Bila aku mengatakan tak merindukanmu, ingatlah selalu bahwa aku adalah seorang pembohong.
***
Arvin masih berdiam diri di UKS, sudah berselang lama sejak Calvin pergi meninggalkan mereka berdua, dan pikiran Arvin sedang bekerja merancang suatu kalimat pertanyaan yang akan ia lontarkan untuk Serena.
"Lo ada masalah apa sama dia?" tanya Arvin membuat Serena menggeleng.
"Jujur, Ser. Gue yakin, ada sesuatu yang lo tutupin dari gue." ujar Arvin lagi, hal itu membuat Serena memainkan jarinya, bingung harus menjelaskan dari mana.
"Apa lo pernah bimbang terhadap sesuatu?" tanya Serena tiba-tiba membuat Arvin heran dengan pertanyaan gadis itu.
"Semua orang pasti pernah bimbang terhadap sesuatu, Ser. Apa ini soal Calvin?" tanya Arvin membalas pertanyaan Serena, hal itu membuat Serena menatap Arvin karena cowok itu menyebut nama Calvin.
"Memangnya, lo ada masalah yang menyangkut soal Calvin?" tanya Arvin meminta penjelasan dari Serena.
"Di satu sisi, gue mulai merasa dimanfaatkan, tapi di sisi lain gue merasa dia mencoba dekat sama gue, dan gue ngerasa ada hal yang aneh pada diri gue." jawaban Serena membuat Arvin terdiam, mencoba mencerna kata-kata itu.
"Tapi, harusnya gue sadar. Hati cowok itu masih pada orang yang sama, bahkan sekarang mereka bertunangan, iya kan?" ujar Serena mencoba menghibur dirinya sendiri.
"Ser, lo suka sama Calvin?" tanya Arvin tiba-tiba.
"Gak tau, mungkin benci banget." jawab Serena dengan spontan, hal itu membuat Arvin tertawa hambar.
"Haha, Ser. Gue tau, lo itu orang yang suka membohongi diri lo sendiri," sahut Arvin sembari tertawa pelan.
"Kalo lo suka, tinggal bilang dan lo berjuang. Kalo lo gak suka, tinggal bilang dan pergi menjauh, simple, tapi lo malah bawa ribet." ejek Arvin membuat Serena tersenyum kecut.
"Lo bener, Vin. Gue pengecut banget, bahkan membohongi diri sendiri, terus nyakitin diri sendiri, sementara dia gak peduli dan masa bodo sama gue." ucap Serena pelan, ia menunduk, mencoba menutupi air matanya yang mulai merambat turun ke pipinya.
"Gue tau, jadi lo itu berat, karena gue juga merasakan apa yang lo rasakan." bisik Arvin, ia memeluk Serena dan mengatakan hal itu di telinga gadis itu.
Bagaimana Arvin tak merasakannya? Ia menyukai Serena, tapi ia sadar bahagia Serena tak ada padanya, tapi pada orang yang lebih baik dari dia, namun jika bahagia Serena memang padanya pasti Tuhan akan merancang takdir mereka dengan rapi.
Sedangkan Serena, gadis itu menyukai orang lain, itu terlihat jelas, dan itulah yang dirasakan Arvin saat ini, sama seperti Serena, mungkin dirinya memang sama-sama pengecut, bahkan juga bimbang diantara banyak pilihan.
***
Di kamar yang remang-remang dan nyaman itu, Calvin sedang bersantai, ditemani oleh Bagas, namun hanya lewat video call, karena sepertinya temannya itu sedang tak bisa datang ke rumahnya.
"Gimana soal lo sama Serena?"
"Ngapain lo nanya gitu?" tanya Calvin heran, alisnya mengernyit bingung.
KAMU SEDANG MEMBACA
Love Scenario
Teen FictionSkenario yang awalnya hanya untuk sebuah permainan karena taruhan berubah menjadi sesuatu hal yang tak bisa disangkal oleh dua orang yang terjebak dalam permainan ini, namun mereka terlanjur melibatkan orang lain. "Sebuah skenario palsu, hanya untuk...