Sometimes i feel stupid when i meet u.
***
Hampir seminggu ketika Calvin menjadikan Serena asistennya, dan sudah lebih dari seminggu cewek itu menjalankan skenarionya yang monoton bersama Arvin.
Ketua geng Xaver itu benar-benar membuat Serena tak betah berada di sekolah, bagaimana tidak, hampir tiap hari cowok itu punya permintaan ini dan itu untuk Serena.
Dari hal kecil seperti membuang sampahnya, membawakan tasnya, membelikannya makanan, bahkan yang terberat, membuatkan tugasnya. Padahal Calvin itu anak yang pintar, hanya saja ia malas untuk mencoba, jadi sekali diberi tugas ia akan mengatakan tak mengerti padahal sebetulnya ia sangat mengerti.
Seperti saat ini, sang ketua kelas X IPA 3 itu meminta Serena membelikannya sebungkus permen karet di kantin.
"Asisten!" panggil Calvin sembari berkacak pinggang disamping Serena yang tengah duduk bersama Rasya.
"Apaan?" tanya Serena dengan acuh pada ketua kelasnya itu.
"Beliin gue permen karet." jawab Calvin sembari memberikan Serena selembar uang.
"Kenapa lo gak beli sendiri?" tanya Serena dengan menaikkan satu alisnya.
"Males."
"Gue juga males." sahut Serena sambil menyilangkan tangannya didepan dada.
"Nurut lah, sebagai bentuk tanggung jawab lo." ujar Calvin dengan ogah-ogahan, sambil memutar bola matanya malas.
"Iya terserah!" sahut Serena kemudian ia berdiri dari posisi duduknya dengan segera.
"Gitu dong."
"Dasar ketua kelas jahanam!" umpat Serena pelan kemudian ia dan Rasya tertawa pelan akibat perkataannya.
Saat ini, kantin tak begitu ramai karena hampir mendekati jam masuk, dengan ekor matanya Serena melihat Arvin bersama kelima temannya sedang nongkrong di sudut kantin.
"Cewek lo bos." ujar Ian yang lebih dulu melihat Serena bersama Rasya.
"Bentar." sahut Arvin lalu ia beranjak dari duduknya, mendekati Serena.
"Ngapain?" tanya Arvin dengan lembut pada Serena yang tengah memilah permen karet.
"Kakak enggak liat? Gue lagi beli permen." jawab Serena halus meski ucapannya terasa menohok.
"Ras, si Calvin suka permen rasa apa sih?" tanya Serena bingung kemudian ia mengangkat dua bungkus permen yang merupakan kesukaannya.
"Gue juga enggak tau." jawab Rasya kemudian ia ikut memilih permen karet bersama Serena.
"Kok beliin Calvin sih? Pacarnya enggak dibeliin?" tanya Arvin yang merasa terasingkan disana.
"Iya beliin kak Arvin juga." jawab Serena sembari mengelus pipi cowok itu.
"Yang blueberry sama strawberry aja deh. Biar cepet." ucap Serena kemudian ia menuju tempat sang penjual duduk, dan menyerahkan selembar uang yang tadi diberikan oleh Calvin.
"Emang Calvin suka rasa buah?" tanya Rasya tak yakin membuat Serena mengedikkan bahunya tanda ia tak tau.
"Nih buat kak Arvin." ucap Serena sembari menyerahkan sebungkus permen karet rasa blueberry.
KAMU SEDANG MEMBACA
Love Scenario
Teen FictionSkenario yang awalnya hanya untuk sebuah permainan karena taruhan berubah menjadi sesuatu hal yang tak bisa disangkal oleh dua orang yang terjebak dalam permainan ini, namun mereka terlanjur melibatkan orang lain. "Sebuah skenario palsu, hanya untuk...