FazaFania (bagian 6)

56 5 0
                                    

Sebulan telah berlalu. Lomba olimpiade sudah menghampiri. Fania sudah siap mengikutinya, begitu pun dengan Faza. Arga hari ini mengantar Fania ketempat lomba dan memberikan semangat kepadanya. Hubungan Fania dan Arga semakin dekat semenjak kejadian dimana Faza dituduh sebagai pelaku pengempesan ban motor milik Arga.

"Fan, aku yakin kamu pasti bisa, semangat Fan," kata Arga sembari menatap Fania dengan kedua tangannya memegang bahu Fania.

"Makasih Kak, doain ya semoga menang." Fania tersenyum.

"Iya aku akan selalu doain kamu Fan," ujar Arga sembari membalas senyumnya.

Faza baru saja sampai ditempat itu dan melihat Fania sedang berdua dengan Arga. Faza hanya senyum kecut melihat hal itu tepat didepannya. Ia melepas helmnya dan berjalan melewati keduanya.

"Pacaran aja terus," sindir Faza dengan ketus saat melewati keduanya.

"Kak ,aku masuk duluan ya. Bye," ucap Fania pamitan kepada Arga.

"Iya Fan, entar aku jemput kamu."

"Nggak usah Kak, aku bisa pulang sendiri kok," tolak Fania sopan.

"Iyaudah, gue balik ya."

"Iya Kak, hati-hati di jalan." Fania melambaikan tangannya ke Arga.

Arga hanya tersenyum seperti biasanya dan membalas lambaian tangan Fania.

Fania berjalan menyusul Faza yang sudah duluan. Dia menegur Faza yang bicara seenaknya tadi.

"Woi, tunggu!!" teriak Nia.

Faza masih aja tak menggubris teriakan Nia. Ia masih saja berjalan tanpa menoleh sedikitpun.

"Woi Za, lo budek ya," teriak Nia kembali.

Faza yang merasa terganggu dengan suara teriakan Nia bak toa masjid, akhirnya menoleh juga.

"Gue nggak budek, toa masjid!!" ujarnya ketus.

"kalau lo nggak budek. Kenapa nggak noleh."

"Gue punya nama dan nama gue itu Faza bukan woi," ucap Faza yang tidak terima dengan panggilan itu.

"Dan nama gue itu Fania, bukan toa masjid." Fania ikut tidak terima dengan sebutan itu.

"Kalau lo nggak terima gue panggil toa masjid, jangan panggil gue dengan woi," telak Faza gak mau kalah.

Fania kali ini lo kalah telak sama Faza. Lebih baik lo diam saja. Sial! Fania kira Faza cowok yang hanya bersikap dingin dan tidak pandai dalam berdebat. Rupanya dugaan Fania salah. Mungkin Fania harus sering nonton tv ketika mata Najwa sedang tayang agar tidak kalah debat dengan Faza.

"Yaudah lah. Gue nggak mau basa-basi dengan debat yang nggak penting. Gue manggil lo karena gue mau ngomong sama lo."

"Ngomong apaan," ujar Faza dingin.

"Lo ngapain ngatain gue sama kak Arga waktu diparkiran," ucapnya dengan nada sedikit tinggi.

"Lo nggak terima? padahal lo suka kan, sama kak Arga? gitu aja baperan." Faza memutar balikkan pertanyaan Fania.

"Lo itu norak, gue sama kak Arga nggak ada apa-apa. Lagian kalau pun gue emang suka sama Kak Arga apa urusannya dengan lo?!" ketusnya tak mau kalah.

"Masalah lah buat gue. Karena gue suka..." Faza langsung memotong perkataannya.

Mendengar pernyataan itu, Fania langsung meresponnya sekaligus penasaran akan hal apa yang hampir Faza ucapkan.

"Karena apa? karena lo suka sama gue?" tanya Fania dengan Ge-ernya.

FazaFania (SELESAI) Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang