Jika mencintaimu hanya kudapat dalam mimpi, lebih baik aku tak terbangun lagi. Karena jika aku terbangun, aku akan mendapat kenyataan bahwa kau tak mencintaiku.
***
Sudah seminggu lebih Arvin menjauhi Serena, hal itu ia lakukan karena ia ingin mematikan perasaannya pada Serena, namun gadis itu selalu terlihat kebingungan ketika tak mendapati dirinya dimanapun.
Bahkan, akhir-akhir ini ia sering melihat Serena melewati kelasnya, padahal kelas gadis itu ada di lantai dua, sedangkan kelasnya di lantai empat. Apa yang dilakukan Serena? Mungkinkah ia ingin melihat Arvin, tapi kenapa?
Apa tak cukup fakta untuk Arvin kalau Serena tak ingin berpacaran dengannya? Lantas, fakta apalagi yang ingin diperlihatkan Serena padanya? Pikiran Arvin selalu mempertanyakan hal itu.
Tapi, yang menjadi kesulitan bagi Arvin untuk mematikan perasaannya itu adalah, ia selalu bertemu Serena setiap hari, bagaimana bisa ia mematikan perasaannya pada orang yang selalu ia temui, tak mungkin jika ia pindah sekolah hanya karena patah hati, itu alasan terbodoh yang pernah ada.
Aldo, Ian, Natha, Nanta, dan Luigi selalu memberinya solusi, dan kali ini mereka menyarankan Arvin untuk menjaga jarak dan menghindar ketika bertemu gadis itu.
Awalnya ia kesulitan, namun setelah hari ketiga ia mulai membiasakan diri, tak mencari tau tentang gadis itu lagi, bahkan untuk sekedar mengucapkan kalimat 'hai' di chat pun tak bisa.
Setelah lebih dari seminggu ia menghindari Serena, hari ini ia tak bisa menghindari gadis itu lagi.
Ia berpapasan dengan Serena saat di lorong menuju ruang guru, gadis itu yang ingin menuju ruang guru dan Arvin yang baru saja keluar dari ruangan tersebut.
"Kak Arvin." gumam Rasya yang ikut bersama Serena.
"Stt." sahut Serena pelan.
"Hai, kak Arvin." panggil Serena dengan senyum saat ia sudah dekat dengan Arvin.
Arvin hanya mampu tersenyum kaku melihat perilaku gadis itu terhadapnya.
"Hai, gimana kabar lo?" tanya Arvin dengan senyum paksanya.
"Baik, kakak sendiri? Sebentar lagi ujian kan?" balas Serena sembari bertanya dengan Arvin.
"Iya, sebentar lagi bakal sibuk." jawab Arvin yang sudah bisa menguasai gugupnya.
Jujur saja, jantungnya masih berdegup kencang ketika melihat Serena, mengapa ia masih bisa berdebar melihat Serena, seharusnya perasaannya sudah mati.
"Kalo gitu, semangat buat ujian nanti ya, kalau gue chat, bales, atau gue udah di blokir?" ujar Serena dengan nada canda dan tawa.
"Masih kok kontak lo, gue gak ada apa-apain." jawab Arvin sedikit canggung karena pertanyaan sarkas Serena.
"Yaudah, gue duluan ya, udah mau bel." lanjutnya cepat sembari melihat jam tangan hitam yang melekat di tangan kirinya.
"Kalau udah gak ada hubungan, bisa dong, sikap lo ke dia biasa aja." sindir seseorang yang melihat interaksi mereka berdua dari jendela perpustakaan yang ada disamping lorong.
***
Hari ini valentine, hari yang mendebarkan untuk Serena, ia akan memberikan hadiah dan coklat pada Calvin, meski ia sempat adu mulut dengan cowok itu dan mengatakan tak mau.
Bagas sempat mengatakan cowok itu pasti menerima coklatnya.
"Ser, udahlah lo kasi dia coklat, pasti dia mau kok." ujar Bagas setelah Calvin pergi meninggalkan Serena.
KAMU SEDANG MEMBACA
Love Scenario
Ficção AdolescenteSkenario yang awalnya hanya untuk sebuah permainan karena taruhan berubah menjadi sesuatu hal yang tak bisa disangkal oleh dua orang yang terjebak dalam permainan ini, namun mereka terlanjur melibatkan orang lain. "Sebuah skenario palsu, hanya untuk...