***
Malam sudah sangat larut, sebagian besar manusia sudah naik ke atas ranjang dan terlelap, tapi sebagian lainnya terjaga. Bulan bersinar sangat terang di luar, namun tirai di tutup dan lampu dipadamkan. Ruang yang kemarin berisi tiga orang, kini hanya menyisakan seorang gadis. Kenapa hanya aku yang tersisa disini? pikir gadis itu sembari memejamkan matanya.
"Lalisa Yang?" panggil sebuah suara, disusul suara langkah kaki serta cahaya dari pintu geser yang baru saja di buka. Cahaya itu nampak tidak lama, begitu pintu tertutup cahayanya kembali menghilang.
"Siapa kau?" tanya si gadis, mencoba untuk mengenali sosok pria itu di minimnya pencahayaan. Terlalu gelap untuk mengenali wajahnya, namun tubuhnya terlihat tidak asing.
"Aku turut sedih atas gugurnya teman-temanmu," ucap pria itu, sembari menoleh ke dua ranjang kosong di ruangan itu. Kini wajahnya sudah terlihat cukup jelas, si gadis yang duduk diatas ranjang rumah sakit itu baru saja mengulurkan tangannya untuk menyalakan lampu meja.
"Kau-"
"Ya, aku buronan itu. Agen Robin,"
"Apa yang kau inginkan setelah menghabisi kami semua?! Kapten Lee sudah membantumu dan kau- kau menghabisi kami semua!" marah gadis itu, yang dengan cepat berdiri kemudian mencekram kerah pria di hadapannya.
"Aku datang untuk menyelamatkanmu," balas pria yang mengaku sebagai seorang agen itu. "Menurutmu mereka akan membiarkanmu hidup sendirian? Dalam 10 menit, mereka akan mengetahui kehadiranku disini dan menghabisi kita. Kau hanya punya dua pilihan, mati bersamaku setelah menangkap pelaku sebenarnya, atau mati disini kemudian membiarkan pelakunya menari diatas kematian teman-temanmu,"
Lalisa Yang terlihat tidak mempercayai agen itu, namun ia melepaskan cengkramannya. Keduanya terdiam dan larut dalam pikiran masing-masing sampai Lalisa Yang memutuskan untuk ikut bersama agen itu. Toh semua pilihan yang dimilikinya akan memiliki hasil yang sama– mati.
"Aku punya satu syarat," ucap Lalisa Yang sebelum mereka beranjak meninggalkan ruang rawat itu. "Bawa adik kapten Lee bersama kita,"
***
KAMU SEDANG MEMBACA
The Way Out
FanfictionMereka kembali bertemu setelah sempat terpisah sejauh samudera. Malam-malam nostalgia terasa seperti mimpi indah namun tetap berakhir sebagai mimpi buruk, tapi tidak ada jalan keluar. Segalanya berakhir tanpa sebuah epilog.