18 : Memory (2)

5.8K 640 22
                                    

Jungkook dan Taehyung, dua insan yang tengah menikmati malam hangat dengan bergandengan tangan. Keduanya akan sesekali berhenti di setiap pertunjukan jalanan dan menikmatinya beberapa saat. Bunga matahari berada dalam satu genggaman tangan Taehyung sedang satu tangan lainnya meringkuk hangat dalam balutan jari-jemari Jungkook yang berurat. Tidak terlalu panjang jika dibandingkan dengan miliknya, tapi sangat besar dan pas saat melingkupi tangannya dengan aman.

"Hot chocolate ... " sebetulnya Taehyung hanya bergumam, terlampau terbawa auasana karena suhu turun beberapa derajat malam ini. Tapi karena Jungkook mendengarnya dengan jelas, dia kini ditinggalkan seorang diri di salah satu bangku yang ramai.

Kelopak kuning bunga matahari tidak lepas dari pandangan mata dan sorot suka. Jungkook adalah orang yang mengibaratkan dirinya dengan bunga ini suatu hari ketika mereka berjalan-jalan di tengah taman kota dulu sekali. Tanpa alasan yang jelas dan masih menjadi sebuah misteri yang belum dia ketahui.

Cukup lama Taehyung menunggu, duduk diam sambil menikmati desau angin malam yang tidak sehampa sebelumnya. Dia ingat, pernah merasakan situasi yang sama. Duduk sendirian di kursi taman yang dingin, tepat dini hari.

Taehyung semakin mengeratkan lingkaran syal yang dibeli secara mendadak tadi, sesekali akan msnjilati bibir bawahnya yang mulai membeku.

"Terlalu lama, ya?" Jungkook akhirnya tiba, dengan napas terengah. Kentara sekali kalau pemuda itu menghabiskan banyak tenaga untuk sampai di tempat ini. "Ya Tuhaan, pipimu dingin sekali,"

Taehyung menepis lembut tangan Jungkook yang berada di sebelah pipinya, mendesis pelan. "Aku baik-baik saja, tidak apa-apa."

"Kita pulang saja, oke?"

Jungkook duduk di samping Taehyung dengan cepat, mengabaikan penolakan yang Taehyung berikan dengan menangkup kedua pipi pemuda itu sekaligus, setelah meletakkan dua cup kopi yang dia beli.

Bagi Taehyung, malam ini terlalu istimewa untuk cepat diakhiri. Karena ada Jungkook bersamanya, tidak apa-apa jika harus kedinginan, bahkan jika harus sampai tidak bisa merasakan setiap saraf di tubuhnya. Selama ada Jungkook bersamanya, hitam atau putih, bukan masalah. Taehyung sudah banyak bersabar saat ini. Taehyung sudah banyak mengalah dan diam. Dan ketika Jungkook menginginkannya lagi dari dalam hati, dia sudah berjanji tidak akan melepaskannya untuk kedua kali.

Jungkook mutlak miliknya. Bagaimanpun semesta membuat mereka renggang, atau Nyonya Jeom yang gigih memisahkan---sekali lagi---Taehyung tidak peduli.

"Aku merindukanmu, Kook-ah."

Dalam kerlip malam, riuh akan penghibur dunia, Taehyung berikrar untuk kesekian kali pada pemuda di depannya.

"Aku mencintaimu,"

Taehyung hanyalah sosok baru dalam ingatannya yang lenyap. Bagi Jungkook, Taehyung tidak lebih baik dari pria atau wanita manapun, pada awalnya. Hanya seseorang yang menarik atensi. Terlebih dari segala yang dimilikinya adalah yang dia suka, Taehyung hanya pria biasa yang ingin dia miliki tanpa alasan.

Saat kedua netra sewarna lelehan cokelat itu mengerjap beberapa kali dengan tempo lambat, Jungkook sebetulnya sudah tersihir dari awal. Memperhatikan betapa lebatnya bulu-bulu di sekitar mata, yang ikut bergetar kala kelopaknya menutup dan membuka. Dan ketika cahaya lampu taman meneyorot sinarnya, kerlip itu bertambah indah dan menenggelamkannya ke dasar palung terdalam.

Meneguk rasa haus berkali lipat. Mencicipi pekat indah yang tak lekang tanpa cacat.

Maka, ketika dua belah merah muda itu bergerak, bagian lain yang Jungkook suka, sihir itu semakin mengikatnya dengan kuat. Mengendalikannya hingga terbawa naluri untuk melihatnya dari dekat. Meneliti setiap inci dari bentuk yang menarik hati. Sepasang bibir yang akan berbentuk kotak ketik sang empunya tertawa. Sepasang bibir yang akan terbuka, seiring sang empunya mengeluarkan suaranya yang dalam dan berat.

Mine #Memories of You (KOOKV) |END|Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang