Senja telah menunjukkan keberadaannya. Faza segera melajukan motornya untuk pulang. Ia sampai lupa waktu jika bermain bersama ketiga temannya itu, terlebih hari ini ada Fania yang meneninya.
Gerbang warna hitam itu Faza dorong agar bisa masuk ke dalam rumahnya.
Ah sial. Faza akan diomeli bundanya hingga ayahnya pulang kalau begini. Aura tidak enak sudah ia dapati semenjak pertama masuk ke garasi rumah, pekiknya.
"Bunda tuh lihat Faza baru pulang," adu Eris kepada bundanya. Mira langsung menoleh ke arah Faza yang hendak ke tangga untuk ke kamarnya.
"Dari mana aja kamu!!" Mira berbicara dengan nada tegas.
"Main Bun."
"Kalau waktunya pulang tuh ya pulang dulu jangan keluyuran. Tadi kamu juga ninggalin Eris 'kan!! " omel Mira.
"Eh nggak kok Bun, orang Faza main di halaman sekolah. Erisnya aja yang udah ngilang. "
"Nggak usah ngelak kamu. Sejak kapan kamu berani bantah Bunda hah?!" Mira makin kesal.
"Bunda, Faza juga perlu refresing, perlu main sama teman-teman kenapa sih Bunda jadi posesif gini. Kenapa pula Bunda nyuruh Faza boncengin Eris pulang pergi, Faza juga butuh sendiri tanpa Eris Bun," keluh Faza yang mulai lelah dengan peraturan bundanya.
"Kamu berani ngomong gitu yah sama Bunda. Iya Bunda tau kamu butuh refresing, Bunda nggak ngelarang tapi harusnya kamu antar Eris pulang dulu bukannya keluyuran nggak jelas Eris itu adik kamu sekarang!!" Mira menampar Faza. Faza hanya bungkam, tidak biasanya ia ditampar oleh sang bunda. Ia pun langsung pergi ke kamarnya.
"Faza, Bunda nggak bermaksud ...." Mira langsung menyesal atas perbuatannya barusan.
"Bunda maafin Eris. Gara-gara Eris Bunda jadi berantem sama Faza, sebaiknya Eris pergi aja dari sini Bun," ujar Eris merasa bersalah.
"Nggak sayang. Kamu harus di sini, keluarga satu-satunya yang kamu punya 'kan hanya Bunda. Bunda tadi hanya kesal itu semua bukan salah kamu sayang. Udah mendingan kamu ke kamar nanti kalau makan malam ke ruang makan ya," pinta Mira.
****
Di kamarnya Faza merasa sedih. Namun ia bukan cewek yang akan nangis meratapi kesedihanya. Faza justru berkutat pada laptopnya ia membuat sebuah projek desaint. Faza men-desaint sebuah gedung yang terbilang megah dan menarik dengan Imajinasinya. Faza memang tertarik akan arsitektur bangunan. Ia bercita-cita menjadi arsitek yang handal. Sudah banyak desaint yang Faza buat namun ia masih ragu untuk mempromosikan karyanya itu kepada sebuah perusahaan. Faza akan memberitahu ke ayahnya terlebih dahulu. Siapa tau dengan bantuan ayahnya hasil desaint itu akan diminati oleh sebuah perusahaan.
Faza menutup laptopnya karena mendengar ponselnya berbunyi. Ia melihat notifikasi ponselnya dan membuka satu persatu pesan yang masuk.
Grup orang-orang ganteng
Faza mengganti nama grup ini
Faza menambahkan Osvaldo digrup ini.
Tampilan grup menjadi berubah nama setelah ia menggantinya dan menambahkan Aldo kedalam grup itu.
The phoenix
Rendi rahandi : [Main ganti aja lo Za.]
Alfa dwi : [Tapi lebih kerenan ini sih, emang artinya apaan coi.]
Sam Osvaldo : [Main masuk-masukin orang aja, grup apaan nih.]
Faza Rahardika : [Nggak tau. Gue pikir itu lebih bagus aja.]
KAMU SEDANG MEMBACA
FazaFania (SELESAI)
Jugendliteratur"Gue itu suka lo dari dulu Fan, tapi gue gak pernah berani ngungkapin itu semua. Gue tau gue terlalu naif,gue juga bukan cowok yang jantan. Tapi asal lo tau semua gue lakukan agar lo tetep bahagia. Gue bakal mengutarakan ini semua setelah lo sadar a...