Chapter 13

74 2 0
                                    

Jangan menangis, karena ketika kamu menangis ada sesuatu yang menyayat perih hati ini.

***

Calvin diam dibangkunya, entah mengapa pikirannya mengawang pada percakapannya tadi dengan Serena.

"Ciee yang mikirin Serena, tambah semangat nih yang tadi habis ngobrol sama gebetan." goda Bagas yang mengambil tempat tepat di samping Calvin.

"Hah?" tanya Calvin bingung, ia menaikkan satu alisnya heran.

"You look so cute with her." jawab Bagas sambil memperlihatkan jepretannya saat Calvin sedang tersenyum pada Serena.

"Lo mau gue kasih, buat galeri di Hp lo?" tanya Bagas yang menggoda Calvin, cowok itu hanya mendengus pelan dan memalingkan wajahnya.

Ia melihat jendela, tampak taman belakang sekolah dari jendela tersebut, dan ia juga melihat Serena dengan Arvin sedang berduaan disana.

"Napa Vin?" tanya Bagas karena ia melihat tangan kiri Calvin yang mengepal erat.

"Minggir, Gas." pinta Calvin pada Bagas, hal itu membuat temannya bingung akan kelakuan Calvin.

"Ngapain?"

"Cepetan!" bentak Calvin pada Bagas, kemudian mau tak mau akhirnya Bagas menuruti omongan Calvin dan memberi celah agar cowok itu dapat lewat.

Segera Calvin berlari menuju taman belakang sekolah, dan semoga saja ia belum terlambat.

"Calv—ngapain lo?" tanya Farrel saat ia sedang berada di area lobby, ia melihat Calvin berlari tanpa menghiraukan siapapun orang yang ditabraknya.

"Woi kalo jalan pake mata, sat!" seru Aldo karena tak sengaja ditabrak oleh Calvin.

Calvin sampai di taman belakang sekolah, namun taman itu tampak sepi, dan banyak sekali pepohonan yang menutupi cahaya matahari untuk masuk menyinari, selain itu taman belakang juga kotor karena dedaunan kering yang jatuh ke tanah.

Calvin lantas mencari tempat persembunyian yang mampu melihat dan mendengar percakapan antara Arvin dan Serena.

"Lo masih gak mau jadi pacar gue?" tanya Arvin pada Serena, ia membahas tentang omongannya tadi pagi.

"Bukannya gak mau, kak. Tapi, gue gak suka kalau perhatian kak Arvin yang semula cuma sebatas teman berubah jadi pacar, jujur gue risih." ujar Serena sambil menundukkan kepalanya agar ia tak melihat tatapan Arvin.

"Liat muka gue ketika lo ngomong sama gue, Serena. Gue ada didepan lo, bukan dibawah lo." ucapan Arvin mampu membuat Serena sedikit melirik Arvin dengan takut-takut.

"Maaf, kak."

"Gue sayang sama lo, kenapa lo gak bisa ngerti perasaan gue?" tanya Arvin untuk kesekian kalinya pada Serena.

"Perasaan orang gak bisa dipaksain, kalau emang takdir gue sama lo, sejauh apapun lo perjuangin gue, pasti gue bakal balik ke pemilik hati gue." tutur Serena menjelaskan pada Arvin yang sepertinya masih tak mengerti dimata Serena.

"Tapi lo pemilik hati gue, dan kalau lo mau gue berjuang, gue bakal merjuangin lo." sahut Arvin sembari mencekal tangan Serena dengan cukup kuat, membuat gadis itu kesakitan.

"Lo bego atau idiot?" tanya Calvin, ia lantas menampakkan dirinya dari tempat persembunyiannya.

"Kayaknya, lo bego deh, lo tau definisi bego gak?" pertanyaan Calvin membuat Arvin mengangkat alisnya.

Love ScenarioTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang