22. Bahagia [ End ]

5.7K 214 4
                                    


" Aku Gerald Raya....dia bukan Gerald. Dia Gareld. Kembaran aku...," lembut Gerald.

Raya diam membisu. Ekspresi nya sulit terbaca. Antara terkejut dan tidak percaya menjadi satu. Bukan! Pasti pemuda di depannya ini hanya bayangan. Gerald tidak memakai kacamata.

" Gue gak percaya sama lo! Mana mungkin lo kak Gerald. Kalau lo kak Gerald,kenapa gak jemput gue tadi pagi?"

Kini giliran Gerald yang bungkam. Ia tidak tahu harus memulai pembicaraan dari mana.

Bukan gimana-gimana. Raya takutnya kalau di depannya ini adalah mahkluk jadi-jadian. Pasalnya,tadi pagi kan Gerald tidak memakai kacamata.

" Lo diam kan? Berarti lo bukan Gerald," Raya melipat kedua tangannya di depan dada.

" GERALD! WOY SOMPLAK! GUE CARIIN JUGA!"

Raya dan Gerald sontak menoleh ke arah siswa yang berdiri di dekat tangga turun gedung rooftof. Mata Raya melotot.

   Raya memperhatikan pemuda berkacamata di depannya,dan pemuda yang ada di dekat pintu rooftof. Sangat mirip. Bahkan tidak ada yang berbeda. Hanya saja,yang di depan Raya memakai kacamata.

" Hm. Dari mana? Pacaran?" tanya Gerald dingin.

" Hehe. Biasalah. Eh,lo bukannya cewek yang tadi pagi itu kan? Yang manggil gue Gerald? Kenalin,gue Gareld Firnanda Aldref. Adiknya Gerald," Gareld mengulurkan tangannya untuk berkenalan dengan Raya.

Raya membalasnya dengan kikuk," Raya ..."

  Raya menatap Gerald dan Gareld bergantian. Raya sekarang tahu,siapa yang Gerald. Gerald memiliki bekas luka di bagian lengan kanannya,karena tawuran dengan SMA BimaRaya.

" Em ..sorry lengan lo,ada luka?" tanya Raya ke pemuda berkacamata itu.

Gerald memutar bola matanya malas," Gak percaya amat sama pacarnya sendiri," cibir Gerald. Gerald memperlihatkan lengannya yang ada bekas luka di bagian kanan.

" Beneran kak Gerald! Jadi kak Gerald gak selingkuh?" tanya Raya girang. Gerald tersenyum. Akhirnya Raya tidak sedih lagi. Gerald mengacak-acak rambut Raya dengan gemas.

" Siapa sih yang selingkuh. Salahin nih,kenapa mukanya kembar sama aku," Gerald menunjuk Gareld yang memasang muka polosnya.

" Tapi..kenapa kak Gerald gak jemput aku. Gak ngabarin,terus sekarang pakai kacamata lagi?"

" Nanti aja. Aku mau ke ruang OSIS ngurus nih bocah yang pindah ke sini," lagi-lagi Gareld hanya menunjukkan muka polosnya saat ditunjuk oleh Gerald.

" Gareld,dulunya sekolah di mana?" tanya Raya ke Gerald.

" London," jawab Gerald jujur. Raya mengangguk mengerti.

" Udah ngapa sih,pacaran bae. Urusin surat pindahan sekolah gue sama Naya dong!" kesal Gareld.

" Hm," dehem Gerald.

Gerald menarik lengan Raya meninggalkan Gareld yang sepertinya masih ingin berdiam diri di gedung rooftof sekolah.

  Sampailah mereka di depan ruang OSIS.

" Kamu mau nunggu atau ke kelas dulu?" tanya Gerald.

Raya memasang muka memikirkannya. Beberapa detik kemudian dia menjawab," Nunggu aja," jawabnya.

" Ya udah. Aku masuk dulu ngurus perpindahan Gareld,kamu duduk di situ ya," Raya mengangguk tersenyum.

  Raya bernapas lega. Walaupun Raya tidak dijemput Gerald,tapi yang penting Gerald tidak terpikat dengan hati yang lain.

Ice Prince [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang