" karna perasaan lu lebih penting dari pada perasaan gua." Rian Ardianto
Ku sudah ada didalam gor pelatnas, lebih tepat nya sedang berlatih bersama Grego, karna kita sama-sama didefisi tunggal putri.
Grego bilang, aku bisa mendapat pontensi yang baik dan katanya permainan ku bagus bgt. aku semakin percaya diri untuk semakin menjadi lebih baik lagi.
Ku sekarang ini sedang beristirahat sejenak sambil meminum sebotol air mineral."ayo ikut aku." Aku kaget dan dia langsung menarik tanganku dan membawaku ketaman belakang pelatnas
"ihhh.... kamu kok disini, udah kamu balik lagi kebandung, kamu kan mau nikah." Aku ingin beranjak meninggalkan nya, namun seperti biasa tanganku ditahan oleh nya
"kamu kemana kemarin sama jombang." ujarnya agak sedikit sinis
"pulang lah kejakarta, kemana lagi, udah ah aku mau latihan lagi lepasin tangan aku ga." ujarku membentak
"ga kamu jelasin dulu kamu kemana kemarin sama jombang." mata ku memdelik karna aku tak mengerti sifat dia sekarang
"apaan sih orang balik kok, udah ga kemana-mana lagi."
"trus ini apa." dia menunjukkan postingan rian .
"trus kenapa masalah sama fotonya."
"secepat itu kamu lupa sama aku, parah banget."
"apaan sih Anthony, itu cuman foto dan aku ga sadar klo difoto sama Rian trus kenapa, ada masalah, kamu kan bukan milik aku, kamu cuman sahabat aku." ujarku kepada lawan bicaraku yaitu Anthony
"tapi aku cinta sama kamu, aku maunya kamu." Anthony memegang kedua pundak ku
"Anthony jangan kaya gini, kasihan mamah kamu, mamah kamu cuman pengen kamu bahagia Anthony." Aku melepaskan kedua tangannya dari bahuku
"bahagia aku cuman kamu (namakamu)." Anthony memeluk tubuhku, yang masih basah karna keringat ku, namun mungkin dia tidak perduli.
"jangan buat aku sulit buat ngelepas cinta kamu, aku salah.... aku udah salah cinta sama kamu Anthony, harus nya aku ga taruh perasaan ini dari dulu, harusnya aku cuman menggangap kamu sahabat aku, ga lebih dari itu, jadi agep aja kita cuman sahabatan biasa, ga ada cinta diantara kita, hanya saja kamu melindungi aku, karna kamu sahabat aku." Aku melepaskan pelukan Anthony dan berlari keluar pelatnas, agar Anthony tidak lagi bisa tau dia dimana sekarang.Langit sudah mulai gelap, aku yang tadinya berada dirumah warga, berpamitan untuk pulang ke pelatnas.
ku memasuki pelatnas disambut oleh pak satpam, ku langsung berlari kearah asrama putri, karna takutnya Anthony melihat ku.Sampainya didepan perkarangan asrama putri ku terkejut karna ada Rian didepan pintu masuk asrama putri.
"astagfirullah mas jom kenapa disitu sih, kaget tau." Aku menghentikan lajuku
"kaget yah, maaf yah gua cuman mau mastiin aja lu balik apa kaga, soalnya gua khawatir banget, takut lu kenapa-napa." Aku menggerenyit kan dahiku
"kok lu tau klo gua ga dipelatnas dari td siang."
"kata Ginting lu kabur pas dia lagi ngomong sama lu, lu larinya kenceng banget, si Ginting ga bisa ngejar lu dan dia kaga tau lu dimana, makannya gua tungguin disini, takutnya lu kaga balik yah gua langsung cari lu."
"trus Anthony mana."
"dikamarnya, kenapa."
