Pagi ini langit begitu cerah dengan sunrise mulai nampak diufuk timur. Fania mulai bangun dan bersiap-siap untuk ke sekolah. Fania duduk di meja makan bersama kedua orang tuanya sembari memakan nasi goreng buatan Bi Minah.
"Mah, Pah, hari ini Fania pulang agak telat kayaknya sampai rumah jam 5 sore," kata Fania memecah keheningan.
"Loh emang kenapa," tanya Herman Papa Fania.
"Fania terpilih jadi peserta olimpiade IPA kimia Pah." Girang Fania.
"Wah anak Mamah pinter juga ya bisa mewakili sekolahannya," puji Rien kepada anaknya itu.
"Ah Mamah nggak juga kok itu mungkin karena beruntung aja."
Fania melihat jam tangannya rupanya jarum jam sudah menunjukan pukul 06.30, Fania bergegas pamitan kepada mamah papahnya, kali ini dia minta diantar mang Dadang supir papahnya. Sementara itu papahnya ke kantor dengan mengendarai mobil sendiri, karena arah kantor dan sekolah Fania berbeda dia tidak bisa berangkat bersama papahnya.
"Mah, Fania berangkat dulu ya. Bye Mamah." Fania mencium tangan mamahnya dan beranjak naik ke mobil.Sementara papanya sudah pergi terlebih dulu.
"Hati-hati dijalan sayang." Rien melambaikan tangannya pada Fania.
Mobil melaju dengan kecepatan rata-rata, tiba-tiba saja mobil Fania berhenti ditengah jalan dengan keluar asap dibagian mesin. Mang Dadang keluar dari mobil untuk memeriksanya.
"Mang kenapa mobilnya?" tanya Fania yang baru saja keluar dari mobil.
"Aduh nggak tau ini Non, mesinnya mati," kata Mang Dadang.
"Aduh udah jam segini pula yaudah deh saya naik taxi aja Mang," kata Fania yang sedikit cemas.Ia langsung keluar dari mobil tersebut meninggalkan mang Dadang.
"Yaudah Non, hati-hati."
Fania menganggukkan kepala lalu menunggu taxi lewat. Namun taxi yang ditunggu Fania tak kunjung datang. Dari arah kanan nampak motor vespa warna putih dengan pengendaranya yang mengenakan seragam sama seperti Fania. Fania menghentikan motor itu, berharap sang pengendara itu berbaik hati kepadanya dan mau memberikan tebengan kesekolah.
"Stop!! gue boleh nebeng ya, plis." Fania menghentikan motor putih itu, dia tak mengetahui siapa pengendaranya karena tertutup helm.
Pria pengendara motor vespa itu pun membuka helmnya dan membuat Fania terkejut.
"Ngapain lo ngeberentiin motor gue," tanya pria itu dengan judes.
"Elo kan ...." Fania menggantungkan perkatanya dan menatap pria itu dengan lekat.
"Iya gue kenapa?! masih mau minta tebengan lagi sama gue?! sorry gue nggak mau," ketus pria itu.
"Tolongin gue dong hari ini aja plis gue nggak mau telat kesekolah." Fania memohon.
"Nggak, gue nggak mau entar yang ada motor gue kayak motor yang kemarin harus dicuci 7 kali."
Benar sekali pria yang mengenakan motor vespa putih itu adalah Faza Rahardika Saputra. Dia sengaja ganti motor sport merahnya dengan Vespa putih karena motor itu selalu dia servis tiap sebulan sekali.
"Lo kira gue hewan najis, yang harus tuh motor lo cuci 7 kali," kesal Fania.
"Ngaku sendiri," dingin Faza.
"Kalau lo nggak mau ngasih tebengan yaudah, bilang aja nggak usah ngatain gue kayak gitu," kesal Fania sambil berjalan meninggalkan Faza.
Fania berjalan kaki dengan rasa kesal dihatinya. Kenapa Fania harus memohon tebengan kepada pria frozen itu. Kenapa pula taxi selalu tak muncul saat Fania membutuhkannya.
KAMU SEDANG MEMBACA
FazaFania (SELESAI)
Teen Fiction"Gue itu suka lo dari dulu Fan, tapi gue gak pernah berani ngungkapin itu semua. Gue tau gue terlalu naif,gue juga bukan cowok yang jantan. Tapi asal lo tau semua gue lakukan agar lo tetep bahagia. Gue bakal mengutarakan ini semua setelah lo sadar a...