Hari ini adalah hari terakhir sekolah di minggu ini, dan selalu di tunggu-tunggu oleh setiap siswa untuk menikmati waktu liburan atau refreshing sementara.
"Serena!" panggil sebuah suara pada Serena yang jauh di depannya.
"Feliz!" panggil orang itu lagi, dan panggilannya kali ini mampu membuat Serena diam ditempatnya.
"Woi! Lo budeg apa gimana sih? Dipanggil kagak nyahut sama sekali!" ujar orang itu dengan nada ketus dan tatapan dingin yang selalu menusuk itu.
"Kenapa? Langsung aja." sahut Serena dan membalas tatapan dingin itu dengan senyum miringnya.
"Lusa kita bakalan kerja kelompok di rumah Daniel, kalo besok gue gereja, supaya hari minggu gue bisa absen." jelas Calvin masih tanpa ekspresi selain tatapan dingin nan tajamnya itu.
"Tapi gue—"
"Lo boleh buat gak ikut kerja, tapi nama lo gue catat supaya gak dapet nilai. Jadi, pilih kerja atau enggak?" sahut Calvin memotong ucapan Serena yang langsung ditelan lagi oleh gadis itu.
"Gue bakalan dateng, tapi mungkin telat."
"Yang penting lo dateng aja, Liz." jawab Calvin lalu pergi meninggalkan Serena yang membeku ditempat akibat panggilan dari Calvin.
Feliz, itu adalah nama kecil Serena, hanya orang-orang yang dekat dengannya yang memanggilnya Feliz, dan itu dulu. Sebelum semuanya berubah, hingga ia mengganti nama panggilannya menjadi Serena.
Dan Serena tak tahu sama sekali, mengapa Calvin lebih suka memanggilnya Feliz ketimbang Serena.
"Lo aneh ya, Vin." gumam Serena meski ia tau orang yang sedang ia bicarakan tak mungkin mendengarnya.
"Serena, lo gak pulang?" tanya seseorang sembari menepuk pelan bahu Serena, membuat Serena yang saat itu sedang melamunkan masa lalunya menjadi terkejut.
"Kak Arvin?" kejutnya pelan, lantas orang yang ada disebelahnya hanya tersenyum sembari menaikkan salah satu alisnya.
"Lo gak pulang, Ser?" tanya Arvin lagi mengulangi pertanyaan yang sama.
"Pulang kok, ini sekarang mau pulang." jawab Serena dengan cepat membuat Arvin mengangguk.
"Pulang sendiri? Atau dijemput?" tanya Arvin lagi.
"Naik gojek, kak." jawaban Serena membuat Arvin langsung menarik tangannya, hingga menuju ke parkiran motor.
"Mau ngapain kak?" tanya Serena bingung, dan lebih bingung lagi karena hampir semua orang yang ada di parkiran menatapnya dengan raut wajah yang sulit ditebak.
"Mau nganterin lo pulang, kan kita udah pacaran." jawab Arvin dengan santai, dan lantas menepuk jok motor ninja berwarna hijau miliknya.
"Enggak apa-apa kok, kak. Gue pulang sendiri aja." sahut Serena namun Arvin langsung menolaknya.
"No, lo pulang sama gue hari ini dan seterusnya," balasan Arvin membuat Serena pasrah.
"Selama skenario kita berjalan." lanjut Arvin dengan berbisik di telinga Serena membuat gadis itu mengangguk.
Samar-samar Serena dapat melihat Calvin yang menatapnya dengan tatapan yang sulit diartikan, setelah Serena tak sengaja melihatnya, cowok itu malah membuang muka dan segera pergi dengan ninja hitamnya.
KAMU SEDANG MEMBACA
Love Scenario
Teen FictionSkenario yang awalnya hanya untuk sebuah permainan karena taruhan berubah menjadi sesuatu hal yang tak bisa disangkal oleh dua orang yang terjebak dalam permainan ini, namun mereka terlanjur melibatkan orang lain. "Sebuah skenario palsu, hanya untuk...