Senyum tak berarti orang itu bahagia, bisa saja menjadi kebalikan dari senyum itu sendiri.
***
Pulang sekolah, Serena tak diijinkan pulang dulu oleh Calvin, cowok itu tadi melemparinya dengan remasan kertas yang berisi tulisan ceker ayamnya, memintanya untuk menunggu cowok itu setelah piket.
Serena menunggu di lobby, itu karena cowok itu piket, namun saat cewek itu berbalik menatap tangga lantai dua, ia melihat cowok itu yang memakai hoodie hitamnya yang biasa, selain itu tas merah bercorak hitam yang sering dipakainya disampir disalah satu bahunya.
"Kenapa?" tanya Serena saat cowok itu mendekatinya.
Pernah sekali, Serena mengangkat tas milik Calvin yang awalnya ia kira berat, ternyata begitu ringan, hanya berisi tiga buku tulis, dua pulpen yang hilang tutupnya, serta hoodie yang dipakainya.
Kalau dipikir, Calvin itu adalah cowok yang memiliki banyak kekayaan, namun untuk membeli pulpen saja, rasanya ia enggan untuk mengeluarkan uang, padahal jika bisa, perusahaan pulpen pun dapat dimiliki cowok itu dengan gampang.
"Mau cerita." jawab Calvin enteng.
"Yaudah, cerita aja." ujar Serena menyahut ucapan cowok itu.
"Bukan gue, tapi lo, soal tadi." sahut Calvin cepat, kemudian ia menarik tangan Serena dari lobby menuju parkiran tempat motornya terparkir.
"Mau ngapain sih?" tanya Serena heran, ia sempat berhenti sebentar di lobby.
"Ikut gak?" tanya Calvin dengan ogah-ogahan.
"Kemana?" tanya Serena membalas.
"Ya ceritanya gak disini lah, ditempat yang lebih enak aja." jawab Calvin polos, membuat Serena mendengus.
"Sekalian nyari kado ya?" pinta Calvin lagi, membuat Serena terpaksa mengangguk.
"Iya." jawabnya pelan.
Saat sampai di tempat motor cowok itu terparkir, tempat parkirnya sangat teduh, dibawah pohon rindang, sejenak Serena melihat motor sport Calvin berwarna hitam itu, memandanginya sebentar.
"Kenapa? Ayo naik!" suruh Calvin cepat saat mesin motornya akan ia hidupkan.
"Susah tau naiknya." sahut Serena ketus, ia bersusah payah menaiki motor itu, terlebih lagi ia menggunakan rok.
"Lo sih pendek, gampang gini." ejek Calvin dengan sinis.
"Punya motor jangan ketinggian dong makanya." ucap Serena dengan ketus membuat Calvin tersenyum miring.
"Gue tinggi, jadi wajar punya motor tuh yang tinggi, kalau motornya pendek berarti yang naik juga pendek." ujar Calvin acuh, membanggakan dirinya sendiri.
"Sombong nih jadinya." ejek Serena ketus.
"Iya, tau aja." sahut Calvin asal jeplak begitu saja.
"Ish." dengus Serena pelan, setelah ia berhasil naik di motor milik Calvin tersebut.
***
Disinilah mereka, cafe yang lain, disebuah mall, bukan cafe biasa tongkrongan anak-anak MIPATrix biasanya berkumpul, cafe yang ini letaknya lebih jauh dari sekolah, kemungkinan orang dari Harapan Bangsa datang kesana hanya 30% saja.
KAMU SEDANG MEMBACA
Love Scenario
Teen FictionSkenario yang awalnya hanya untuk sebuah permainan karena taruhan berubah menjadi sesuatu hal yang tak bisa disangkal oleh dua orang yang terjebak dalam permainan ini, namun mereka terlanjur melibatkan orang lain. "Sebuah skenario palsu, hanya untuk...