Segerombol lelaki dengan kemeja putih dan celana panjang dengan motif kotak-kotak hijau terlihat berkumpul di taman belakang sekolah, jika dihitung jumlah mereka ada 6 orang.
Dan sepertinya saat ini mereka sedang membolos pelajaran.
"Taruhan, gue yakin lo bakalan kalah kali ini, Do." ucap seorang dari mereka sambil memegang kartu remi.
"Jangan sombong dulu, Vin. Buktiin aja, sama kita-kita." sahut temannya yang lain.
"Siap, kalo lo kalah, lo harus turutin kemauan gue. Kalo gue kalah, lo bebas minta apapun sama gue." jawab Arvin sebagai kesepakatannya dengan lawannya.
"Oke, deal?" tanya Aldo yang tersenyum menantang Arvin.
"Deal."
Permainan pun dimulai, dengan masing-masing selalu dibuat panas karena ulah teman-teman mereka yang bersikap bagai setan yang meracuni pikiran manusia.
Detik-detik terakhir, Arvin terpaksa mengeluarkan kartu AS-nya dan permainan berakhir dengan Aldo sebagai pemenang, membuat Arvin sedikit malu karena harus menelan perkataannya sendiri.
"Apa mau lo?" tanya Arvin sedikit ketus pada Aldo yang tersenyum penuh kemenangan.
"Simple, coba lo bawa pacar lo untuk dibanggain sama kita-kita." jawaban Aldo membuat Arvin terdiam, selama tiga tahun menjadi murid di SMA Harapan Bangsa ia belum pernah menyukai satu orang siswi, bahkan hingga ia kelas 12 sekarang.
Perkataan Aldo membuat Arvin harus menelan ludah karena ia bingung harus menjawab apa, tanpa berpikir apapun ia langsung mengiyakannya begitu saja.
"Oke, gue bakalan bawa pacar gue, buat ketemu sama lo semua." ucapnya penuh dengan kepercayaan diri membuat Aldo menyahut lagi.
"Batas waktu lo buat bawa pacar lo kesini, tiga hari."
Hal itu membuat Arvin mengumpat pelan, dan teman-temannya yang lain malah tertawa bermaksud menggoda Arvin.
"Sedang apa kalian disini?" tegur seseorang membuat keenamnya menengok ke asal suara bariton yang cukup mereka kenal.
"Eh? Ha-halo, Pak Anton, ini pak biasa, lagi bersih-bersih, banyak debu." sahut salah satu teman Arvin yang bernama Luigi, mendengar sahutan temannya yang tidak berguna membuat yang lain menggeleng pasrah.
"Mana debunya?"
"Udah hilang pak."
"Ikut saya ke ruang Kesiswaan." putus Pak Anton pada akhirnya, ia lantas menarik telinga Luigi membuat cowok itu meronta-ronta untuk dilepaskan.
Dan dengan sangat terpaksa ia malah mencengkram seragam Aldo, dan diikuti oleh Aldo untuk memegang tangan temannya, hingga Arvin ikut terjewer Pak Anton karena berusaha kabur.
"Kalian ini, sudah kelas 12, tahun terakhir lho di sini, masih aja berlaku nakal, gak pernah kapok ya!" tegur Pak Anton dengan terus membawa siswanya yang terus mengaduh karena kesakitan menuju ruang kesiswaan.
"Hidup ini tuh bawa santai kali, pak." sahut salah satu teman Arvin membuat cowok itu terpaksa menggelengkan kepalanya karena perkataan salah yang keluar dari mulut temannya tersebut.
"Mau bawa santai bagaimana kalau kalian saja malah terlalu santai! Nikmati masa remaja boleh, tapi ada batasnya, dengar enggak?" ujar Pak Anton mencoba memberi penjelasan keenam-enamnya dengan sabar.
"Dengar tidak? Arvin, Nanta, Aldo, Ian, Natha, Luigi?!" bentak Pak Anton pada keenamnya membuat mereka tersentak dan berteriak spontan secara bersama.
"Iya pak!" seru keenamnya secara bersamaan.
"Bagus, hari ini saya akan beri kalian hukuman yang cukup ringan, pel lantai di lorong kelas 10, 11, dan 12, sanggup?" tanya Pak Anton meminta persetujuan, lantas keenamnya sempat terdiam sejenak ditempat.
"Shit." gumam mereka secara serempak, dan mereka segera keluar dari ruang kesiswaan guna menjalankan tugas.
***
Geraldo A.
Batas waktu lo dihitung dari hari ini.Satu notifikasi masuk dari aplikasi chatnya dan itu dari Aldo, cowok itu sungguh membuatnya benar-benar susah sekarang, mereka memang berteman, tapi entah mengapa sikap Aldo seperti kurang baik padanya.
Dan ia harus berpikir, bagaimana cara untuk membawa seorang gadis untuk dipamerkan sebagai hadiah kalah taruhannya dalam waktu tiga hari? Hal itu lah yang saat ini memenuhi kepalanya hingga ia tak dapat tidur.
Apakah tak ada satu gadis pun yang pernah masuk dalam hidupnya? Tunggu, jika diingat-ingat, ada! Seorang, kelas 10. Kalau tak salah namanya...,
Serena!
A/N
Hello everybody, salken yah ini cerita pertama gue. Gue buat cerita ini awalnya terinspirasi dari lagu love scenario dari iKON, dan memutuskan untuk membuatnya.Semoga kalian suka dengan cerita ini ya guys :) i wish it. Jgn lupa vote dan komen kalian guys,
See u soon.Ttd,
Fell_Po.
KAMU SEDANG MEMBACA
Love Scenario
Teen FictionSkenario yang awalnya hanya untuk sebuah permainan karena taruhan berubah menjadi sesuatu hal yang tak bisa disangkal oleh dua orang yang terjebak dalam permainan ini, namun mereka terlanjur melibatkan orang lain. "Sebuah skenario palsu, hanya untuk...