07. perasaan tak enak

5.3K 239 1
                                    


- Terkadang,perempuan ingin dimengerti. Bukan yang harus selalu mengerti! -

Gerald dan Raya berada di parkiran sekolah. Beberapa motor masih berjejer di sana padahal ini sudah jam pulang sekolah.

   Kalian pasti tahu itu motor siapa? Nyong,Rindang,Ozy dan teman-teman Gerald lainnya yang sedang bermain di lapangan basket.

  Gerald izin tidak ikut latihan basket  hari ini demi mengantarkan Raya pulang dengan selamat.

Walaupun Gerald itu sikapnya dingin,tapi orangnya itu seru,asik.  Buktinya,saat pertandingan basket tahun lalu membuat kenang-kenangan tak terlupakan.Di mana mereka bertanding basket dengan seragam berbeda dari tim lainnya. Baju atasan hitam selengan, dan pakai celana boxer.

   Uniknya lagi,boxer itu berwarna pink ada gambar hati-hati kecilnya. Tidak malu,mereka malah menikmati pertandingan basket saat itu.

      Brum....Brum....

Motor sport warna merah itu pergi meninggalkan halaman sekolah. Raya berpegangan pada tas punggung Gerald.

    Padahal Gerald sudah menyuruhnya untuk memeluk,tapi di tolak.

     " Ini rumah siapa?"  tanya Raya saat turun dari motor.

   Masalahnya motor mereka terparkir di halaman rumah seseorang,bukan rumah Raya. Rumah dengan tema Eropa itu nampak menawan.

   " Rumah gue. Masuk!" suruh Gerald. Raya mengangguk kikuk,lalu mengikuti langkah Gerald dari belakang.

  " Assalamualaikum ma," teriak Gerald saat sudah berada di ruang tamu.

" Wa'alaikumsalam," terdengar balasan dari ruang dapur.

" Eh,siapa ini Gerald? Masyaalah cantik nya,"

Raya mendongak menatap wanita paruh baya yang sedang berdiri di hadapannya dengan senyuman bahagia.

Raya mencium punggung tangan Dinda ," Saya Raya tente. Makasih,Tante juga cantik," balasnya ramah.

   Gerald tersenyum melihat kedua wanita di depannya ini sudah akrab. Tak lama,Dinda mempersilahkan Raya duduk.

  " Gerald ganti baju dulu,ma," Gerald beranjak menaiki tangga. Kamarnya terletak di lantai dua.

   Raya dan Dinda mengobrol ini itu. Sampai-sampai mereka tertawa bersama di ruang bercat putih itu.

" Dulu pernah Gerald saat kecil kedinginan. Kamu tahu apa yang dia lakukan?" tanya Dinda. Raya menggeleng.

Raya memandang serius wajah Dinda. Ekspresi nya sudah sangat penasaran dengan kelanjutan cerita dari mamanya Gerald itu.

" Gerald ambil mukena mama. Dia pakai terus tidur di kamar," Dinda sudah menyuruh Raya untuk memanggilnya dengan sebutan 'mama'.

" Haha. Ya ampun," Raya tertawa memegangi perutnya.

  Raya membayangkan bagaimana masa kecilnya Gerald. Saat dimana musim hujan,cuacanya dingin. Gerald memakai mukena mamanya dan ia pakai sebagai selimut.

" Mama bahagia sekali. Akhirnya ada yang bisa mencairkan dinginnya Gerald. Mama makasih sama kamu," ucap Dinda lembut penuh kehangatan.

  Raya membalasnya dengan senyuman,lalu berucap ," Aku juga makasih buat mama. Udah ngelahirin anak ganteng dan baik kayak kak Gerald."

" Ah,kamu bisa saja," Dinda menoel hidung Raya,membuat gadis itu terkekeh dan mengusap hidungnya yang terasa geli.

" Astaga,sampai lupa! Kamu mau minum apa?" tawar Dinda.

Raya menggeleng," Enggak usah,ma. Gak usah repot-repot," ucapnya sopan.

" Raya udah makan?" tanya Dinda.

" Belum,ma," jawab Raya jujur.

" Ya sudah,kita makan bersama. Kamu panggilin Gerald di kamarnya ya!" Raya mengangguk,bangkit,lalu berjalan menaiki tangga menuju kamar Gerald.

Lagi tidur jangan ganggu. Raya tertawa membaca sebuah note yang ada di pintu kamar Gerald. Aneh.

Tok .tok ..

Raya mengetuk pintu kamar Gerald beberapa kali.

" Kak,"

" Masuk,Ray!" teriak dari dalam ruangan tersebut. Siapa lagi kalau bukan Gerald.

Ceklek

Raya membuka pelan pintu kamar Gerald. Ia memandangi sekeliling. Ternyata Gerald sangat menyukai pelajaran IPA. Sampai ada beberapa rumus menempel di dinding - dinding.

Gerald tengah asik bermain game ternyata.

  " Kak,ayo kita makan," ajak Raya to the point saja. Ia menempelkan lututnya ke lantai,dan duduk di samping Gerald.

  " Iya. Gue matiin dulu," Gerald mem-pause game-nya,dan bangkit menarik tangan Raya menuju ruang makan yang berada di lantai bawah.

  Di meja makan sudah banyak makanan yang tersedia. Itu semua adalah masakan Dinda.

" Ayo sayang,dimakan. Ini mama sendiri yang buat," ucap Dinda hangat. Raya tersenyum,lalu mengangguk. Raya duduk di dekat Gerald.

" Kamu tinggal sama siapa Raya?" tanya Dinda di sela-sela makannya. Raya dan Gerald menghentikan aktivitas makannya,dan memandang Dinda

" Sama mama,papa,kak Varo," jawab Raya jujur.

" Lain waktu boleh kan main ke sana? Biar Gerald yang antar,"

" Boleh-boleh ma. Raya malah suka kok kalau mama mau main ke rumah Raya," ucap Raya girang.

Gerald tidak dapat menyembunyikan senyumannya. Ia mencubit pipi Raya dengan gemas, sehingga gadis itu meringis.

" Sakit tau kak," kesal Raya mengusap pipinya.

" Maaf-maaf," ucap Gerald.

" Kamu itu Gerald," Dinda geleng-geleng kepala. Gerald hanya menunjukan wajah cengiran nya.

                            ❇️❇️❇️❇️

" Mama sama papa ada urusan bisnis di Singapura. Nanti kita akan ke bandara. Varo jaga adik ya!"

Raya terlihat sedih saat Candra memberi tahu kalau akan ke Singapura untuk bisnis.

" E...Raya gak boleh sedih loh,kan udah ada kak Varo sama kak Gerald," nasehat dari Lisa membuat Raya mencebikkan bibirnya kesal.

Lisa dan Candra sudah mengenal Gerald sejak mengantarkan Lisa pulang saat Gerald nembak Raya saat itu.

" Mama ih! Ga usah bawa kak Gerald ah," ujar Raya kesal.

" Kenapa? Lo malu ya?" goda Varo.

" Ish!"

" Jadi ...nanti mau nganterin mama sama papa ke bandara?" tanya Candra.

" Pa...tapi perasaan Raya gak enak!" tolak Raya.

" Itu perasaan kamu aja,Ray," jawab Candra dingin.

                                  @@@@@

                 Spesial Cast Jeta Aura Margana

                 Spesial Cast Jeta Aura Margana

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
Ice Prince [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang