Karena kamu ada, makanya aku selalu berjuang. Kamu menghilang, makanya aku selalu mencari.
***
Dalam kamar yang luas dan hanya diisi oleh dua orang yang terlihat berbincang itu, yakni Bagas dan Calvin.
Bagas bermaksud untuk menginap dirumah sahabatnya itu, dan lagi ada yang ingin Calvin diskusikan, begitu yang dikatakan cowok itu padanya.
"Gas, lo inget gak pas camp Sispala di kaki bukit itu, apa gue ada ngelakuin salah?" tanya Calvin pada Bagas yang duduk di bean bag milik cowok itu.
"Hm, kayaknya sih gak ada."
"Terus, kenapa Feliz jadi jauh sama gue ya?" tanya Calvin lagi.
Bagas tertawa pelan mendengar pertanyaan Calvin, sembari bertanya, "itu yang lo pikirin?"
"Lo tuh jahat sama dia, lagipula dia pasti sadar cepat atau lambat kalau lo itu cuma manfaatin dia." ejek Bagas sambil tertawa pada Calvin.
"Apa, lo cinta lagi sama dia?" tebakan Bagas membuat Calvin mendengus sebal.
"Gak, gue gak cinta, suka, atau apapun itu sama dia." bantah nya dengan ketus.
"Cheesy ya lo, no shy shy cat gitu lah sama gue, we are best friends, right?" sahut Bagas yang membanggakan dirinya.
"Gue emang bener gak suka sama Feliz, gue cuma bersikap layaknya teman aja, tapi setelah camp Sispala dia kelihatan, berbeda." ujar Calvin membuat Bagas mengangguk paham.
"Kalau lo cuma bersikap temen aja ke dia, kenapa di bus lo duduk sama dia? Waktu camp lo deket sama dia? Bahkan lo beliin dia kado padahal ultahnya masih lama, terus lo juga cerita masalah lo ke dia." sahut Bagas penuh selidik.
"Boleh dong gue duduk sama siapa aja, lagian gue temennya dan dia udah ngakuin gue itu temennya, terus gue beliin dia hadiah ya sebagai tanda temen aja, dan soal gue cerita masalah gue ke dia, kita udah pernah bahas ini kan? Gue mau lebih terbuka sama semua orang, bukannya sama lo aja."
"Tapi kenapa Serena?" tanya Bagas heran.
"Gak tau, hati gue milih Feliz, tapi otak gue milih yang lain." jawab Calvin ragu-ragu.
"Itu tandanya lo tertarik sama dia!" sahut Bagas dengan girang.
"Mana mungkin."
"Satu, lo like post nya di Instagram, beberapa menit setelah dia posting foto itu. Dua, lo selalu ngomongin dia kalau sama gue. Tiga, lo penasaran sama dia, tandanya lo tertarik sama dia!" jelasnya dengan tersenyum senang.
"Udah gue duga, jodoh lo itu Serena, bukan medusa kayak Reva." lanjutnya dengan binar bahagia.
"Jodoh gue bukan Serena, gue yakin itu. Soal Reva, lo tau sendiri kalau gue dijodohin sama cewek itu."
"Kalau lo suka sama Reva, kenapa lo gak terima perjodohan itu? Bukannya lo selalu mantau Reva lewat nyokap cewek itu sama temen-temennya, ya?" tanya Bagas sedikit heran dengan keputusan yang diambil temannya.
"Gue gak ngerti sama diri gue sendiri, perasaan gue emang buat Reva, tapi gue gak mau dijodohin sama dia, bahkan tau kabar itu buat gue muak, apalagi liat muka cewek kayak Reva."
KAMU SEDANG MEMBACA
Love Scenario
Teen FictionSkenario yang awalnya hanya untuk sebuah permainan karena taruhan berubah menjadi sesuatu hal yang tak bisa disangkal oleh dua orang yang terjebak dalam permainan ini, namun mereka terlanjur melibatkan orang lain. "Sebuah skenario palsu, hanya untuk...