Pukul 06.00 pagi Rendi sudah berisik sendiri dari arah kamarnya. Ia teriak-teriak tidak jelas memanggil sosok mommy-nya. Sudah dipastikan bahwa Rendi akan mempermasalahkan hal yang kurang penting.
"Mommy ... Mommy ..." teriakannya yang melengking. Ia berlari keluar kamarnya, hanya menggunakan handuk sepinggangnya.
"Mana sempak Rendi?!" ujarnya kembali dengan masih berteriak. Ia mendapati mommy-nya di dapur sedang menyiapkan sarapan.
"Ngapain pagi-pagi teriak- teriak nggak jelas. Udah ngalahin kokokan ayam aja," sahut mommy-nya yang kesal.
"Sempak Rendi mana, katanya Mommy udah taruh dilemari, tapi kok nggak ada satu pun yang nampak," adu Rendi yang masih saja menggerutu.
"Kamu kurang teliti kali, makanya nggak ketemu."
Marisa yang baru saja keluar dari kamarnya dengan baju yang rapih, ia sudah siap untuk berangkat kuliah. Marisa yang mendengar keributan yang dibuat oleh adiknya langsung menyanggah pertanyaan Rendi dengan santainya.
"Gue pinjem kemarin." Marisa berlenggang dengan santai ke arah pantry.
"Kakak! apa-apaan sih main minjem-minjem aja, lo kan udah punya daleman sendiri ngapain make daleman gue," sungut Rendi murka ke arah kakaknya.
"Stok daleman gue abis, belum gue cuci semua waktu kemarin-kemarin pms. Lo ribet amat sih jadi cowok."
"Enak banget lo ngomong, emang yah spesies betina itu selalu serakah segala sempak juga dipake." Rendi mengomel.
"Udah-udah nggak usah ribut, pusing Mommy dengernya. Rendi kamu pake aja yang semalem entar Mommy beliin lagi selusin buat kamu." Maya melerai pertikaian kedua anaknya.
"Mommy! Yang semalem ya udah bau lah, lengket pula. Ih Mommy malah nggak belain Rendi." Rendi menghentakkan kakinya, handuk yang ia pake hampir melorot untung saja ia sigam dan langsung membenarkannya kalau tidak hancur semua urat wibawanya di depan kakakanya yang rese.
"Ngimpiin cewek mulu sih lo," trimpung Marisa dengan cuek.
"Icha! Kamu juga jadi kakak kalau sama adik kamu jangan ribut mulu. Lagian kamu kenapa sih malah make-make daleman Rendi kan beda server," sahut Maya ke anak sulungnya.
"Terpaksa kali Mom."
Rendi jengah, mengadu ke mommy-nya pun sama aja nggak ada pembelaan. Ia lebih memilih kembali ke kamarnya. untuk berganti seragam daripada Rendi entar telat masuk sekolah.
Usainya berpakaian rapih Rendi ke meja makan untuk sarapan bersama keluarganya. Rendi yang biasanya berisik saat makan gini hanya diam dengan wajah cemberut.
"Kamu kenapa sih, Ren pappy lihat nggak kayak biasanya yang selalu berisik," tanya pappy-nya heran sekaligus cemas.
"Kurang sajen tuh Py," Marisa yang menyahut pertanyaan Firman.
"Diam lo! Pencuri kolor," kesal Rendi.
"Ini apaan kok bahas kolor-kolor tuh." Firman tidak mengerti maksud pernyataan anaknya.
"Kak Icha tuh. Ngambil sempak Rendi. Rendi jadi pake sempak yang semalem deh," adu Rendi pada papinya.
"Kamu kok gitu sih Cha, sama adik kamu sendiri." Firman menoleh ke arah Marisa yang sedang mengolesi roti dengan selai.
"Daleman Icha habis Py. Lagian sih Rendi kalau nyimpen daleman suka sembarangan, giliran ilang aja diributin," sahut Icha tidak mau dikalahkan.
"Ngalah aja kamu sama yang namanya betina Ren, mereka emang selalu benar," bisik Firman ke Rendi.
KAMU SEDANG MEMBACA
FazaFania (SELESAI)
Teen Fiction"Gue itu suka lo dari dulu Fan, tapi gue gak pernah berani ngungkapin itu semua. Gue tau gue terlalu naif,gue juga bukan cowok yang jantan. Tapi asal lo tau semua gue lakukan agar lo tetep bahagia. Gue bakal mengutarakan ini semua setelah lo sadar a...