FazaFania (bagian 29)

23 4 0
                                    

Aldo berkunjung ke rumah Fania setelah pulang dari rumah Rendi. Ia ingin memastikan kalau Fania sudah pulang dari rumah neneknya. Benar dugaan Aldo kalau Fania dan keluarganya sudah pulang. Ia masuk ke rumah Fania dan langsung ke kamar milik sepupunya itu. Fania sepertinya sangat sibuk dengan tugas sekolahnya, terlihat jelas ia sedang menulis catatan tadi siang karena ia izin pulang.

"Lo punya waktu Fan," ucap Aldo memulai pembicaraan.

"Hmm," balas Fania singkat.

"Lo marahan sama Faza?"

"Hmm."

Lagi lagi hanya jawaban singkat itu yang ia ucapkan. Padahal sampai sekarang kata tersebut belum jelas apa artinya.

"Nggak seharusnya lo marah sama Faza, dia udah jelasin semua alasannya ke lo kenapa lo masih marah."

"Lo mudah bilang seperti itu Do, karena lo nggak tau gimana rasanya kehilangan orang yang paling gue sayangi dan Faza rupanya mengenal kak Dimas, bahkan gue yakin kalau mereka sahabatan gue bisa melihat dari foto itu yang terlihat sangat akrab."

"Faza memang sahabatan sama Dimas dulu, apa yang Faza katakan soal dia mengenal Dimas di perguruan karate itu memang benar. Lo harusnya tidak menghakimi Faza dengan marah begitu," ujar Aldo memberi pencerahan.

"Gue nggak marah sama Faza, gue hanya kecewa kenapa dia nggak pernah jujur soal ini sama gue, kenapa dia hanya bilang mengagumi gue tanpa memberi tahu kalau sebenarnya itu mungkin hanya amanat dari kak Dimas. Mungkin pula Faza tidak benar-benar tulus mencintai gue." Wajah Fania terlihat sangat murung dan sendu.

"Lo jangan menilai orang dari kata 'mungkin' Faza itu benar-benar tulus mencintai lo apa adanya. Sebaiknya lo berdamai dengan Faza sebelum semuanya terlambat Ni," ujar Aldo seraya menepuk bahu Fania untuk meyakinnya.

"Akan gue coba."

"Yaudah, gue mau balik dulu Ni," pamit Aldo seraya mengacak rambut Fania.

"Lha, cepet amat kenapa buru-buru?"

"Capek gue abis dari rumah Rendi," jujur Aldo.

"Oh gitu. Yaudah be careful."

Selesai menyalin catetannya, Fania mengecek notif ponsel miliknya. Banyak pesan yang masuk terlebih pesan dari Faza. Ia membaca isi pesan yang Faza kirim.

From : Faza

[Ni, kamu baik-baik aja 'kan?]

[Maafin aku Ni.]

[Aku tau salahku sama kamu besar]

[Segitunya yah nggak mau bales]

Masih banyak lagi pesan yang Faza kirim. Fania lagi-lagi tidak ada niatan untuk membalasnya. Semua pesan itu hanya ia baca.
Bukan Fania tidak mendengarkan pencerahan dari Aldo, hanya saja Fania ingin berbicara langsung kepada Faza.

***

Setelah usainya acara syukuran kiko kiki, Rendi dimantai oleh sang mommy untuk membantu mebereskan halaman rumah yang tadi digunakan untuk pesta. Rendi terlihat jelas melakukan hal tersebut dengan terpaksa hanya demi uang jajan tetap aman.

Rupanya dibalik pintu sana, seseorang tengah memperhatikan Rendi dengan tawa ngejeknya. Rendi merasa jengkel dengan orang tersebut, ia selalu saja mengusik hidupnya siapa lagi kalau bukan Marisa sang kakak paling nyebelin yang Rendi punya.

"Apa lo!! Ngeledeki gue?!!" wajah Rendi terlihat sangat kesal, ia berujar ke arah sang kakak dengan nada tidak santai.

"Gue emang lagi ngeledekin lo. Senang aja lihat lo disuruh beres-beres. Buhahaha," tawa Icha merasa senang diatas penderitaan adiknya.

FazaFania (SELESAI) Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang