Faza membuka pintu rumahnya. Rupanya ayah dan bundanya sudah menunggunya diruang tamu. Raut wajah kedua orang tuanya begitu tajam hingga membuat Faza tertunduk.
"Dari mana aja kamu?!" tanya Mira bundanya, dengan nada sedikit tinggi.
"Jalan-jalan Bunda," jawab Faza pelan. Ia menundukkan kepalanya.
"Sama siapa? kenapa nggak pulang dulu?
Kenapa nggak ngasih kabar!" Mira mempertanyakan hal itu secara berbondong."Sama teman Bun, tadi hp Faza lowbet jadi Faza nggak ngasih tau Bunda," jelasnya dengan wajah yang masih tertunduk.
"Teman yang mana. Tadi Rendi dan Alfa ke sini katanya kamu malah pulang duluan naik sepeda," omel Mira, tak henti.
"Emang teman Faza cuman mereka berdua Bun? iya nggak lah." Faza mendongakak kepalanya. Ia membela dirinya sendiri.
"Terus teman yang mana?! jangan-jangan kamu berteman sama orang nggak bener ya sampe-sampe nggak ngenalin ke Bunda dan Ayah." Mira menuduh Faza yang bukan-bukan.
"Astafirullah. Bunda kok nuduh Faza gitu sih. Iya nanti Faza kenalin ke Bunda sama Ayah." Faza mengelus dadanya, tidak biasanya Bundanya itu semarah ini.
"Pokoknya Bunda nggak ngizinin kamu main sama orang asing! kalau Bunda belum kamu kenalin sama orangnya." Mira memukul meja yang ada di depannya karena kesal.
"Udahlah Bun, Faza 'kan udah besar masak masih kamu posesifin gitu terus. Kasian dia entar jadi terkekang," ujar Radit, ayah Faza. Radit menenangkan amarah sang istri.
"Ah ayah nih, biasa belain mulu," Mira beranjak dari ruang tamu. Ia berjalan menuju kamarnya.
Radit hanya menggelengkan kepala, lalu meminta Faza duduk disebelahnya.
Radit tersenyum kepadanya sedangkan Faza nampak murung."Udah nggak usah pikirin bunda kamu. Dia biasa orangnya cemburuan takut anak kesayangannya membagi sayangnya kepada orang lain." Radit memulai pembicaraan.
"Hmm." Faza hanya bergumam.
"Emang tadi kamu habis dari mana dan sama siapa," tanya Ayahnya, dengan menupuk pundak Faza.
"Tadi Faza ke pantai Yah, sama teman," ucapnya jujur.
"Teman apa demen," goda Radit dengan nyenggol sikut Faza.
"Teman Yah," ucap Faza.
"Tapi cewek kan," tanyanya kembali. Ia menyudutkan Faza.
Faza hanya mengangguk dengan rasa malu. Baru pertama kali ayahnya bertanya hal seperti itu. Faza dari dulu tidak pernah pacaran wajar nggak sih kalau ayah dan bundanya bertanya seperti itu?
"Anak Ayah rupanya udah besar. Udah mulai suka sama lawan jenis." Radit tersenyum senang. Anak tunggal putranya itu sudah mulai jatuh cinta.
"Ayah nih tau aja." Faza hanya nyengir. Ia bersyukur ayahnya tidak marah.
"Iya tau lah Ayah 'kan pernah muda."
" Ayah nih. Yaudahlah Yah, Faza mau ke kamar dulu." Faza beranjak dari ruang tamu untuk kekamarnya.
Sampai di kamar, Faza bersih-bersih dan men-charger ponselnya karena lowbet. Ia mengecek ponselnya setelah daya baterainya sudah mulai terisi. Faza membuka aplikasi whattsapnya, ternyata sudah tertera bebera pesan digrup wa.
"Grup para cowok ganteng"
(Pukul 14.30)Rendi rangrang : [Al, lo lagi sibuk. nggak.]
alfa absen kelas : [Kenapa emang.]
Rendi rangrang : [Ke rumah Faza yuk.]
Alfa absen kelas : [Mau ngapain Faza kan lagi pergi sama Nia tadi.]
KAMU SEDANG MEMBACA
FazaFania (SELESAI)
Novela Juvenil"Gue itu suka lo dari dulu Fan, tapi gue gak pernah berani ngungkapin itu semua. Gue tau gue terlalu naif,gue juga bukan cowok yang jantan. Tapi asal lo tau semua gue lakukan agar lo tetep bahagia. Gue bakal mengutarakan ini semua setelah lo sadar a...