Rapuh

333 31 13
                                    

"Aku harus terima kalau dia akan dimiliki oleh orang lain."

Setelah sampai rumah mamanya Anthony, Anthony mendahului ku untuk masuk kedalam rumah.

"Mah, Anthony sama (namakamu) pulang." setelah memasuk kulihat sangat ramai disana, seperti acara keluarga, namun aku melihat ada Mitzi juga, Mamahnya Anthony pun menghampiri Aku dan Anthony .
"Mah ada apa ini." ujar Anthony kebingungan .
"(namakamu) masuk yuk, kamu juga." Aku dan Anthony dipersilakan untuk masuk, kulihat Mitzi yang tersenyum manis kepadaku dan Aku membalasnya.

Aku duduk diantara Anthony dan juga Mitzi sedangkan mama Anthony disebelah Anthony .

"Kita semua ngumpul disini karna, mau bicarain soal persiapan selanjutnya buat kamu Anthony." Aku mulai kebingungan dengan ucapan mamanya Anthony .
"Persiapan apa mah?" Aku memberanikan diri untuk bertanya
"Kamu belum tau yah, Anthony kamu ga kasih tau (namakamu)." Aku menatap kearah Anthony namun Anthony hanya diam membisu.
"Ya sudah biar mama aja yang kasih tau, jadi gini (namakamu).... ." ucapan mamanya Anthony terputus karna dicegah oleh Anthony.
"Biar Anthony aja mah yang kasih tau." Anthony membawa ku menjauh dari ruang tamu, lebih tepatnya dia membawaku kearah dapur.

"Ada apa sih, aku ga ngerti." Anthony memegang kedua tanganku begitu lembut mendekatkan wajahku dan dirinya, sesekali ia mencium keningku, namun yang ku lihat, raut wajah Anthony begitu sedih dan sepertinya sangat sulit untuk mengucapkan nya
"Jawab Anthony, jangan bikin aku semakin bingung." ujarku lagi padanya

Anthony menghela nafas ddngan berat

"Aku..." seperti sulit untuk membicarakan nya.
"Apa, ayo dong yang jelas."Aku sudah mulai sedikit geram.
"Aku... Akuuu udahhhh, hmm... udahhh tunangan sama, hmm... samaaa Mittttziii." mataku terbelalak kaget dengan pernyataan Anthony barusan sedangkan Anthony memilih menutup matanya karna takut (namakamu) akan kecewa berat.

Aku hanya diam tak menjawab pernyataan Anthony, seperti dibanting hatiku dari langit ke-7.
Aku menatap Anthony seduh, masih dengan posisi yang sama menunduk dan memejamkan matanya.
Aku menstabilkan detak jantung ku yang begitu sesak.

"Selamat yah, bentar lagi kamu mau nikah, aku ikut seneng, udah kamu jangan kaya gitu, aku ga kecewa kok, harus nya aku bahagia karena sahabat ku mau nikah." Aku menepuk-nepuk pundak bagian kanan milik Anthony dan tersenyum manis walaupun sebenernya aku ingin kabur dari sini dan berteriak pada semesta kalau aku sangat tidak ingin dia pergi dari pandanganku begitu cepat.

"Kamu... "
"Mencintai ga selamanya harus memiliki kan, melihat kamu bahagia itu udah lebih dari cukup buat aku, pergilah keMitzi buat dia senang dan Aku harap kamu bisa mencintai nya dengan tulus dan ikhlas dari dalam hati kamu, Aku ga kenapa-napa kok, Aku tetep jadi sahabat buat kamu." Anthony memeluk ku, memeluknya sangat erat seperti tidak ingin melepaskan ku.
"Maafin aku (namakamu) aku terpaksa." ujar Anthony disela-sela pelukannya
"Jangan dipaksa dong, nanti ujung-ujungnya jadi ga baik, belajar ikhlas yah, aku tau ini berat, tapi..." Aku melepas pelukannya dan memegang kedua bahu Anthony serta menatapnya
"Aku yakin kamu bisa lalui, lupain semua kalau kamu pernah mencintai ku, agep aja kita cuman temenan biasa, temen dari kecil, aku sudah mempersilakan Mitzi untuk masuk kehatimu dan Aku keluar dari hatimu, biarlah Mitzi berkembang dihatimu dan membuatmu jatuh cinta padanya." Aku menepuk-nepuk pundak Anthony dan hendak pergi kekamar tamu untuk membereskan barang-barang ku, karna aku harus kembali kepelatnas, namun Anthony menahan tanganku.
"Aku masih butuh kamu, kamu masih butuh aku kan." Aku melepaskan genggam iti dengan lembut.
"Aku mungkin butuh kamu, tapi Mitzi lebih membutuhkan kamu." Anthony hanya diam melihat aku melangkah menjauhi nya karna aku hendak menuju kekamar tamu.

Samudra ( Anthony Ginting & Rian Ardianto)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang