Dia Baik

310 30 8
                                    

"Cemburu ini biar aku saja yang pendam." muhammad Rian Ardianto

Rian mengetuk pintu kamar rawat klinik yang membuat aku dan Anthony terdiam dan melihat kearah pintu.

"Mas jom udah balik." aku seraya sangat senang.
"Girang amat lu." Anthony dengan tatapan tidak suka.
"Seneng lah orang pacar gua yang dateng." aku menjulurkan lidahku ke Anthony, Anthony hanya menekuk mukanya sedangkan Rian tersenyum.

Anthony bangkit dari duduknya dan membiarkan Rian duduk dikursi samping tempat tidur ku.

"Kamu minum obat dulu yah, sini aku bantuin." Rian membantu ku untuk duduk dan mengambilkan gelas yang sudah berisi air, diberinya aku satu obat lalu ku minum.
"Istirahat yah, kamu ga boleh cape-cape, oh iya nanti kamu aku bawa kerumah sakit terdekat yah, biar dapet perawatan." ujar Rian sambil menaruh obat dan airnya kembali.
"Ga usah mas jom aku balik kehotel aja." ujarku menolak ajarkan Rian
"Iya biar mamah gua yang rawat dia." ujar Anthony dan ia tersenyum.

Rian sebentar melirik ke Anthony.
"Iya gapapa mas jom, aku udah mendingan kok, bsk palingan juga sembuh." aku tersenyum pada Rian.
"Bener kamu udah ga kenapa-napa." Rian memastikan dan aku menganggukkan kepala.
"Ywdh kalau gitu, mau sekarang apa nanti aja ?" Rian bertanya padaku.
"Sekarang aja deh, aku bosen disini." ujar ku sambil menunjukan deretan gigi ku.
"Ywdh kalau gitu gua telpon mama dulu yah, suruh kesininya sekarang, gua duluan yah." Anthony keluar dari kamar rawat klinik untuk menelefon mamahnya dan kembali kehotel.

Setelah memperhatikan Anthony keluar dari kamar rawat . Rian memperhatikan ku, ntah dia kenapa, tiba-tiba memperhatikan dengan tatapan yang begitu dingin.

"Mas jom kenapa?" aku ketakutan melihat Rian seperti itu.

Rian merubah raut wajahnya menjadi normal kembali.

"Dia udah dari tadi disini?" dengan wajah dingin Rian berbicara.
"Dari Mas jom keluar tanding td, Anthony nungguin aku sampe Mas jom dateng. sumpah Mas jom aku ga ada apa-apa lagi sama Anthony, dia cuman mau jagain aku kok, sebagai sahabat, Mas jom jangan marah yah, Mas jom jangan cemburu, Aku cuman punya Mas jom sekarang ini, maafin aku yah Mas jom." Aku seraya menangkap tubuh Rian, Aku takut dia marah, karna tadi hanya ada Anthony dikamar rawatku.

Aku menangis karna rasa takut dan bersalahku. Rian melepas pelukannya dengan cepat.

"Ehh.. Kenapa nangis, gapapa sayang aku ga marah, jangan nangis aku ga akan biarin air mata kamu jatuh ke bumi." Rian langsung menghapus air mataku.
"Aku takut Mas jom cemburu, trus marah sama aku." Rian menggeleng dan memelukku.
"Ga sayang... Ga aku ga cemburu, udah yah jangan nangis lagi, nanti aku nya jadi ikutan sedih." Rian melepas pelukannya dan menghapus air mata ku lagi.

"Rasa cemburu ini biar aku pendam aja, kamu ga perlu tau." Gumam Rian dalam hati.

Rian mencari kesetiap sudut ruang keklinik, dia mencari kursi roda atau semacamnya untuk membawaku kembali kehotel.

"Kursi rodanya, kayanya dibawa kelapangan deh, dan belom dibalikin keklinik lagi, kehotelnya kamu aku gendong aja yah." mataku membulat.
"Hah.... Ga usah deh Mas jom aku jalan aja deh, insya allah kuat kok aku." Aku mengelak ajakannya.
"Udah gapapa." Rian menggendong ku, lebih tepatnya dipunggung nya dia membawaku.

"Masss jommm, aku berat loh."
"Gapapa, sekalian aku olahraga." Rian tersenyum, aku memajukan wajahku dan bersandar di pundak kanan milik Rian.

Suasana kala itu memang sudah sepi karena pertandingan sudah usai, hanya panitia dan beberapa atlet yang sedang berlalu lalang, ada beberapa penonton juga yang belum pulang, karna mungkin ingin melihat atlet favoritnya. Rian memilih jalan pintas menuju hotel, karna jika dia kejalan utama, dia takut diserbu fans yang masih berada diluar gedung sabuga.

Untungnya saja setelah Rian bertanya pada panitia tentang adakah jalan pintas menuju hotel, ternyata ada dan Rian dibantu oleh panitia agar tidak terlalu terlihat jika dia ingin keluar dari gedung sabuga melalui jalan pintas.

"Untung aja yah ada jalan pintas." masih setia Rian menggendong ku.
"Iyahh, kamu ga cape mas jom, aku turun aja deh, bentar lagi deket kamarku kok." aku meminta pada Rian.
"Kamu ga boleh turun, aku ga cape kok."
"Tapi.... "
"Stttt... Udah." Rian memotong pembicaraan ku . Hal hasil aku hanya diam dan ikuti maunya.

"Kamu inget ga waktu kamu aku gendong kaya gini juga." aku meliriknya
"Inget lah masa aku lupa." aku menyengir .

Flashback Mode on

" Udah gua gendong aja ". rian menggendong ku . aku digendong dipunggungnya. aku hanya diam dan mengikuti nya saja

Aku menyandarkan wajahku dibahu kanan rian, ku memejamkan mataku

Aku merasakan hembusan nafas milik rian berada dipipiku. namun gua biarkan saja.

Aku membuka mataku.
" Berat yah gua, maaf yah jadi nyusahin begini, kesel juga sama kaki pake lemes segala ". Rian terkekeh
" Harusnya gua yang minta maaf, maafin gua yah udah bikin lu ketakutan sampe lemes begini ". aku melihat senyum itu terukir manis disana

Samudra ( Anthony Ginting & Rian Ardianto)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang