"Fania," panggil seorang yang tengah mengejarnya.
"Apa lagi Nda," tanya Fania dengan malas.
"Lo kenapa sih Fan, pake nolak kak Arga segala dia itu baik dan juga populer," ujar Amanda sedikit kesal dengannya.
"Gue nggak suka dengan dia Nda, kalau lo suka buat lo aja sana," Fania berkata bohong.
"Gue sih mau-mau aja tapi sayangnya dia nggak pernah suka sama gue."
"Hmm. Udah lah gue mau ke kelas nggak usah bahas itu lagi," ujar Nia sembari melangkah kembali.
Hari ini mood Fania kacau. Ia memang menyukai kak Arga namun, entah kenapa perasaannya berkata lain. Fania menolak Arga tanpa memalukannya dimuka umum itu udah lebih cukup. Fania tidak bisa membohongi hatinya, ia masih ragu terhadap perasaannya.
Semalam sebuah mimpi menghampiri Fania dalam tidurnya. Dalam mimpi itu, Fania diminta untuk menjauhi Arga. Itu alasannya kenapa Fania masih ragu terhadap Arga ia yakin bahwa orang dalam mimpinya memberikan peringatan yang jelas untuk Fania. Sudah beberapa kali Nia bermimpi hal serupa sejak ia berkenalan dengan Arga, ia sendiri tidak mengerti apa arti dari mimpi itu.
"woy Fan, ngelamun aja loh," ujar seseorang dari arah belakang Nia sembari menepuk pundaknya.
"Neta. Ngapain sih ngagetin gue," dengusnya dengan kesal.
"Yaelah lo tuh aneh Fan, masak barusan nolak perasaannya kak Arga jadi ngelamun gitu. Jangan-jangan lo nyesel yah udah ambil keputusan yang salah," cerocos Neta.
"Gue nggak nyeselin apa yang gue lakukan tadi. Lo nggak usah sok tau deh," sewot Nia.
"Lo pms Ni?" tanya Neta.
"Iya."
"Pantes."
"Pantesan apa Net?" timpal Amanda.
"Pantesan kayak macam ngamuk."
Keduanya tertawa lepas, sedangkan orang yang sedang mereka tertawakan hanya manyun dan mendengus kesal. Kedua sahabatnya menambah mood Nia rusak. Emang perempuan kalo lagi pms bawaannya emosi udah kaya singa yang tidur dibangunin.
Fania berjalan menuju rooftop. Sudah lama Nia tidak pernah ke sana. Mungkin jika ia ke-rooftop mood-nya akan membaik.
Aku rindu kamu kak, batin Fania.
Besok adalah hari satu tahun kakaknya meninggal. Wajar kalau hari ini ia saat merindukannya. Sosok kakak yang Fania sayangi sudah meninggalkannya. Fania menangis di sana.
Fania masih merasakan jika sang Kakak masih berada disampingnya. Sebuah memori kecil memutar tentang kebersamaannya dulu teringat jelas diotaknya.
"Kak Fania." Suara memanggil namanya dari arah belakang.
Fania menoloh kesumber suara yang baru saja ia dengar rupanya ia mendapati adik kelas yang memanggilnya barusan.
"Eriska," ujar Nia setelah mengetahui orang yang memanggilnya barusan.
Eriska membuka perbicaraan dengan Nia. Ia tahu kalau kakak kelasnya itu baru saja menangis. Dari matanya yang lebab itu ia mampu menebak kalau kakak kelasnya ini sedang bersedih.
"Kak Nia kenapa nangis?" tanyanya dengan nada khawatir.
Fania hanya tersenyum kecil. "Nggak pa-pa Ris, Kakak hanya kangen dengan seseorang. "
"siapa Kak, kalau Eris boleh tau," kata Eris yang begitu penasaran.
"Kakak aku, dia udah meninggal satu tahun yang lalu. Besok adalah hari satu tahun dia meninggal," katanya dengan nada sendu.
KAMU SEDANG MEMBACA
FazaFania (SELESAI)
Novela Juvenil"Gue itu suka lo dari dulu Fan, tapi gue gak pernah berani ngungkapin itu semua. Gue tau gue terlalu naif,gue juga bukan cowok yang jantan. Tapi asal lo tau semua gue lakukan agar lo tetep bahagia. Gue bakal mengutarakan ini semua setelah lo sadar a...