"kenapa dia ga balik sih, pernikahan nya kan bentar lagi, mas jom gua cuman kasian sama mamanya, mamanya udah baik bgt sama gua, dia udah gua agep kaya mamah sendiri, dia cuman pengen Anthony punya pasangan yang se-iman mas jom, makannya dia langsung dijodohin, karna mamahnya Anthony tau, kalau Anthony cinta sama gua." Aku menundukkan kepala ku
"gua tau (namakamu) kalau gua jadi Ginting juga pasti berat, berat banget buat lepasin lu, orang yang udah nemenin dia dari kecil, dari dia ga bisa apa-apa sampai sekarang dia udah mendunia, itu karna lu, karna motivasi dari lu, karna senyuman lu yang bikin semangat Ginting pas lagi tanding, gua bukan belain Ginting, tp karna kita sama-sama cowok gua juga pasti ngerasain gimana beratnya jadi Ginting, jadi jangan paksa dia, semakin dipaksa, semakin dia ga mau lepas dari lu, butuh proses (namakamu) buat mengganti hati, butuh proses untuk mengembangkan lagi rasa cinta yang baru." ujar Rian dan menepuk bahu ku
"tapi mas jom gua bingung, dia bentar lagi mau nikah, gua terpaksa kaya gini, sebenernya gua juga cinta sama Anthony tapi demi dia gua rela kaya gini, demi dia bahagia walaupun bukan sama gua." bagai tersambar petir kini hati Rian merasakan pedih
"lu yang sabar aja, lu bisa lalui ini bukan cara berlari atau menjauh, tapi dengan cara mendekatkan dia dengan calonnya, lu sering aja ajak Ginting sama calonnya jalan-jalan, pasti perlahan Ginting tau tipikal calonnya itu kaya apa, lama kelamaan juga pasti Ginting juga cinta sama calonnya, gua yakin itu dan lu." Rian mengambil nafas panjang dan memegang kedua bahuku dan menatap Aku sangat dalam
"akan ada orang yang masuk kedalam hati lu setelah Ginting keluar dari hati lu, semua ada waktunya, Allah sudah mengaturnya, kita hanya bisa menjalankan bukan." Aku tersenyum mendengar ujaran Rian" jangan senyum sayang, jantung aku jadi ga karuan ini." gumam Rian dalam hati
"makasih yah mas jom, gua jadi curcol gini sama lu." Aku memalingkan pandangan ku
"iya... kan gua udah pernah bilang waktu itu, gua siap jadi telinga buat dengerin semua keluh kesah lu." Aku hanya tersenyum dan mengganggu
"ywdh lu tidur sama istirahat, barang-barang lu yang td ditinggal digor udah dibawain td sama Ginting." Aku mengganggu lagi
"Ywdh gua kedalam dulu yah."
"iya selamat istirahat." ujar Rian setelah melambaikan tangannya dia langsung bergegas menuju asrama putra."rasa nya lebih peri dari sayatan pedang atau samurai, pas denger lu masih cinta sama Ginting, gua cuman ga pengen lu terus-menerus menyiksa diri lu, karna Ginting mau nikah dan lu rela ngorbanin perasaan lu cuman buat Ginting, gua cuman ngeredamin hati lu yang selalu beropsesi untuk kabut dari Ginting, yah walaupun hati gua juga rapuh dengar lu bicara begitu, tapi biarkan saja lah, besok juga udah sembuh, apa lagi kalau liat senyum lu, pasti sembuhnya cepet." gumam Rian dalam hati dan tersenyum
Maaf klo cerita nya ga jelas hehehe 🙏
Jangan lupa vote and comments ❤
KAMU SEDANG MEMBACA
Samudra ( Anthony Ginting & Rian Ardianto)
Roman pour Adolescents[COMPLETED] "Kau begitu indah seperti samudra yang membentang luas disana, begitu luas nya dirimu, sehingga membuatku sulit untuk mengarungi mu". Anthony sinisuka ginting "Kamu yang terakhir dan selamanya untuk aku." Muhammad Rian Ardianto