang paling rendah. Bersimpuh mempermalukan diri sendiri---nyaris bersujud---jika saja tidak dihentikan oleh Nyonya Kim yang saat itu menjadi pendengar yang tenang. Tidak menanggapi apa-apa atau bahkan menyela. Wanita itu hanya diam tanpa memberikan solusi.

"Nyonya, saya tidak menginginkan apa-apa. Hanya ingin menyampaikan hal itu saja kepada Taehyung. Saya tahu, bahwa dosa dan kesalahan saya sudah tidak bisa dimaafkan lagi. Di mata Anda, mungkin saya adalah penjahat yang ingin kalian hindari. Tapi sebetulnya, Jungkook hanyalah korban. Dia semata masih mencintai Taehyung terlebih dari apa yang saya lakukan.

Tapi ... tapi saya benar-benar tidak memaksa untuk Taehyung kembali atau bahkan memaafkan kesalahan kami. Anda dan Taehyung berhak menghukum saya dan Jungkook sebanyak yang Anda inginkan. Saya berjanji tidak akan membiarkan Jungkook menemukan keberadaan kalian sedikit pun. Saya hanya ... hanya ingin meminta maaf atas apa yang telah saya lakukan. Saya benar-benar merasa tidak berguna lagi sebagai seorang ibu. Saya tidak tahu ... saya tidak tahu apa yang harus saya lakukan. Saya benar-benar menyesal ...

Saya menyesal Nyonya, saya sangat menyesal. "

Nyonya Jeon menutup wajahnya dengan kedua tangan. Tersedu tanpa tahu malu, meratap akibat penyesalan. Dia tidak lagi mendongak tatkala berbicara dengan wanita di depannya ini, tidak lagi angkuh dan merasa paling hebat. Kali ini, dia menunduk malu, menyembunyikan segalanya untuk tidak semakin dipermalukan dunia.

Jungkook adalah segalanya. Namun perasaan manusia bukanlah kuasanya.

Dia tidak memiliki wewenang untuk membuat Taehyung memaafkan Jungkook atau mencintai puteranya lagi. Dia tidak berhak memaksa setelah apa yang telah dia lakukan untuk menghancurkan perasaan dari seorang Kim Taehyung. Sebetulnya ini adalah hasil, dan sebetulnya lagi dia harus bisa menerima segala hasilnya.

Kemudian, Nyonya Jeon pergi, membawa tubuh ringkihnya berjalan di sepanjang jalan desa yang sepi. Dia memarkirkan cukup jauh mobilnya di dekat persimpangan jalan di depan toserba. Dan di sepanjangnya, di setiap langkahnya yang tidak lagi terasa benar-benar menapak itu, Nyonya Jeon merasa dadanya masih terasa sesak. Dia kembali menangis tanpa malu jika siapapun akan melihat. Toh, tidak ada yang dia temui dalam perjalanannya.

Mine #Memories of You (KOOKV) |END|Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang