25 : Amazing Mother

4.4K 529 57
                                    

Hujan pukul enam sore di hari Rabu.

Untuk sebagian orang, ini hanyalah air yang menetes dari langit dan membasahi bumi. Sebagai anugerah, pun sebagai musibah dalam artian yang berbeda. Bagi Taehyung, hujan awalnya hanya tetesan yang terkadang membuatnya mengantuk dan terkadang membuatnya resah.

Tapi hujan di sore ini, dia malah ketakutan.

Hanya berpegang pada kalimat, "Jangan pergi ke mana-mana, aku akan segera datang." membuatnya masih duduk seorang diri di sini, salah satu kursi di kelas yang sudah kosong.

Beberapa menit yang lalu, satu notifikasi terdengar memenuhi indera. Ketika meliriknya sekilas, nama Jungkook tertera dengan huruf besar menjadi intensitas. Dan satu kata, yang menjadi poin sebelum kata-kata lainnya mengekori di belakang kata itu.

Maaf---

Ini adalah hari ke tiga dalam dua minggu yang dijanjikan. Jika saja dia tidak membayangkan segala kemudahan setelah pertemuan dengan Nancy sebelumnya, Taehyung tidak akan menjadi sekecewa ini. Karena pada kenyataannya, Jungkook tidak lagi berada di sisinya. Pamit sebentar dan memintanya menunggu, lalu hilang untuk waktu yang lama.

Napas Taehyung semakin berat. Dia mengantuk. Ingin tidur saja dan terbangun keesokan harinya dengan tenaga yang ekstra. Karena dia tahu bahwa ini adalah permainan yang dipersembahkan Nyonya Jeon kepadanya. Ibarat bidak catur, Taehyung hanya bisa menunggu kapan dia akan kalah karena langkahnya sudah di blok di sana-sini.

-----

"Sial!!"

Taehyung menoleh cepat, tidak biasanya Jungkook mengumpat saat makan. Segera dia menyentuh bahunya dan bertanya, "Sesuatu terjadi?"

Jungkook tidak langsung menjawab, dia menghela napas dan memperlihatkan layar ponselnya yang masih menyala ke hadapan Taehyung.

"Ibuku memintaku menjemput Nancy sore ini."

"Ibumu?"

"Ya! Aku tidak tahu kalau dia akan ikut campur dalam permainannya sendiri. Dan lagi, dia seperti memiliki segudang rencana untuk mendekatkan kami berdua."

Taehyung menelan telur gulungnya dengan susah payah, "Bagaimana dengan Nancy?"

"Dia bahkan tidak tahu sama sekali. Dia sudah bersumpah padaku bahwa ini bukan rencananya. Lagipula, jika aku menolak, atau Nancy yang menolak, eomma akan curiga jika kami bersekongkol untuk mengelabuinya. Dan itu akan sangat gawat untuk hubungan kita."

"Lalu, bagaimana denganmu Jungkook?"

Jungkook tidak langsung menjawab, dia menatap Taehyung dari samping yang nampak fokus dengan kunyahannya. Meski begitu Jungkook sadar, bahwa kekasihnya tidak sedang baik-baik saja.

"Aku tetap akan seperti ini. Tae-ah ... " disentuhnya bahu Taehyung dengan lembut dan mengusapnya beberapa kali, demi menyalurkan ketenangan sekaligus kekuatan. "Apa pun yang nanti akan eomma lakukan untuk memisahkan kita, aku tidak peduli dan tetap akan kembali padamu. Tolong percaya padaku."

Taehyung tahu dia terlalu berlebihan. Selama berhari-hari ke belakang, dia telah mendengar janji Jungkook yang sama berkali-kali. Bahwa, tidak akan berpaling, tidak akan berdusta, tidak akan berkhianat. Dan Taehyung telah berperan menjadi kekasih yang buruk dengan mengeluh dan memasang wajah penuh praduga dan kebimbangan.

Dia bersalah.

Membuat Jungkook merasa tidak dipercayai dan merasa diremehkan.

Namun Jungkook selalu sabar menghadapinya. Dia mulai memahami langsung ke dalam hati Taehyung. Yang selalu mengigau di setiap malam, mencari-cari dirinya untuk sekedar bisa dia sentuh sebagai bentuk pembuktian bahwa kekasihnya masih bersamanya.

Mine #Memories of You (KOOKV) |END|Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang