Chapter 12

65 3 0
                                    

Sebanyak apapun cara yang ku lakukan untuk menghapusmu dari pikiranku, tetap saja aku tak bisa melakukannya.

***

"Apa yang mesti gue lakuin?" tanya orang itu entah pada siapa, namun ia tak sendirian diruangan besar tersebut.

"Minta maaf, lah!" sahut temannya dengan sedikit membentak.

"Gue gak bisa." jawabnya sambil mengacak rambutnya gemas.

"Why you can't?" tanya temannya padanya yang terlihat pasrah.

"No shy shy cat, gitu lah." sindir temannya padanya lagi, sembari tertawa meremehkan.

"Lo tuh macam singa dalam kandang, yang hanya berani dalam daerah kekuasaan lo aja, ketika lo masuk daerah kekuasaan lawan sama aja lo seperti kucing kampung." ejek temannya lagi, membuatnya lebih kesal dan frustasi.

"Bantu gue kek, bukannya malah hina gue, lo brengsek banget!" bentaknya kemudian ia memukul temannya itu dengan tangan kosong.

Seketika cermin itu jatuh berserakan dari tempatnya, tangan lelaki itu mengalirkan darah yang cukup deras dari luka akibat terkena hantaman keras tersebut.

Halusinasi. Sosok yang merupakan temannya itu hanyalah bayangannya saja, terlihat gila memang, tapi memang itulah kenyataannya jika lelaki tersebut sedang depresi dan mengalami tekanan mental serta fisiknya.

Seorang Calvin yang terkenal akibat kegarangannya pun akan terlihat lemah ketika ia sedang frustasi akibat kesalahannya sendiri, bodoh.

Jika ia sedang marah, maka akan ia luapkan kemarahannya itu di dalam kamarnya yang besar dan remang-remang, jika ia sedang sedih, maka akan ia luapkan kesedihannya disana. Kepribadiannya yang ditujukan pada teman-temannya adalah kepribadian palsunya, sedangkan kepribadian inang nya hanya dapat bersembunyi dibalik bayangan.

Kepribadian inang nya begitu lemah, hancur, dan tak berdaya, begitu berbeda dengan penampilan yang ditujukannya.

"Calvin!" seru Dirga yang mendengar suara pecahan kaca dari kamar adiknya itu.

"Kamu kenapa?!" tanya Dirga pada Calvin yang hanya diam sambil menatap tangannya yang terluka akibat ulah nya itu.

"Bilang, Vin! Jangan diem kayak gini!" ucap Dirga lagi sembari memegang tangan Calvin yang terluka, ia meminta penjelasan pada adiknya itu.

"Maaf." gumam Calvin kemudian ia meneteskan sebulir air mata, hal itu membuat Dirga bingung dibuatnya.

"Sorry for my mistake, i am so sorry, please." gumamnya lagi dengan terus meneteskan air mata di pelukan Dirga.

***

Hari ini adalah hari Jumat, seluruh siswa-siswi mengenakan kemeja putih dengan celana ataupun rok berwarna merah kotak-kotak, lengkap dengan dasi kupu-kupu dan dasi kantor berwarna senada dengan rok dan celananya.

Semua mata orang-orang tertuju pada sebuah mobil sport berwarna putih yang baru saja tiba dia area parkiran SMA Harapan Bangsa, dan yang keluar dari mobil itu mampu membuat semua mata menatap bingung pada orang yang keluar dari mobil tersebut.

Dia, Calvin. Datang dengan orang yang begitu dikagumi saat masih bersekolah disana dua tahun lalu, Dirga Alexander Xaverius, mantan ketua geng Xaver setahun yang lalu. Namun, yang membuat semua orang bertanya-tanya bukan tentang Dirga yang datang mengantar adiknya yang popular dan most wanted tersebut, tapi tangan kanan Calvin yang dibalut perban tersebut.

Love ScenarioTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang