kangen

365 34 7
                                    

" aku, kamu, bulu tangkis, hujan, bintang dan kesenangan." Anthony sinisuka ginting.

Selang beberapa minggu ini aku menjadi bagian dalam hidup Rian, begitu bahagia dan senang pastinya, namanya juga baru jadian.

Sekarang ini lagi ada pertandingan djarum super liga yang diadakan digor sabuga bandung, aku bermain ditim PB jaya raya, entah lah kenapa aku bisa masuk grup ini, yang pasti karna clubku tidak meluncurkan pemain, makannya aku dikontrak oleh PB jaya raya untuk bisa bermain dan membela club PB jaya raya.

Dan kebetulan nya lagi Rian dulu berasal dari club yang ingin aku bela diajang superliga ini,

"Kita satu club yang sama loh." ujar Rian yang berada disampingku sedangkan aku sedang membereskan raket-raketku yang ingin ku masukkan kedalam tas.
"Iya trus kenapa." aku menggendong tasku dan berjalan kembali keasrama, karna aku sudah usai latihan kala itu dan Rian mengikuti ku.
"Kamu biasa aja." Rian menghentikan langkahku dan mengerutkan dahinya.
"Ya trus aku harus loncat-loncat gitu, trus sambil bilang, yeeee aku satu club sama pacar sendiri, kaya gitu." aku menahan tertawa.
"Yah ga gitu juga." aku berjalan lagi dan setelah sampai depan asrama aku menghentikan langkahku.
"Yah trus kaya gimana." Rian nampak menunjukan wajah bingung.
"Yah gimana ke." aku menghelang nafas, bukan nya menjawab aku malah mencium pipi Rian.
"Udah kan, ya udah aku kedalam dulu yah, mau mandi abis itu istirahat." aku masuk kedalam asrama sedangkan Rian diam mematung didepan pintu asrama putri.

Rian nampak senyum dan memegangi pipinya.
"Ternyata peka juga yah dia, hehe." Rian membalikan badannya dan berjalan menuju asrama putra.



Aku sedang berada dikamarku yang sekarang udah satu kamar sama grego, namun grego sedang tidak ada dikamar sekarang, entahlah dia kemana, mungkin ada kesibukan yang lain.

tidak ada aktivitas yang terlalu berat sekarang yang aku lakukan. hanya menonton tv, bermain handphone atau sekedar membaca novel.

Karna sudah merasa bosan, aku memilih tidur cepat. namun sebelum ku tarik selimut ku, handphoneku berdering, sepertinya ada panggilan masuk, ku angkat asal tanpa melihat siapa yang menelfonku sebelumnya.

"Hallo, lu udah tidur ?" suara dari sebrang sana.
"Hmmm.... ada apa ?" aku nampak bangun dari posisiku.
"Ga kenapa-napa kok, gua butuh lu sekarang, bisa ga ketemu sebentar." ujarnya agak pelan.
"Lu izin dulu sama jombang, nanti dia marah lagi sama gua, disangka gua yang ngajak lu, padahalkan lu yang ngajak."
"Ya udah deh nanti gua izin kejombang, lu tunggu depan asrama yah."
"Oke." aku memutuskan panggilan teleponnya.

Ku bergegas dari kasurku, mengambil jaketku yang ku gantung dibelakang pintu kamar lalu ku menuju depan asrama putri.

Ku lihat Rian bersama orang yang tadi menelpon ku yah Anthony pastinya.

"Kamu mau pergi sama dia, mau kemana, kenapa ga bilang aku." ujar Rian setelah sampai di hadapan ku.
"Ny lu ga bilang sama dia mau kemana." ujarku kepada Anthony.
"Udah, dianya aja ga percaya." aku menatap Rian yang sekarang wajahnya penuh dengan kecemburuan.
"Gua kemobil duluan yah." ujar Anthony menuju parkiran aku hanya mengangguk.

Masih aku lihat Rian yang sedari tadi hanya diam dan memalingkan wajah nya.

"Tadi Anthony bilang kekamu mau kemana dia ngajak aku ?" ujarku begitu lembut pada Rian.
"Ngajak makan, abis itu muter-muter cari kado katanya sih buat istrinya, tp aku ga percaya gitu aja lah sebelum ada penjelasan dari kamu." Rian tidak menatap ku malahan dia memalingkan pandangan dariku.
"Yah Mitzi kan bentar lagi ulang tahun, mungkin Anthony mau ngasih sesuatu tapi ga tau dia mau ngasih apa, aku kan sahabatnya dan mungkin aku disuruh kasih saran barang apa yang pantes buat hadiah untuk istrinya." masih dengan posisiku dan nada suaraku terdengar lembut.

Rian kali ini melihatku dan menggenggam tangan ku.

"Bener yah, ga lebih dari itu." dia menatapku begitu dalam.
"Yah walaupun lebih dari itu udah ga pantes aku, masa aku jadi pelakor sih ga mungkin kan, aku kan ada kamu ngapain aku masih incer Anthony lagi." aku meyakinkan Rian. dia tersenyum.
"Ya udah kamu hati-hati yah, kalau ada apa-apa langsung telpon aku." aku hanya mengangguk dan Rian mengantarkan aku keparkiran Pelatnas.

Sesampainya diparkiran aku langsung memasuki mobil Anthony.

"Buka dulu kaca mobilnya, bentar gua ngomong dulu sama dia." setelah didalam mobil Anthony.
"Ya elah dari tadi belom ngomong." ujar Anthony dengan tatapan meremehkan.
"Ish, buka aja kacanya Ribet bocah." aku memukul tangan kiri Anthony dan Anthony dengan terpaksa membuka kaca mobil yang berada disebelahku.

Aku tersenyum dan dibalas oleh Rian yang masih stay menunggu disamping mobil Anthony.

"Aku pergi dulu yah sama Anthony." Rian mengangguk.
"Ting baliknya jangan malam-malam yah." ujar Rian agak sedikit mengeraskan suaranya.
"Iyah, siap bapa negara." aku melambaikan tanganku dan Anthony melajukan mobilnya ketempat tujuan.



Setelah sampai disuatu mall dibilangan jakarta. Anthony langsung mengajakku ke toko pakaian wanita.
Aku langsung memilih baju mana yang ingin Anthony hadiahkan untuk istrinya itu.

"Yang ini gimana, bagus ga." aku menunjukan dress berwarna merah muda.
"Yah klo menurut lu bagus, ambil aja, gua bingung abisnya." aku mengacungkan oke.
"eh tp, size istri lu apa."
"Gua ga tau size dia apa, sebadan lu kali."
"Ih yang bener, nanti kalau kekecilan dianya ga mau pake lagi."
"Yah kalau dia ga mau pake buat lu aja."
"Lu niat ga sih hadiah in buat istri lu." aku nampak bingung.
"Kaga, orang ini suruhan dari mamah yah gua nurut aja." ujar Anthony begitu santai.
"Ish, ngapain ngado klo ga ikhsan mah." aku menaruh kembali baju yang kutunjukkan kepada Anthony dan pergi meninggalkan Anthony.

"(Namakamu).... " Anthony menyusulku.

"Kok lu ngambek sih." Anthony menghentikan langkah ku.
"Yah lu ngeselin, ngasih yah ngasih. Ga yah engga, ga usah sosoan maksain diri buat ngasih kado." aku nampak kesal kepada Anthony.
"Gua mau ngasih tapi bingung."
"Ya udah bunga aja lah, simple kan."
"Nah lu tau toko bunga yang bagus."
"Tp kalau mau bunga mending ntar aja, takut nya layu, ntar pas hari H ulang tahun Mitzi aja." aku memberi saran.
"Pas udah di bandung dong." aku hanya mengangguk.
"Nah pas banget tuh, oke lah. Ya udah yuk balik." Anthony mendahului ku.
"Udah gitu doang." aku terheran-heran.
"Yah mau kemana lagi, nih cowok lu udah nelponin gua dari tadi, cuman gua diemin aja." Anthony menujukan handphone nya yang penuh dengan panggilan tidak terjawab dari Rian.
"Angkat bege, nanti dia marah."
"Udah biarin aja orang kita mau balik kok." Anthony dan aku pun langsung menuju parkiran dan pulang kepelatnas.

Tidak ada percakapan disana. Aku pun tertidur diperjalanan pulang.

"Maafin aku yah bikin kamu capek, sebenernya aku ga serius beli kado buat Mitzi, aku udah ada kado buat dia, aku cuman kangen aja jalan-jalan lagi sama kamu, rasanya setelah aku menikah, aku udah jarang sama kamu ditambah lagi kamu sekarang udah jadian sama jombang, susah banget waktu nya buat ngobrol sama kamu, (namakamu) andai ada mesin waktu, aku ingin kembali kemasa lalu, masa dimana cuman aku, kamu, bulu tangkis, hujan, bintang dan kesenangan." gumam Anthony dalam hati . Kini Anthony sedang memperhatikan ku yang sudah berada didalam alam mimpi.

Samudra ( Anthony Ginting & Rian Ardianto)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang