03. Nasi goreng pedas

6.3K 277 0
                                    


Raya berjalan menuju parkiran sekolah. Pasti Gerald di sana. Katanya kan mau ngajak Raya pulang bareng.
Tepat sekali dugaan Raya. Gerald sudah duduk manis di atas motornya sambil mengunyah permen karet. Pemuda itu meniup-niup permen karet sehingga membentuk balon-balon kecil.

" K-kak," panggil Raya pelan takut mengganggu Gerald yang dari tadi tidak melihatnya.

Gerald menoleh datar ke arah Raya ," Udah?"

" I-iya udah kak. Beneran aku pulangnya sama kakak?" tanya Raya gugup.

" Lo kenapa gugup gitu?" tanya Gerald.

Sebenarnya Gerald juga sangat gugup bertemu Raya. Tapi,ia bersikap biasa aja.

Raya gelagapan," Enggak kok. Gak gugup," elaknya.

Gerald memberikan helm full face kepada Raya. Mau tidak mau Raya harus memakainya karena itu dari Gerald.

Raya naik dengan hati-hati ke motor Gerald yang tinggi itu. Untung dia memakai training. Aman.

Setelah merasa sudah siap,Gerald menjalankan motornya dengan kecepatan normal. Biasanya Gerald selalu ngebut saat bawa motor,tapi seorang dia sadar,di jok belakang ada bidadari. Takut kenapa-kenapa.

" Kak kok ke sini?" tanya Raya saat turun dari motor.

Masalahnya ini bukan rumah Raya ataupun rumah Gerald. Mereka berhenti di sebuah cafe yang banyak pengunjungnya.

Raya juga tidak pernah diajak ke sini sama Alvaro. Cafenya sedikit......unik. Dengan hiasan-hiasan dari bambu di dekat pintu cafe.

" Gue mau makan," jawab Gerald singkat.

Pemuda itu berjalan mendahului Raya yang masih diam mematung di dekat motor. Kenapa Gerald makan harus ditemani? Kenapa harus Raya?

" Heh?! Cepetan!" teriak Gerald.

Raya tersentak,lalu segera berjalan menyusul Gerald ke dalam cafe. Banyak mata yang menuju kepadanya. Terutama para wanita.

Gerald merasa risih saat banyak wanita yang menatapnya. Sampai ada yang mengedip-ngedipkan sebelah matanya.

Gerald memilih tempat duduk yang hanya berisi kursi dua. Cukup untuknya dan Raya.

" Mas,mbak,mau pesen apa?" tanya seorang pelayan dengan seragam merah marun yang baru datang membawa buku menu.

" Nasi goreng pedas dua. Jus melon dua," jawab Gerald dingin. Pelayan itu mengangguk sopan.

" Tapi kak sa--

" Jan banyak bacot!" tegas Gerald dengan mata tajamnya. Raya tidak jadi mengajukan sebuah protesan.

Raya menelan ludahnya susah payah. Kerongkongannya tercekat. Bahaya ini. Gerald pesan nasi goreng pedas? Bisa mati Raya.

Raya juga tidak ingin memesan. Takut merepotkan.

" Kalau begitu saja permisi..," pelayan itu berlalu.

Raya masih terdiam menatap jemarinya yang bergerak-gerak mengetuk meja. Suara bising dari luar cafe ditambah Susana ricuh yang ada di dalam cafe.

Bisa-bisanya Gerald mau makan di tempat seperti ini. Raya mengambil napas panjang lalu menghembuskannya secara perlahan.

Suasana hening. Gerald hanya fokus kepada ponselnya dari tadi. Tanpa ada yang membuka suara. Keduanya sama-sama takut untuk memulai.

" Silahkan dinikmati! Ini pesanan anda,"

Kini dua porsi nasi goreng pedas berada di depan mata. Dan juga dua gelas jus melon. Gerald memasukan ponselnya ke dalam saku celana.

Pelayan yang tadi sudah pergi setelah memberikan makanan.

Ice Prince [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang