19. Kenangan

23.4K 293 7
                                    

Cuy kalau mau baca urutin sendiri yak! Waktu itu part-nya udah urut,eh jadi acak-acakan. Urutin yak!


BUAT KALIAN YANG NIAT BANGET BACA, URUTIN PAS BACA. KARENA PARTNYA GAK URUT.


****

Nyaman itu saat kita berkumpul bersama keluarga. Sayangnya,aku tidak punya keluarga yang lengkap seperti kalian - Raya Maura Samuel.

" Makasih ya kak. Udah mau nganterin Raya ke toko buku," Raya menompang dagunya ke bahu Gerald yang sedang menyetir motor.

Gerald tersenyum tulus melihat wajah ceria Raya dari kaca spion," sama-sama. Langsung pulang atau makan?"

Raya nampak berpikir," Um....makan dulu yuk. Raya laper,hehe."

Gerald terkekeh. Tangan kirinya bergerak untuk mencubit pipi Raya karena merasa gemas. Semakin hari tingkah Raya semakin lucu di mata Gerald.

   Motor sport Gerald melaju menerobos jalanan-jalanan di daerah ibu kota. Sesekali Gerald menunjuk bangunan-bangunan yang ada di sana dan ia tunjukkan kepada Raya.

  Motor sport warna merah itu berhenti di sebuah kedai es krim. 

   Kedai di mana Raya suka ke sana bersama Vano,Lisa,dan Candra. Kenangan itu kembali lagi. Raya jadi ingat dengan ayah dan mamanya. Ya Tuhan! Kenapa Gerald harus memilih kedai ini.

  Raya berdiri di dekat motor menatap pintu masuk kedai es krim itu. Entah. Hatinya sangat sulit untuk menerima ini semua. Hati yang semulanya ikhlas,kembali menjadi tak mau kehilangan.

" Ray. Are you okay?" tanya Gerald memastikan. Pemuda itu melihat gumpalan cairan di mata gadisnya.

Raya menggeleng," Enggak kak. Gak apa-apa," jawab Raya pelan.

Gerald menelusuri wajah Raya. Ia menatap mata Raya,ingin memastikan adanya kebohongan. Benar! Terlihat jelas bahwa Raya sedang berbohong.

" Kamu bohong," dingin Gerald.

" Aku nggak bohong hiks," Raya tak dapat mengelak. Ia berbohong. Bohong itu dosa. Kebohongan akan terbongkar. Dan itu,terjadi kepadanya. Apalagi air matanya sudah jatuh terjun.

" Hay,kenapa?" tanya Gerald lembut.

Banyak pengunjung kedai menatap iri pasangan SMA itu. Gerald tak mengubris. Sekarang ia fokus kepada Raya.

Gerald mendekatkan wajahnya ke wajah Raya. Raya hanya bisa diam menatap Gerald.

   Raya menggeleng pelan,dan menyeka air matanya. Raya tidak ingin Gerald khawatir. Itu saja.

" Kamu bohong Ray. Kamu gak bisa bohongin aku. Separuh hati kamu ada di aku. Jangan bohong,"

Raya menggeleng lagi sebagai jawaban.

" Aku gak butuh gelengan kepala kamu sebagai jawaban," ucap Gerald datar.

Jika Gerald sedang emosi,atau suatu hal yang penting,nada bicaranya akan kembali dingin kepada Raya.

" Maaf," Raya menundukkan kepalanya. Menatap sepatu hitam yang ia kenakan.

Maaf? Untuk apa? Gerald tidak membutuhkan itu sebagai jawaban.

" Jawab pertanyaan aku!" Raya masih diam. Sepertinya,Raya nyaman menunduk seperti itu daripada harus menatap wajah Gerald yang muncul mata elang.

" Shit! Jujur Raya!" bentak Gerald. Tangan pemuda itu terkepal.

Raya diam membeku. Tak berani menatap wajah tampan Gerald yang sudah berubah menjadi ekspresi garang.

   Mata gadis itu sudah berkaca-kaca. Jika tidak dapat ditahan,gumpalan bening dari matanya akan meluncur deras.

Gerald tersadar akan apa yang dilakukannya. Raya itu tidak suka dibentak.

" Kakak gak maksud bentak kamu," nada suara Gerald memelan. Pemuda itu memeluk tubuh gadis di depannya.

Raya masih sama. Gadis itu hanya terdiam di pelukan Gerald tanpa membalasnya.

" Ray. Maaf. Kakak terbawa suasana," bisik Gerald. Raya mengangguk. Gerald menenggelamkan kepalanya di lekukan leher Raya.

Perlahan,tangan Raya bergerak untuk membalas pelukan dari Gerald.

Entah mengapa. Saat aku sedih,kak Gerald membuatku kembali nyaman dengan caranya. Hati Raya membatin.

" Ya udah,kita pulang aja ya," Gerald melepas pelukannya. Tangannya bergerak untuk menghapus air mata Raya. Sesekali Gerald mengusap pipi gembil Raya.

Di atas motor. Suasana menjadi hening. Tidak ada yang memulai pembicaraan. Gerald diam. Raya juga sama,diam.

" Kenapa tadi nangis?" pertanyaan yang terlontar dari mulut Gerald berhasil memecah keheningan diantara mereka.

" Kak Gerald ..tadi ngingetin aku sama mama,papa. Kak Gerald kan tau, itu kedai es krim kesukaan kami," balas Raya serak. Raya menyenderkan kepalanya di punggung Gerald.

Gerald diam. Gerald bahkan lupa kalau itu kedai kesukaan keluarga Raya. Astaga! Salah sudah Gerald tadi membentak gadisnya.

" Maaf," balas Gerald yang masih fokus ke depan. Raya mengangguk dalam punggung Gerald. Di balik helmnya,Gerald tersenyum.

   Sangat malaikat hati gadisnya itu. Hanya sekali permintaan maaf,akan diterima. Seperti Andrian saat itu. Sangat gampang Raya memaafkannya.

                               .🌼🌼.

    Sampailah mereka di rumah Raya,yang ternyata Varo sudah pulang dari kampus. Dan....ada seorang gadis  bersamanya.

   Raya dan Gerald menatap gadis yang sedang bercanda ria dengan Varo di halaman samping rumah. Wajahnya familiar bagi Raya maupun Gerald.

   " Kak,itu siapa ya? Kayak kenal?" tanya Raya sembari turun dari motor Gerald.

  " Iya. Gak asing," jawab Gerald. Gerald nampak memperhatikan gadis itu dari ujung kaki sampai kepala. Siapa tau jadi ingat.

   Gerald dan Raya berjalan mendekat ke arah mereka berdua. Varo,dan gadis itu.

Mata Raya membulat seketika saat gadis itu menoleh. Begitu juga Gerald. Mereka berdua nampak sangat terkejut.

   " Clara?"

                                 @@@@@@

Cuap cuap author yang sangat gaje ini -_-

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Cuap cuap author yang sangat gaje ini -_-

   Haaaahhh... Alhamdulillah. Selesai juga ya part ini.

Nah hayoooo Clara muncul lagi looh. Jahat apa baik ya sekarang? Kayaknya part-part selanjutnya,gak ada konflik deh. Tinggal ngelurusin cerita ini biar bener. Biar cepet selesai.

istirahat dulu. Ngerjain pr dari guru. Alamat kerja lembur bagai kuda.

Jangan lupa vote dan komentar ya kawan-kawan. Jangan cuma jadi readers yang naik turunin teks cerita ini doang. Wkwkwkwk hmmmm

See you😘

7 - February - 2019

Ice Prince [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang